Baixar aplicativo
5.21% Menikahi Mertua Mantan Suami / Chapter 23: Bertemu Dengan Frans

Capítulo 23: Bertemu Dengan Frans

Saat memasuki ruang kerja tuan Yudisthira, Dyan Angkasa sempat melirik ke meja ruang tamu, meja itu penuh makanan, kue kering dan kue basah, ada aneka macam minuman tersusun rapi.

"Tumben! Apa Raditya akan datang ke kantor ini! Tidak mungkin, tuan Yudisthira Salman tidak pernah mengizinkan Raditya ke kantor, anak itu hiperaktif! Apa tuan Yudisthira kedatangan tamu istimewa!"_

Dyan Angkasa mengikuti langkah tuan Yudisthira Salman.

"Tutup pintunya!"

"Ya tuan!"

"Ada berita apa?" tanya Tuan Yudisthira dengan wajah tidak sabar.

"Begini...Sudah dua bulan ini, nona Nindy menolak uang bantuan tuan, malah dia mengembalikan uang yang telah kami kirim...!"

"Apa?! Mengapa bisa begitu?" Tuan Yudisthira Salman mengerutkan keningnya. Baru kali ini ada orang yang menolak bantuan-nya. Bagi tuan Yudisthira Salman, bantuan yang dia berikan ke Nindy itu tidak seberapa dibandingkan dengan nilai nyawa-nya. Dia berhutang nyawa dengan Nindy.

Nindy bersusah payah memberikan informasi tentang rencana pembunuhan terhadap dirinya. Padahal saat itu Nindy baru saja menjalani operasi Caesar. Tuan Yudisthira Salman sangat berterima kasih. Tetapi gadis itu menolak bantuan-nya.

Padahal

saat ini Nindy membutuhkan biaya untuk mengobati ibunya, dan biaya hidupnya.

Tuan Yudisthira ingin menawarkan pekerjaan di perusahaannya, menjadi sekretaeusnya.

**

"Maafkan kamu tuan... Kami telah menyelediki keuangan nona Nindy...!'

"Kenapa kamu melakukan itu!" tuan Yudisthira Salman mengerutkan keningnya, tidak suka dengan tindakan Dyan Angkasa. Dia lancang.

tuan Yudistira Salman tidak pernah memberi perintah seperti itu.

Wajah tuan Yudisthira Salman menjadi gelap

"Maafkan saya tuan...saya ingin melakukan tindakan preventif!"

Dyan Angkasa gugup. Wajahnya pucat.

"Hmm... lalu apa yang kau dapatkan?" tanya tuan Yudisthira dengan suara dingin.

"Kami mendapat informasi kalau ayah nona Nindy, tuan Hermawan Kurniawan almarhum menanam modal asuransi atas nona Nindy yang nilainya tidak sedikit!" investasi itu tidak sedikit, nilainya...!"

Tok tok tok! Terdengar ketukan di pintu.

"Tuan...!" Asisten tuan Yudisthira membuka pintu.

"Masuk!"

Asisten tuan Yudisthira Salman berdiri di depan pintu, melihat ke arah Dyan Angkasa, lalu menatap tuan Yudisthira, menunggu perintah.

Tuan Yudisthira Salman menoleh ke Dyan Angkasa.

"Kita bicarakan itu lain kali!"

"Baik.. tuan!' Dyan Angkasa meninggalkan ruangan.

"Kamu...cari nona Nindy...kesasar kemana dia!"

"Baik tuan!' jawab asisten-nya.

Asisten itu mengangguk, pergi ke luar ruangan itu.

Sudah 30 menit, Nindy belum sampai juga ke ruangan tuan Yudisthira.

"Aneh sekali! Ke mana dia? Seharusnya dia sudah sampai ke ruangan ini 10 menit yang lalu. Apa dia tersesat? Tidak mungkin! Kenapa belum sampai juga? Apa dia menekan nomor lift yang salah?"

Tuan Yudisthira Salman jadi gelisah tak sabar.

Baru kali ini dia gelisah menunggu seseorang, di kantornya sendiri.

**

Kejadian sebelumnya, di toilet wanita,

"Ya Tuhan! Kenapa makhluk itu ada di sini? Apa dia mengenaliku? Oh God! Frans bekerja di sini! Sialan...terkutuk-lah kamu Frans!"_ Nindy panik. Dia segera mengunci pintu luar toilet, takut Frans menerobos masuk. "Kacau!" Nindy belum siap bertemu Frans. Sakit di hatinya belum hilang. Dadanya panas. Tangan Nindy gatal ingin menghajar pria itu dengan tehnik Yudo yang dipelajari untuk bela diri. Seandainya dia bertemu Frans Winata di tempat lain, mungkin dia menghajar pria itu, membantingnya ke lantai dengan keras.

"Hah... selamatlah kamu Frans! Untung kamu kamu bertemu aku di sini, kalau tidak... badanmu yang ceking itu patah tiga! Grrhh"_ Nindy mengeram, seperti kucing marah.

Nafasnya jadi sesak.

Nindy mengurut dada sambil menghembuskan nafas di mulut pelan beberapa kali.

"Tenang Nindy! Belum saatnya kamu membalas d dendam!"

Nindy menenangkan dirinya. Dia belum siap bertemu Frans, emosinya tidak stabil.

Nindy membuka pintu sedikit mengintip sedikit keluar. Frans berdiri diantara pohon hias di tengah ruangan, jaraknya 20 meter tidak jauh dari toilet wanita ini.

"Sialan! Kenapa makhluk itu berdiri di situ? Apa dia sengaja menungguku!"

Nindy menutup kembali pintu toilet, menguncinya.

Nindy mengembuskan nafas di mulut sekali kali.

"Aakhh!" Nindy memegang perutnya. Mendadak perut Nindy sakit, seperti ingin buang air besar.

"Aduh! sakitnya kambuh lagi, kenapa jadi begini...aahkh!" Nindy membungkukkan badan, dan...

BUUSH! Angin besar keluar dengan bau yang tidak sedap. "Kenapa...jadi begini... perutku sakit lagi!

BUUSH! Sakit di perut Nindy berkurang. Sekali lagi. Buussh! Bunyi-nya lebih kecil. Lega! Sakitnya hilang.

"Ya Tuhan! Untunglah tidak ada orang di sini! Bikin malu aja. Sudahlah Nindy... jangan emosi, tenang...tenang!"

Tarik nafas dalam-dalam, hitung sampai 4, 1...2...3...4! hembuskan perlahan hitung sampai 6... 1....2...3...4...5...6!

Nindy mengingat suara pelatih yoga-nya.

Berhasil! Nindy kembali tenang. Nindy Merapikan kembali pakaiannya, merapikan riasan wajahnya, memakai lipstik warna pink muda.

"Oke! Hadapi semua dengan senyum indah!" Nindy tersenyum ke cermin.

Tak peduli dengan Frans.

Frans pasti penasaran.

Tahi lalat besar di hidungnya sudah di buang. Gigi ginsul-nya juga sudah tidak ada. Nindy merapikan giginya, lebih putih dan ada cahaya kemilau saat dia bicara, Nindy menambahkan berlian di gigi taring-nya,

Jangankan Frans , ibu kandung Nindy saja tidak mengenali dia.

"Biarkan Frans mati penasaran!"_

Nindy membuka pintu toilet. Frans tidak ada. Tapi di depannya sekarang berdiri sosok pria bertubuh tegap memakai setelan hitam.

Jack. Nindy membaca name tag di bajunya.

Dia kan asisten tuan Yudisthira Salman. Nindy pernah melihat pria ini, dia bersama Dyan Angkasa.

"Nona Nindy?!" Pria itu bertanya dengan wajah terlihat ragu dan bingung.

Dia takut salah orang.

"Ya!" jawab Nindy tegas.

"Hah! Ooh...maafkan saya!" Jack tak percaya. Dia Nindy, Nindy yang itu...

Nindy tersenyum maklum.

"Tidak apa-apa!"

Siapapun orang yang pernah mengenal dia sebelumnya tidak ada yang percaya kalau dia Nindy....Nindy yang gendut itu, sekarang sudah berubah. Bahkan Frans yang pernah hidup bersamanya selama tiga tahun, tidak mengenalinya.

Selama delapan bulan Nindy memproses perubahan dirinya sedikit demi sedikit Nindy yang dulunya seorang wanita yang gemuk dan berjerawat, menjelma menjadi wanita angin, cantik, bening, tinggi, langsing, semua itu terjadi karena sebuah dendam, dendamnya ke Frans.

Sampai disini Nindy bersyukur, Frans membawa angin perubahan yang baik untuk hidup Nindy.

"...Kemana perginya lemak-lemak itu?"_ Jack terperangah, dia sangat terkejut, kagum penasaran.

"Mr. Jack!"

Nindy menyadarkan pria itu.

"Oh...iya... iya nona...maaf!" Jack jadi salah tingkah, malu sendiri.

"....Nona Nindy...mari...mari saya antar ke ruangan tuan Yudisthira...ikuti saya!"

"Baik!"

Jack berjalan di depan, wajahnya yang merah kembali normal.

Nindy tiba di ruang kerja tuan Yudisthira Salman. Ekspresi

pria itu sama dengan Jack. terkejut, tentu saja.

"Selamat sore tuan Yudisthira....!"

Tuan Yudisthira Salman terperangah.

"Nindy...?!"

"Ya tuan...saya Nindy!"

"Benarkah?! Kamu Nindy?"

"Benar tuan!" Nindy tersenyum.

Akan banyak orang yang terkejut melihatnya berubah begini.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C23
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login