Baixar aplicativo
20% The Dangerous Love Zone / Chapter 38: The Dangerous Love Zone - 35

Capítulo 38: The Dangerous Love Zone - 35

Azami yang baru saja menginjakan kaki diruang pertemuan keluarga Furuichi menatap datar para paman, bibi dan sepupunya yang kini tengah terdiam menatap dirinya dengan ekspresi terkejut.

Tanpa menghiraukan raut wajah terkejut yang tercetak jelas diwajah para paman, bibi dan sepupunya, Azami melangkahkan kakinya menuju salah satu kursi yang berada tepat disebelah Yano.

"A-azami-kun? Kau sudah kembali? Bukan kah kau sedang melanjutkan pendidikan mu di luar negeri?" Tanya Kyoko putri kelima Yano, saat melihat Azami sudah duduk tepat di sebelah Yano.

"Aku tidak pernah memberitahu kalian jika aku melanjutkan pendidikan di luar negeri." Jawab Azami singkat sambil menatap datar Kyoto.

Kini suasana diruangan pertemuan keluarga Furuichi sedikit riuh setelah mendengar perkataan Azami.

"Jadi, kau tidak melanjutkan pendidikan mu di luar negeri, Azami-kun?" Tanya salah seorang sepupu perempuan Azami dengan tatapan tidak percaya.

"Tentu saja aku melanjutkan pendidikan ku di luar negeri. Hanya saja saat ini aku sedang meluangkan waktu ku untuk ikut hadir dalam pertemuan keluarga." Jawab Azami.

"Lalu di negara mana kau melanjutkan pendidikan mu, Azami-kun?" Tanya salah seorang bibinya yang membuat Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Rahasia. "

Suasana hening kini mengudara didalam ruang pertemuan keluarga Furuichi.

Yano yang menyadari suasana hening itu pun segera berdeham agar fokus perhatian para putra, putri dan cucunya teralih kepadanya.

"Ekhm! Ku rasa sekarang saatnya ini merundingkan perihal pesta ulang tahun perusahaan milik Yusuke." Ucap Yano yang membuat perhatian para putra, putri dan cucunya, terarah kepadanya.

"Ah, ayah benar. Tujuan kita mengadakan pertemuan hari ini adalah untuk membahas perihal pesta ulang tahun perusahaan." Sahut Akito – putra kedua Yano- yang disetujui oleh yang lainnya.

Dan kini pertemuan keluarga Furuichi pun dimulai, untuk membahas perihal pesta ulang tahun A&Y Group yang rencananya akan diadakan pada akhir bulan November yang merupakan tanggal awal mulanya A&Y Group berdiri.

Acara ulang tahun perusahaan akan diadakan secara terbuka dengan mengundang para media untuk meliputnya. Karena A&Y Group merupakan salah satu perusahaan Entertaiment terbesar Jepang, para paman dan bibi Azami pun berencana untuk membuat pesta ulang tahun kali ini begitu meriah dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya.

Azami yang mendengar rencana yang sudah dipersiapkan oleh para paman, bibi dan sepupunya hanya mendengus dalam hati. Dirinya sudah dapat membayangkan seberapa banyak biaya yang akan dikeluarkan untuk merayakan pesta satu malam nanti.

Belum lagi perusahaan milik mendiang ayahnya, masih harus membayar beberapa denda pinalti yang disebabkan adanya perubahan jadwal yang dilakukan oleh Ken dan para paman serta bibinya yang lain.

"Bagaimana menurut mu Azami-kun? Apa kau menyetujui rencana yang kami siapkan ini?" Tanya Ken setelah dirinya dan yang lain mengemukakan rencana pesta ulang tahun perusahaan.

Azami yang diberikan pertanyaan oleh Ken, terdiam sesaat sebelum memberikan jawabannya.

"Aku sama sekali tidak masalah dengan rencana yang sudah para paman dan bibi kemukakan tadi. Tetapi ku harap persiapan biaya pesta ulang tahun perusahaan harus disiapkan sesuai dengan dana yang dimiliki oleh perusahaan. Jangan sampai nanti hanya untuk merayakan pesta satu malam kondisi keuangan perusahaan akan benar-benar menurun sangat tajam."

Ken dan para saudaranya yang lain saling melemparkan tatapan pada satu sama lain setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Azami.

"Kau tenang saja Azami-kun, biaya yang akan kami keluarkan untuk pesta nanti tidak akan sampai menguras dana yang ada diperusahaan saat ini." Sahut Harue yang merupakan putri ketiga Yano dan direspon dengan anggukan kepala oleh Azami.

"Baiklah, jika itu tidak akan menguras dana yang dimiliki perusahaan aku sama sekali tidak keberatan."

Azami dapat melihat raut wajah lega yang tercetak jelas di wajah para paman, bibi dan sepupunya.

"Lalu, apakah kau akan menghadiri acara pesta ulang tahun perusahaan nati Azami-kun?" Tanya Tanjiro yang merupakan putra keempat Yano.

"Kurasa aku tidak akan datang." Jawab Azami yang membuat semua orang didalam ruangan tersebut membulatkan kedua mata mereka, kecuali Yano yang sudah menduga jika cucu nya tersebut tidak akan menghadiri acara pesta ulang tahun perusahaan milik mendiang putranya.

"Tapi kenapa?" Tanya Harue yang disetujui oleh yang lainnya. Karena mereka ingin mengetahui apa alasan Azami tidak akan menghadiri acar pesta ulang tahun perusahaan.

Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Aku tidak ingin membuat para media meliput ku untuk saat ini. Dengan hadirnya aku diacara ulang tahun perusahaan, sudah pasti itu akan membuat para media bertanya-tanya dan mencari latar belakan g diriku. Belum lagi jika nanti aku akan ikut naik keatas panggung untuk memberikan ucapan sambutan kepada para tamu undangan dan para media. Jadi lebih baik, aku memutuskan untuk tidak hadir."

Suasana didalam ruang pertemuan keluarga Furuichi seketika menjadi hening. Yano yang menyadari suasana hening dialam ruang pertemuan berdeham untuk mengambil alih perhatian para putra, putri dan cucunya.

"Aku pribadi menyetujui apa yang dikatakan oleh Azami. Lagi pula bukankah sejak awal Ken juga mengatakan kepada media jika Azami sedang melanjutkan pendidikan di luar negeri? Jadi kemungkinan besar para media tidak akan merasa heran jika Azami tidak menghadiri pesta ulang tahun perusahaan. Mengingat para media juga belum mengetahui bagaimana rupa dan sosok dari penerus A& Group yang sebenarnya, bukan?"

Salah seorang sepupu Azami menganggukan kepalannya, membernarkan apa yang dikatakan oleh Yano. "Kakek benar. Para media dan publik pun sama sekali belum mengetahui siapa sebenarnya sosok dari penerus perusahaan yang sebenarnya."

Tidak lama kemudian para putra, putri dan cucu Yano yang lain pun menganggukan kepala mereka, menyetujui apa yang dikatakan oleh Yano.

"Baiklah, jika itu memang sudah merupaka keputusan mu Azami-kun. Kami tidak akan memaksamu. Dan mungkin juga kami akan memberikan penjelasan kepada awak media jika kau sedang menjalani ujian di universitas mu, sehingga kau berhalangan untuk menghadiri pesta ulang tahun perusahaan." Ucap Ken yang disetujui langsung oleh Azami.

"Untuk perihal itu, aku akan menyerahkan kepada mu paman. Kau yang sangat mengetahui bagaimana cara menghadapi media." Sahut Azami dengan mengulaskan senyum diwajahnya.

"Baiklah kalau begitu. Kurasa pertemuan mengenai acara pesta ulangtahun perusahaan sudah selesai sampai disini. Kita hanya perlu tanggal ulang tahun perusahaan saja. Atau mungkin salah satu diantara kalian ada yang masih ingin menambhakan pendapat lagi?" Tanya Ken menatap satu persatu anggota keluarga Furuichi dan mendapatkan respon gelengan kepala oleh mereka.

"Baik jika tidak ada yang ingin menambahkan pendapat lagi. Pertemuuan hari ini kita tutup sampai disini. Kalian bisa langsung kembali pada kegiatan yang kalian miliki masing-masing." Tutup Ken dan disetujui oleh yang lain.

Sepupu, serta paman dan bibi Azami pun satu persatu mulai meninggalkan ruangan pertemuan dan kini hanya tinggal menyisahkan Azami, Ken, Mei dan Yano yang berada diruang pertemuan.

"Jadi Azami-kun, apa setelah ini aku akan langsung kembali ketempat tinggal mu yang baru, atau kau akan menginap satu malam dirumah mu?" Tanya Ken menatap Azami yang sedang menikmati minumannya.

"Ah, mungkin aku akan langsung kembali ke tempat tinggal ku yang baru paman. Karena besok aku harus bekerja part time." Jawab Azami yang membuat Ken membulatkan matanya terkejut.

"Kau? Bekerja part time? Untuk apa kau bekerja part time Azami-kun? Bukankah kau masih memiliki sisah harta warisan dari mendiang ayah mu?" Tanya Ken lagi yang membuat Azami terkekeh pelan. Sedangkan itu Mei yang mendengar pertanyaan sang suami hanya menatap datar sang suami.

"Aku tidak ingin selalu menggunakan warisan dari mendiang ayah ku, paman. Maka dari itu aku memilih untuk bekerja part time, sebagai biaya sehari-hari untuk aku dan Yuri." Jawab Azami yang membuat Ken terdiam sesaat, lalu menganggukan kepalanya pelan.

"Ah, kau mengingatkan ku pada mendiang ayah mu yang selalu bekerja keras."

Seulas senyum kecil tercetak diwajah Azami. "Ya, mungkin sifat ku ini memang menuruni mendiang ayah ku, paman."

Ken kembali menganggukan kepalanya dan kini melirikan matanya kearah jam tangan.

"Ayah, Azami-kun. Kurasa aku harus pergi saat ini. Karena aku sudah memiliki janji dengan relasi yang lain." Ucap Ken dan beranjak dari duduknya.

Yano yang mendengar perkataan Ken pun menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah kalau begitu. Kami pun juga sepertinya tidak lama lagi akan pergi dari ruangan ini."

"Kalau begitu, aku pergi sekarang. Sampai bertemu lagi nanti." Ucap Ken dan kini tatapannya beralih kepada Mei sang istri.

"Sayang, maaf aku harus pergi terlebih dulu. Nanti aku akan menyuruh salah satu driver kita untuk menjemputmu disini."

Mei mengulaskan senyum kecil diwajahnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu. Nanti aku akan pulang bersama ayah. Kau tidak perlu khawatir,"

Ken menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah kalau begitu. Aku harus pergi sekarang, setelah sampai rumah jangan lupa memberikan kabar kepada ku."

"Ya, aku akan memberikan mu kabar jika aku sudah berada dirumah."

Setelahnya Ken pun kembali berpamitan kepada Azami dan Yano, lalu pergi berjalan keluar dari ruang pertemuan dengan raut wajah yang berubah drastis.

Sedangkan itu didalam ruang pertemuan, Yano memanggil salah seorang bodyguardnya untuk menutup pintu ruang pertemuan dan menyuruh beberapa bodyguardnya yang lain untuk menjaga diluar ruang pertemuan agar tidak ada orang yang mendekati ruangan tersebut.

"Azami-kun, kau pasti sangat terkejut bukan saat melihat anak buah ku sudah berada di gerbang unversitas mu?" Tanya Yano yang kini menatap Azami dengan sebelah alisnya yang terangkat keatas.

"Ya begitulah. Meski aku sudah mengetahui jika hari ini akan di adakan pertemuan keluarga, aku tidak akan menyangka jika kakek akan repot-repot untuk menjemputku." Jawab Azami dengan santainya.

Mei yang duduk terdiam memperhatikan interaksi antara Azami dan Yano merasakan atmosfir diantara mereka kini perlahan berubah.

"Aku hanya tidak ingin, kau sebagai penerus A&Y Group yang sesungguhnya tertinggal informasi mengenai pesta perayaan ulang tahun perusahaan." Ucap Yano yang direspon dengan dehaman oleh Azami.

"Jadi, apa rencana yang sedang kakek buat saat ini? Bukankah beberapa waktu lalu, kakek bersikeras menyuruhku untuk melanjutkan pendidikan diluar negeri agar para paman dan bibi tidak dapat mencelakai ku."

Azami mengambil jeda sesaat, sebelum kembali melanjutkan perkataannya. "Lalu mengapa saat ini kakek justru membawa ku untuk bertemu langsung dengan para paman, bibi serta sepupu ku?"

Seulas senyum kecil tercetak diwajah Yano. "Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksi terkejut yang tercetak diwajah para putra dan putri ku saat melihat dirimu."

Mei terkekeh pelan mendengar perkataan Yano. "Dan ayah berhasil membuat mereka terkejut."

"Ya. Tetapi sayangnya aku sedikit kecewa karena Azami tidak mengatakan jika dia tidak benar-benar melanjutkan pendidikan diluar negeri. Seandainya Azami benar-benar mengatakan jika dirinya melanjutkan pendidikan di negeri ini, mungkin mereka akan benar-benar sangat terkejut."

Azami yang mendengar perkataan Yano mendengus geli. "Itu akan sangat merepotkan jika aku berkata tidak melanjutkan pendidikan di luar negeri. Mereka pasti akan langsung mengerahkan orang-orang untuk memata-matai ku. Jika yang mereka usik hanya aku seorang itu tidak masalah, tetapi jika mereka juga ikut mengusik Yuri, itu tidak dapat aku biarkan sama sekali."

Yano mengibas-ngibaskan tangannya merespon perkataan Azami. "Kau tidak perlu khawatir Azami-kun, aku akan segera mengerahkan orang-orang kepercayaan ku untuk melindungi mu dan Yuri jika anak-anak ku sudah mulai melakukan aksi yang mencurigakan."

"Tapi aku berharap, mereka tidak akan mulai mengerahkan orang untuk mengikutiku mulai hari ini." Ujar Azami yang membuat Yano dan Mei terdiam sesaat.

"Apa kau ingin aku menyuruh salah satu orang ku untuk mengantar mu pulang?" Tanya Yano yang langsung di jawab gelengan kepala oleh Azami.

"Tidak perlu, kakek. Setelah ini aku ingin megunjungi pemakaman ayah dan ibu terlebih dulu, lalu mungkin malam ini aku akan menginap di apartemen Joe."

Yano menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah kalau begitu. Semoga hari kau mengalami keberuntungan Azami-kun."

Azami menaikan sebelah alisnya heran mendengar perkataan Yano. Namun dirinya sama sekali tidak bertanya lebih lanjut maksud dari perkataan sang kakek dan langsung pamit untuk pergi mengunjungi pemakaman kedua orang tuanya.

Sedangkan itu Mei yang masih berada di dalam ruangan pertemuan dan juga merasa heran dengan maksud dari perkataan sang ayah mertua pun melayangkan pertanyaan."

"Ayah, maksud dari perkataan mu yang terakhir kepada Azami mengenai keberuntungan di hari ini itu apa?"

Yano mengulaskan serigai kecil di wajahnya."Masing-masing orang memiliki peluang keberuntungan yang berbeda. Tetapi tidak selamanya kau akan mengalami keberuntungan secara terus menerus. Suatu saat pasti akan mengalami ketidak keberuntungan disaat yang tidak tepat."

Mei yang mendengar penjelasan dari Yano, masih merasa belum mengerti sepenuhnya. Namun dirinya memilih untuk menyetujui apa yang dikatakan oleh ayah mertuanya dan tidak melayangkan pertanyaan lain.

Sedangkan itu, satu jam kemudian di tempat pemakaman kedua orang tuanya, Azami berdiri dibawah guyuran hujan deras yang membasahi kota Tokyo.

Setelah berdoa dan mengucapkan salam perpisahan kepada kedua orang tuanya. Azami berlari menuju salah satu pendopo yang berada tidak jauh dari pemakama kedua orang tuannya.

Dirogohnya saku celana untuk mengeluarkan ponselnya yang sudah mati total karena terkenal air hujan. Lalu Azami merogoh saku jaketnya untuk mengambil dompet dan melihat keadaan kartu dan uang tunai yang dirinya miliki.

Melihat dompetnya yang mengeluarkan air dari bagian dalamnya, helaan nafas pajang pun Azami hembuskan.

"Aku tidak yakin jika kartu dan uang tunai ku bisa digunakan dalam keadaan basah. Dan juga, taksi maupun bis pasti akan menolak penumpang yang basah seperti ku saat ini." Gumam Azami memperhatikan dirinya dari ujung kaki hingga memegang rambutnya yang dalam keadaan basah semua.

"Kalau begini, tidak ada jalan lain. Aku harus berjalan kaki sampai di apartemen Joe."

Azami menatap rintikan hujan yang turun begitu deras di hadapannya.

"Baiklah, tidak apa sesekali aku bermain air hujan. Jika aku terkena demam, maka aku hanya perlu meminum obat saja."

Setelah bergumam pada dirinya sendiri, Azami pun langsung berlari meninggalkan pendopo tersebut menerjang derasnya rintikan hujan yang membasahi kota Tokyo, untuk menuju apartemen milik Joe.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C38
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login