Deraian air mata terus mengalir begitu saja tanpa diingankan. Setiap tetes air mata menjadi bukti kepedihan di hati seorang wanita yang kini tengah berdiri dengan begitu rapuhnya di samping ranjang rumah sakit. Tangan putih nan mulus itu tiada hentinya mengelus punggung tangan yang sama sekali tidak berdaya.
Anin menangis tersedu melihat kondisi Ayah Bondan yang sama sekali tidak ada perkembangan. Bahkan dokter yang menanganinya mengatakan bahwa Ayah Bondan tidak ada keinginan untuk sadar.
Anin menggenggam tangan Ayah Bondan dan menempelkannya di perutnya yang sudah mulai sedikit membuncit.
"Ayah, apa Ayah dapat merasakan detak jantung dari cucu, Ayah? Lihatlah, Yah, saat ini Anin sudah menikah. Bayi Anin akan terlahir dengan kehadiran seorang ayah. Tapi Anin juga ingin, saat bayi ini lahir, Ayah dapat melihatnya. Anin ingin Ayah menemani Anin disaat-saat Anin mengandung. Sadarlah, Ayah. Anin mohon sadarlah," ucap Anin.