Baixar aplicativo
42.1% When You Belong Me / Chapter 24: Jangan Marah Sayang

Capítulo 24: Jangan Marah Sayang

Malam menjelang, Abdul dan Danil pulang dari kantor tepat pukul Sembilan malam, melihat mobil Danil masuk, Pak Karim yang duduk di gazebo depan rumah bersama Yusuf dan security langsung membukakan pintu pagar bersama security.

"Assalamualaikum." Ucap Abdul dan Danil saat mereka sudah turun dari mobil.

"Waalaikumsalam." Jawab Pak Karim, dan salah satu security.

"Yola di rumahkan Pak Karim?" Tanya Abdul pada Pak Karim.

"Kangen? Baru aja sehari?" Goda Danil pada Abdul yang langsung nyengir lebar sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gimana besok kalau Yola kuliah di negara A, Abdul?" Lanjut Danil.

Pak Karim tersenyum, sambil menunduk.

"Itu beda niat dan urusan, yah." Jawab Abdul.

Lalu mereka masuk ke dalam teras, dilihatnya yola yang sedang berlari dari tangga menuju pada ayah dan suaminya. "Kalian sudah pulang?" Tanya Yola lalu mencium pungung tangan dua orang itu bergantian.

"Ini suamimu, kangen katanya." Ucap Danil setelah mencium kening anak gadisnya.

Wajah yola memerah lalu mengalihkan pandangannya pada sang suami yang tersenyum kikuk.

"Dia memang gitu, ayah. Cuma ngaji sebentar di asrama aja pulang-pulang bilang kangen." Adu Yola yang membuat Abdul lalu merangkul leher istrinya. Lalu mencium pipinya gemas, Danil hanya geleng-geleng kepala melihat sang anak dan menantunya yang dengan cueknya memmerkan kemesraan mereka.

"Lanjut dikamar sana." Ujar Danil.

"Siap ayah." Kata Abdul lalu membawa Yola ke kamar mereka, untung saja Lala sudah pulang sejak sore tadi, jadi mereka bebas bermesraan tanpa ada yang menganggu mereka.

Ceklek.

Abdul membuka pintu kamar sambil mengandeng tangan Yola. Lalu menutup kembali pintu kamar mereka.

"Yang, aku siapkan air hangat dulu ya." Kata Yola yang hendak melangkah ke dalam kamar mandi, namun langkahnya terhenti saat pingangnya ditarik secara perlahan oleh sang suami, yang membuat Ia harus mengahadap suaminya .

"Kenapa?" Tanya Yola sambil mengalungkan tangannya ke leher Abdul.

Tanpa menjawab Abdul lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Yola. Hati Yola berdebar kencang, masih ingat apa yang dilakukan Abdul tadi pagi padanya, membuka sesuatu yang sedari dulu Ia tutup rapat, dan tadi pagi tanpa paksaan dirinya rela sesuatu yang berharaga di tatap oleh mata suaminya, bahkan tidak hanya ditatap, dilahap, dijilat dan dinikmati semau suaminya.

"Aku mau pipis." Jawab Abdul lalu mencium bibir Yola sekilas, lantas melepaskannya dan Ia masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Yola memegang dadanya tak percaya dengan kejahilan suaminya.

"Abdul!" Teriak Yola, sedangkan Abdul tertawa terbahak di dalam kamar mandi.

"Ciumannya nanti dulu, yang. Udah kebelet pipis." Ucap Abdul dari dalam kamar mandi.

'Siapa juga yang mau dicium sama kamu?" kata Yola dengan nada jengkel. Dikiranya Abdul benar ingin menciumnya barusan, tapi ternyata suaminya itu sedang bikin drama ke kamar mandi.

"Ya kamulah sayang." Jawab Abdul sambil keluar dari kamar mandi. Melihat Yola hanya berdiri sambil bersedekap dengan wajah yang ditekuk karena kesal.

Abdul memeluk Yola dari belakang, lalu mencium pipi istrinya dengan lembut. "Jangan marah dong, tadi beneran lho, serius pingin pipis. Ga maksud bikin kamu keki, yang."

Yola masih terdiam tak mau mengucapkan kata sedikitpun, Abdul menarik nafas panjang, lalu mengeratkan pelukannya pada Yola, Abdul meletakkan kepalanya di pundak Yola miring menatap wajah istrinya.

"Jangan marah, dong. Maaf deh, yang. Aku minta maaf ya." Ucap Abdul, perlahan Yola menoleh pada Abdul, lalu mencubit hidung suaminya gemas. Lalu tersenyum.

"Aku maafin, awas kalau gitu lagi, aku suruh tidur di luar." Ujar Yola.

"Ampuuunn, nyonya." Jawab Abdul lalu menegakkan berdirinya kemudian memutar tubuh Yola agar menatap pada dirinya.

"Aku sayang sama kamu, aku kangen, seharian kangen tapi mau telpon malu sama ayah, karena kerjaan ayah banyak banget." Kata Abdul.

"Maaf ya, kamu baru pulang aku malah bikin kamu_"

CUP

Abdul mencium kening Yola.

CUP.

Abdul mencium puncak hidung Yola.

CUP

Abdul mencium bibir merah muda yang sedari tadi sudah ingin Ia rasakan, namun karena sang pemilik marah, jadi tertunda dan kini Ia dengan bebas meluapkan rasa rindunya pada sang istri.

"Aku juga sayang kamu." Yola berkata setelah ciumannya terlepas dari Abdul.

"Kangen." Dan Tangan Abdul mulai meraba pungung Yola.

"Jangan mulai deh, yang. Mandi dulu nanti keburu malam, lho." Yola mengingatkan Abdul.

"Ya, aku mandi tapi setelah itu…. " Ucap Abdul sambil menatap dada Yola. Dengan cepat Yola menutup dadanya menggunakan dua tangan.

"Ga boleh." Kata Yola.

"Pelit ah, kan enak. Penambah nutrisi." Ujar Abdul sambil tertawa.

"Iya nanti ke bablasan gimana?"

"Kan udah lulus sekolahnya, jadi ga apa-apa dong."

"Ya ga gitu juga dong, yang." Ucap Yola sambil menatap Abdul dan kedua tanagn masih berada di atas dadanya.

"Ya udah, Aku diam saja kalau gitu, puasa." Kata Abdul lalu pura-pura kesal.

"Yang jangan gitu dong. Jangan marah, aku Cuma… Cuma malu, lagian masih sakit nih tadi pagi kamu kencang benar, kayak bayi ga minum seminggu tahu ga." Ucap Yola sambil menunduk malu.

"Serius, sakit?" Tanya Abdul khawatir.

Yola mengangguk, "Kan__"

"Maaf ya aku ga tahu kalau sampai sakit. lagian keliahatannya kamu menikmati gitu." Kata Abdul sambil nyengir.

"Udah sana mandi, tadi sudah makan belum?"

"Sudah, tadi sudah makan sama ayah sambil meeting di kantor ayah."

"ya udah, aku ambilin minum aja ya." Ucap Yola dengansenyum lebar.

"Ya, makasih sayang. Aku mandi dulu ya."

Yola mengangguk, lalu Abdul langsung masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Yola turun ke bawah untuk mengambilkan minum bagi suaminya.

Lima belas menit kemudian, Abdul sudah menyelesaikan mandinya dan menunggu Yola untuk sholat berjamaah.

"Kita sholat, yang." Ajak Abdul pada Yola yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Maaf, tapi aku lagi ga sholat, yang. Kamu sholat sendiri ya." Kata Abdul, lalu terlihat helaan nafas panjang dari suaminya.

Abdul melaksanakan sholat isya seorang diri, Yola menunggu Abdul yang sedang sholat dengan duduk diatas sofa dan membaca buku kesukaannya.

Beberapa menit kemudian Abdul selesai melaksanakan sholat isya, lalu melipat sajadah dan meletakkannya di atas kursi rias Yola. Lalu perlahan mendekati Yola yang sedang duduk di sofa, karena Yola duduk di sofa single akhirnya Ia berdiri dan menyuruh Abdul duduk di tempatnya, lalu Abdul menarik pingang Yola supaya Ia duduk di pangkuannya.

"Ini minumnya, yang." Kata Yola sambil memberikan gelas berisi teh hangat pada Abdul.

"Terimakasih sayangku." Ucap Abdul lalu menyesap teh hangat dari tangan Yola.

"Udah malam, yang. Tidur yuk." Ajak Yola pada suaminya.

"Ayok."

"Peluk tapi."

"Kapan aku ga peluk kamu, hm?"

"Ga pernah." Ucap Yola sambil loncat kegendongan Abdul seperti bayi koala pada induknya.

"Manja."

"Biarin."

"Tapi aku suka." Ucap Abdul lalu mencium kening Yola dengan sayang, sambil melangkah ke ranjang empuk mereka.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C24
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login