Baixar aplicativo
17.54% When You Belong Me / Chapter 10: Iseng vs jahil

Capítulo 10: Iseng vs jahil

Abdul menoleh pada orang yang ternyata benar ingin menemuinya, lalu ikut memandang bintang yang bertaburan di atas langit.

"Jadi, ada apa kamu ingin menemuiku." Tanya Abdul dengan santai.

"Yola mendapatkan beasiswa kuliah di negara A, bagaimana pendapatmu, aku pikir kamu sudah mengetahui tentang berita itu kan?"

"Bagaimana kamu tahu, Fatih?"

Ya orang itu adalah Fatih, saudara sepupu dari Yola.

"Karena aku juga mendapatkannya."

Abdul menoleh pada saudaranya itu, lalu tersenyum.

"Baguslah, berarti kau bisa menjaga Yola disana."

"Kau tidak ikut?"

"Aku tidak bisa, aku harus mengurus kantor, sekolah, lalu pesantren ini. Kasian Abah jika aku tinggal sendirian."

"Berarti kamu mengijinkan Yola untuk kuliah di negara A?"

"Itu karena ada sebab lain."

"Apa?"

"Yola harus menyelesaikan pengobatannya di negara A, disana peralatan dan pengobatannya lebih canggih dari pada disini,"

Fatih terdiam, alasan Ia sebenarnya menerima beasiswa itu adalah, karena mendapati kenyataan jika cintanya bertepuk sebelah tangan, dan parahnya perempuan itu lebih menyukai saudaranya sendiri dari pada dirinya.

Fatih menyukai Anisa sejak lama, namun apa yang Ia rasakan tak mendapat balasan sesuai yang Ia harapkan, maka Ia memilih menerima beasiswa itu, dan pergi ke negara A.

"Kenapa kau menerima beasiswa itu, bukankah dulu kamu bilang ingin menyelesaikan sekolahmu disini?"

"Aku berubah pikiran, aku ingin meneruskan kuliahku lebih cepat, dan ingin meraih cita-citaku."

"Apa cita-cita mu?"

"Aku ingin menjadi seorang ilmuwan sekaligus dokter, yang bisa menyembuh kan penyakit orang lain, dan memberikan mereka harapan."

Abdul tersenyum, "Cita-citamu sungguh mulia."

"Benar, tidak ada alasan lain?"

"Maksud kamu?"

"Tidak, aku kira kamu sedang patah hati, sehingga kamu ingin segera meninggalkan tempat ini, karena aku sangat yakin, kamu dari awal sangat betah tinggal disini."

Fatih menoleh pada Abdul, 'Bagaimana dia tahu apa yang terjadi padaku, padahal aku tak pernah mengatakan hal itu pada siapapun.'

Fatih menarik nafas panjang, pandangannya menatap langit gelap yang bertabur kerlap kerlip bintang yang indah.

"Terkadang kita harus melepaskan sesuatu, untuk meraih sesuatu yang lain, walau apa yang kita lepaskan sangat berarti untuk kita, namun jika tak ada harapan yang berarti. Maka kita harus memilih untuk meraih sesuatu dan meninggalkan hal berharga namun tak berarti tersebut kan?" Ucap Fatih.

Abdul sangat paham apa yang di rasakan Fatih saat ini, sama seperti dirinya saat belum tahu apa kah Yola mencintainya atau tidak malah Ia tahu jika Yola sedang berusaha menghilangkan nama seseorang dari hatinya.

"Semoga kau sukses meraih apa yang kau cita-citakan, dan aku titip istriku, tolong jagakan dia untukku."

"Pasti. Dia juga saudara sepupuku, kakakku. Aku juga tak ingin sesuatu terjadi padanya, aku ingin Ia sehat, dan kembali ceria seperti dulu, aku rindu manjat genteng bareng dia, rindu mengambil rambutan di rumah orang lalu ketahuan, aku juga rindu saat aku sama dia menaruh kecoa di tas Pak Atmo sopir Om Danil." Fatih tersenyum lebar saat mengingat hal itu.

"Astagfirullah, sebegitu parahkah keisengan kalian?" Abdul terkekeh.

Fatih tertawa kecil, "Lebih dari itu kami pernah."

"Apa?"

"Menaruh lem di celana Jhonatan sehingga dia tak bisa bangun saat kami sedang makan malam, karena khawatir Jhonatan akan mengambil makanan kesukaan kami."

Keduanya tertawa, sampai tak mengira jika ada seseorang sedang duduk diatas mereka dengan jarak yang tak begitu jauh.

Karena merasa diamati, Abdul mendongakkan kepalanya ke atas, betapa kagetnya Ia jika sang istri yang dikiranya tidur, ternyata duduk di atap persis diatasnya.

"Yola!" Teriak Abdul.

Fahri yang juga kaget langsung ikut mendongak ke atas, lalu melihat Yola yang sedang melambai ke arahnya.

"Astaghfirullah, kirain setan!" Ucap Fatih.

"Ye, mana ada setan secantik aku." Ucap Yola, lalu menerima uluran tangan Abdul untuk duduk di sampingnya.

"Kamu sejak kapan duduk disitu?" Tanya Abdul pada Yola dengan nada yang lembut.

"Dari tadi aku ikutin kamu."

"Astaghfirullah, ini udah malam. Ayo kita turun." Ajak Abdul.

"Peluk." Ucap Yola.

Fatih melongo mendengar apa yang diucapkan Yola pada Abdul, pasalnya dulu Yola bukanlah gadis yang romantis atau peduli dengan urusan cinta, tapi kini Ia aduhh… membuat Fatih jadi gigit jari.

"Pusing aku lihat kalian, aku turun duluan." Kata Fatih lalu melompat dengan cepat seperti seorang ninja. Abdul dan Yola hanya melihat aksi Fatih yang melompat dari genteng ke pagar.

"Ayo turun." Ucap Abdul lalu mulai melompat se[erti yang Fatih lakukan, namun bedanya Abdul sambil memeluk Yola erat.

Jangan lupakan bahwa mereka memang ahli Parkour, jadi urusan lompat melompat itu hal yang sangat biasa untuk mereka.

"Kamu bandel, suruh istirahat malah ngikutin aku." Kata Abdul setelah mereka sampai di dalam kamar.

"Tadi, meraba-raba samping kok ga ada orang, terus aku denger suara diatas, ya udah. Aku langsung ikut naik."

"Tapi kamu masih belum sehat betul, sayangkuh." Kata Abdul sambil merapikan bantal lalu berbaring bersama Yola.

"Jangan pergi lagi."

"Enggak akan, tadi Fatih mau ngomong sesuatu, jadi dia menyelinap masuk ke sini. terus aku keluarlah. Kasian Fatih."

"Boleh tahu ga? Fatih ngomong apa?"

Abdul menarik Yola ke dalam pelukannya, dan merebahkan kepala Yola di dadanya.

"Ceritanya besok aja. Sekarang kita tidur." Ucap Fahri sambil mencium kepala Yola.

"Boleh buka jilbab ga?"

"Enggak."

"Kenapa? Kita sudah halal."

"Aku takut khilaf." Jawab Abdul tanpa kebohongan, seandanya saja Yola tahu bagaimana Abdul sedari tadi meredam nafsunya, baru saja teredam, kini Ia diuji lagi dengan Yola yang ingin membuka jilbabnya.

Terang saja Abdul menolak, karena Ia yakin tak kan mampu lagi menahan nafsunya jika Yola bersikeras membuka jilbabnya.

"Ya udah." Abdul memeluk Yola lalu membelai pungung istrinya, sambil terus beristighfar di dalam hati, walau matanya terpejam.

"Selamat tidur bidadariku." Ucap Abdul sambil memejamkan matanya.

"Selamat tidur." Balas Yola lalu memberikan satu kecupan di bibir Abdul.

'Ujian macam apa ini Ya Allah.' Batin Abdul lalu menarik nafas panjang.

Yola tersenyum, sedari tadi Yola sengaja menggoda Abdul hanya untuk membuktikan apa yang di katakan Silvia, dan ujian yang lain baru Ia pikirkan, apa dia mampu melakukan atau tidak.

"Maaf ya sayang." Ucap Yola yang membuat Abdul kembali membuka matanya dan mengangkat satu alisnya ke atas.

"Kenapa lagi?"

"Tidak apa-apa."

"Kenapa minta maaf?"

"karena aku menggodamu."

"Jadi dari tadi kamu sengaja?"

Yola tersenyum lalu mengangguk diatas dada Abdul.

"Kamu mau tahu aku tergoda atau tidak?"

Lagi Yola mengangguk.

"Serius?"

"Hm, jadi apa kamu tergoda?" Tanya Yola polos.

"Kamu beneran ingin tahu?"

Yola menatap mata Abdul, lalu Abdul mengambil tangan Yola lalu diletakkan pas diatas batang pusaka miliknya yang telah mengeras.

"Astaghfirullah!"

Yola langsung menyadari apa yang Ia pegang, secepat mungkin Ia berbalik membelakangi Abdul. Membuat Abdul tertawa terbahak, karena berhasil membalas keisengan Yola pada dirinya.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C10
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login