Baixar aplicativo
21.57% The Dangerous Love Zone / Chapter 41: The Dangerous Love Zone - 38

Capítulo 41: The Dangerous Love Zone - 38

Juza yang sedang duduk di kursi penumpang belakang sebelah Goshi menolehkan kepalanya kearah sang adik yang sedang fokus memperhatikan ipadnya.

Goshi yang sedang fokus memperhatikan ipadnya merasa seperti sedang di perhatikan pun langsung menolehkan kepalanya kerah Juza yang kini tengah menatap kearahnya.

"Ah, Oniisan. Ada apa? Apa ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya Goshi pada Juza yang masih menatap kearahnya dengan sorot mata tidak terbaca.

"Apa kau mengetahui kabar tentang Azami saat ini?"

Goshi terdiam sesaat sebelum menganggukan kepalanya. "Ah, keadaan Azami-kun saat ini sudah lebih baik. Tenma-san bilang, Azami-kun sudah bisa beranjak dari tempat tidur dan demamnya pun sudah sembuh."

Juza menganggukan kepalanya. Sedangkan itu Yuta yang sedang mengendarai mobil melirikan matanya kearah kaca spion dalam.

"Syukurlah. Karena kudengar besok adalah hari pertama Azami-kun sebagai mahasiswa magister bukan?" Sahut Yuta yang kini sudah kembali mengalihkan matanya kearah jalan raya.

"Kau benar Yuta-kun, besok adalah hari pertama Azami-kun sebagai seorang mahasiswa baru. Syukurlah demamnya sembuh dengan cepat. Meski Azami-kun selama empat hari ini harus benar-benar beristirahat total." Balas Goshi yang di setujui oleh Yuta dan Juza.

"Goshi-kun apa besok aku memiliki jadwal pertemuan lagi?" Tanya Juza kepada Goshi.

Goshi pun langsung melihat kearah Ipadnya. "Untuk besok sampai lusa, Oniisan tidak memiliki jadwal pertemuan ataupun perjalanan bisnis. Apa oniisan ingin mengubah jadwal lain?"

Juza menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku ingin melakukan hal lain sampai lusa."

Goshi menganggukan kepalanya mengerti. "Baiklah kalau begitu. Apa oniisan ingin membawa beberapa anggota kita?"

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri." Balas Juza yang direspon Goshi dengan menganggukan kepala lagi.

"Baiklah. Jika nanti ada yang oniisan butuhkan, hubungi aku atau Yuta-san saja."

Juza menganggukan kepalanya, sebelum dirinya beranjak keluar dari mobil. Karena saat ini mereka bertiga sudah sampai di halaman rumah.

Juza yang melihat suasana ruang bersantai masih cukup ramai pun melirikan matanya kearah jam tangan. Untuk melihat jam berapa saat ini, sehingga para anggotanya masih ada yang berbincang diruang bersantai.

"Ah, Juza-kun. Kau sudah pulang rupanya." Ujar Toshiro yang baru saja keluar dari dapur.

Juza yang melihat Toshiro pun menganggukan kepalanya. "Ya, Shiro-san. Apa kalian masih belum merasa lelah setelah bekerja di kafe?"

Toshiro terdiam sesaat mencoba mencerna apa yang dimaksudkan oleh Juza. Sebelum dirinya mendengar suara gelak tawa Tenma dan Daichi yang berasal dari ruang bersantai.

"Ah ya. Kami berencana ingin bermain game tiga putaran lagi sebelum beristirahat." Jawab Toshiro yang direspon anggukan kepala oleh Juza.

"Apa Azami-kun sudah beristirahat?"

Toshiro menganggukan kepalanya, lalu melirikan matanya kearah jam dinding. "Ya, setelah makan malam tadi kami menyuruh Azami-kun untuk meminum obat lagi dan beristirahat. Karena besok adalah hari pertamanya sebagai seorang mahasiswa magister."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan ke kamar ku sekarang."

Toshiro kembali menganggukan kepalanya, lalu menahan sebelah pergelangan tangan Juza sebelum pria itu berjalan meninggalkannya. "Azami-kun masih beristirahat dikamar mu. Kami kira kau belum akan pulang malam ini. Jadi kami masih menyuruh Azami-kun untuk beristirahat dikamar mu."

Juza menganggukan kepalanya mengerti. "Terimakasih sudah memberitahuku Shiro-san."

"Ya sama-sama." Balas Toshiro lalu melepaskan cengkramannya pada pergelangan tangan Juza.

Setelahnya Juza pun berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada.

Dengan perlahan Juza membuka pintu kamarnya. Dirinya tidak ingin membuat Azami yang kemungkinan saat ini sudah tertidur jadi terbangun.

Saat sudah memasuki kamarnya, Juza dapat melihat sosok Azami yang tengah terlelap diatas kasurnya.

Seulas seyum kecil tercetak diwajah Juza melihat Azami yang sedang terlelap begitu pulasnya.

Kini Juza melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah setelah empat hari kembali melakukan perjalanan bisnis.

Sesudah mebersihkan dirinya, Juza pun berjalan menuju kasurnya dan dengan perlahan merebahkan dirinya.

Juza merebahkan dirinya dengan posisi menyamping menghadap Azami dan sebelah tangannya terulur menyentuh kening Azami untuk memastikan suhu tubuh pemuda itu sudah tidak demam seperti saat dirinya akan pergi melakukan perjalanan dinas kemarin.

"Ah, suhu demam mu sudah menghilang." Gumam Juza sambil menyingkirkan rambut bagian depan Azami.

Azami yang sedang terlelap, sedikit merasa terganggu saat merasakan keningnya diusap-usap entah oleh siapa.

Dengan perlahan kedua kelopak mata Azami terbuka. Azami mencoba untuk menyesuaikan cahaya temaram lampu kamar yang menerpa kedua manik matanya.

"Apa kau terbangun karena usapan jari-jemari ku pada kening mu?" Tanya Juza dengan nada berbisik dan direspon dengan dehaman oleh Azami.

"Maaf. Kau bisa kembali tidur lagi. Aku tidak akan mengganggumu." Ujar Juza yang kini menarik selimut sampai menutupi sebatas leher Azami.

"Juza-san, ku kira kamu akan pulang besok." Ucap Azami dengan suara sengau khas setelah bangun tidur.

Juza berdeham dengan sebelah tangannya terulur untuk menepuk-nepuk pelan sebelah pundak Azami, bermaksud untuk membuat pemuda yang ada di depannya kini kembali tertidur.

"Ya, aku mengira juga begitu. Tetapi pekerjaan kami selesai lebih cepat dari yang sudah di dugakan." Balas Juza yang kini mengulurkan sebelah tangannya yang lain untuk berada di bawah kepala Azami sebagai bantalan pemuda itu.

Azami kembali memejamkan kedua matanya sambil berdeham merespo perkataan Juza.

Juza yang melihat Azami sudah kembali memejamkan kedua matanya pun mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Tidurlah, besok pagi kau harus pergi ke universitas." Ucap Juza yang kembali direspon dehaman oleh Azami.

Juza yang mendengar deru nafas Azami sudah kembali tenang pun, menghentikan aktivitas sebelah tangannya yang menepuk-nepuk pelan sebelah pundak Azami.

"Selamat tidur Azami-kun." Bisik Juza sambil mendekatkan wajahnya apda kening Azami, lalu mendaratkan kecupan disana. Setelahnya Juza pun ikut memejamkan kedua matanya untuk menyusul Azami yang sudah terlelap sambil memeluk tubuh Azami.

***

Azami yang terduduk di kursi penumpang sebelah pengemudi pun menolekan kepalanya kearah Juza yang duduk di belakang kemudi dan tengah fokus mengemudi mobil menuju universitasnya yang baru.

"Juza-san, apa benar tidak apa-apa kau mengantar ku ke Universitas? Aku bisa pergi menaiki transportasi umum." Tanya Azami menatap Juza dengan sorot mata sungkan.

Juza yang sedang fokus mengemudi mobil pun berdeham tanpa menoleh kearah Azami. "Ya tidak apa-apa. Karena hari ini dan besok aku sedang tidak memiliki jadwal."

Azami yang mendengar perkataan Juza pun terdiam sesaat ditempatnya. "Apa lusa kau memiliki jadwal perjalanan bisnis lagi?"

"Ya, lusa hingga lima hari kedepan kami memiliki jadwal perjalanan bisnis."

Helaan nafas panjang Azami hembuskan setelah mendengar perkataan Juza. "Seharusnya kau menggunakan waktu dua hari ini untuk beristirahat dirumah Juza-san. Bukan untuk mengantar ku ke universitas."

Juza menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Apa kau merasa terganggu karena aku akan mengantar dan menjemput mu selama dua hari ini?"

"Bukan begitu. Aku hanya merasa sangat disayangkan jika selama dua hari ini kau gunakan untuk mengantar dan juga menjemputku. Kau juga semalam baru pulang dari perjalanan bisnis bukan? Seharusnya kau memilih untuk beristirahat di rumah saja Juza-san."

Juza yang mendengar perkataan Azami terkekeh pelan."Aku hanya ingin menghabiskan waktu senggang dua hari ku ini bersama mu, Azami-kun. Jadi ku harap kau tidak akan menolak apa yang akan ku lakukan selama dua hari ini dengan mu."

Azami merasa ada sesuatu yang berterbangan di dalam perutnya setelah mendengar perkataan Juza. Kini dirinya menolehkan kepala kearah keluar mobil. "Ku harap kau tidak akan melakukan hal-hal aneh yang akan membuatku menolakmu."

Juza kembali terkekh mendengar perkataan Azami. Sebelah tangan Juza terulur untuk menepuk-nepuk puncak kepala Azami. "Kau pasti tidak akan menolak apa yang akan aku lakukan kepadamu nanti."

Dengusan terdengar keluar dari bibir Azami. "Terserah kau saja, Juza-san."

Juza mengulaskan seringai kecil diwajahnya lalu menghentikan mobilnya saat mereka berdua sudah sampai didepan gerbang universitas tempat Azami melanjutkan pendidikan magisternya.

Azami pun langsung melespkan sabuk pengamannya dan mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil tas ransel yang berada di kursi penumpang belakang mobil.

"Terimakasih Juza-san sudah repot-repot mengantar ku." Ucap Azami saat dirinya sudah berada diluar mobil dan berbicara melewati kaca mobil yang sudah diturunkan oleh Juza.

"Ya, jika kau sudah selesai, kau harus mengabari ku. Karena aku akan menjemputmu."

Azami menganggukan kepalanya pelan."Baiklah. Kalau begitu aku masuk dulu. Hati-hatilah di jalan pulang Juza-san."

"Ya, kau juga. Bersemangatlah dihari pertama mu menjadi mahasiswa." Sahut Juza yang di balas dengan lambaian tangan oleh Azami.

Setelahnya Azami pun berjalan menjauh dari mobil Juza untuk memasuki lingkungan universitas tempatnya melanjutkan pendidikan magister.

Juza yang melihat Azami sudah memasuki universitas pun kembali mengulaskan senyum kecil diwajahnya sambil menutup kembali kaca mobil.

"Aku akan membuatmu tidak bisa meolak apa yang akan aku lakukan selama dua hari ini Azami." Gumam Juza sambil melajukan mobilnya meninggalkan universitas.

Sedangkan itu Azami yang sudah berada di dalam lingkungan universitas pun melihat-lihat aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa lain yang Azami yakini merupakan mahasiswa pendidikan sarjana.

"Ah, aku jadi merindukan masa-masa kuliah ku dulu." Gumam Azami melihat beberapa mahasiswa yang berkumpul dan berbincang bersama-sama.

"Aku tidak tahu apakah di tingkat pendidikan pasca sarjana memiliki mahasiswa yang cukup banyak atau tidak. Ku harap menemukan teman yang bisa menghabiskan waktu bersama selama melanjutkan pendidikan disini."

Azami pun memasuki salah satu ruangan yang akan digunakannya untuk memulai matakuliah pertama di hari pertama dirinya menjadi seorang mahasiswa pascasarjana.

Azami yang melihat suasana kelas masih belum terlalu ramai pun memilih untuk duduk di kursi barisan tengah. Tempat yang selalu menjadi incarannya saat berkuliah dulu bersama dengan Ren dan Joe.

Sambil menunggu dosen mata kuliah jam pertama datang, Azami pun mengeluarkan buku materi mengenai matakuliah di jam pertama ini. Dirinya ingin melanjutkan membaca beberapa materi yang ada didalam buku tersebut.

Grek..

Azami yang merasakan kursi tepat disebelahnya tergeserpun menolehkan kepalanya dan dirinya melihat seorang pria berkulit eksotis dan berambut cokelat gelap sudah menduduki kursi disebelahnya tersebut.

"Ah, hai. Apa kau tidak masalah jika aku duduk tepat disebelah mu?" Tanya pria berkulit eksotis itu dengan seulas senyum tercetak diwajahnya.

Azami pun menganggukan kepalanya. "Tentu saja. Diruangan ini kau bebas untuk duduk dimana pun."

Pria berkulit eksotis itu pun terkekeh, lalu mengulurkan sebelah tangannya kehadapan Azami. "Perkenalkan namaku Mike Otonomiya, mahasiswa tahun pertama pascasarjana."

Azami pun membalas uluran tangan pria berkulit eksotis yang bernama Mike. "Nama ku Azami Shouta, mahasiswa tahun pertama pascasarjana. Senang berkenalan dengan mu."

Seulas senyum cerah terpatri diwajah Mike saat mengetahui jika Azami juga merupakan mahasiswa tahun pertama sama seperti dirinya.

"Ku harap kita bisa menjadi teman yang baik selama menjalani pendidikan pascasarjana, Azmi-kun."

Azami menganggukan kepalanya pelan. "Ya, kuharap kita juga bisa menjalin kerja sama yang baik."

"Tentu saja! Apa kau merupakan orang asli Yokohama atau bukan?" Tanya Mike yang dibalas gelengan kepala oleh Azami.

"Bukan, aku berasal dari Tokyo dan disini tinggal bersama kenalan ku."

Mike menganggukan kepalanya. "Ah, begitu rupanya. Kita sama, aku juga bukan berasal dari Yokohama. Aku berasal dari Nagoya dan disini aku tinggal disebuah apartemen."

"Ah, begitu rupanya." Balas Azami.

"Kau boleh datang berkunjung ke apartemen ku jika sedang luang." Ucap Mike dan dibalas anggukan kepala oleh Azami.

"Mungkin jika aku sedang tidak bekerja partime aku akan berkunjung."

Mike membulatkan kedua bola matanya mendengar perkataan Azami. "Kau bekerja paruh waktu? Dimana itu?"

"Di kafe milik kenalan ku. Apa kau juga bekerja paruh waktu?"

Mike menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku bekerja sebagai freelance desain interior. Jadi aku bisa mengerjakan pekerjaan ku kapan saja dan dimana saja."

Kedua bola mata Azami membulat terkejut. "Kau tertarik dengan desain interior juga?"

Sebelah alis Mike terangkat keatas. "Tunggu, kau juga memiliki ketertarikan dengan desain interior?"

Azami menganggukan kepalanya dengan sorot mata bersemangat. "Ya, saat aku berkuliah dulu aku bekerja paruh waktu diperusahaan desain interior, selain itu aku juga memiliki beberapa projek bersama teman-teman ku untuk mendesain sebuah kafe dan restoran."

"Wah! Kalau begitu aku boleh tidak meminta pendapat mu mengenai hasil desain ku nanti?" Tanya Mike dengan sorot mata berbinar kepada Azami.

"Tentu saja. Kau bisa bertanya dan meminta pendapatku kapan saja, Mike-kun." Jawab Azami yang semakin membuat Mike merasa begitu senang.

"Terimakasih Azami-kun. Ku rasa pertemanan kita akan berlangsung lama hahahaa."

Azami mengulaskan senyum diwajahnya. "Ya sepertinya. Senang berkenalan dengan mu Mike-kun."

Mike menganggukan kepalanya dengan semangat."Aku juga sangat senang berkenalan dengan mu Azami-kun."

Tidak lama kemudian masuklah seorang profesor kedalam ruangan tersebut.

Azami yang menyadari kehadiran profesor tersebut pun langsung membetulkan posisi duduknya untuk mengarah kedepan ruangan.

Sedangkan itu Mike yang duduk disebalh Azami masih memposisikan tubuhnya menghadap Azami. Dirinya semakin mengulaskan senyum di wajahnya dan menatap Azami dengan sorot mata berbinar, sebelum dirinya membenarkan posisi tubuhnya untuk menghadap kedepan kelas, karena matakuliah jam pertama pun sudah dimulai.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C41
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login