Baixar aplicativo
17.26% Tale of The Sad Ghost / Chapter 29: Tentang Cinta Sejati

Capítulo 29: Tentang Cinta Sejati

Hari itu sepulang dari Jakarta, Kirana dan Tama mulai terlihat akrab kembali. Kirana dan Tama sudah sampai di gerbang Villa Putri.

PIM..PIM..PIM..

Kirana membunyikan klakson mobilnya dan Limbur segera berlari dari pos satpam ke depan pintu gerbang, lalu ia membukakan pintu gerbangnya. Setelah pintu gerbang di buka, Limbur melihat Kirana membuka jendela dan mengucapkan terima kasih dengan senyuman manis kepada Limbur. Ini berbeda dengan tadi saat Kirana pergi meninggalkan Villa.

Ternyata di dalam mobil ada Tama yang ikut melambaikan tangannya pada Limbur. Kirana dan Tama pun sudah masuk dan menuju garasi untuk menyimpan mobilnya.

"Oh pantas saja wajah putri sudah tidak ditekuk lagi, ternyata pulangnya bareng mas tama", kata Limbur.

Limbur sejenak terdiam dan mengingat perkataan malaikat maut mengenai cinta sejati Kirana yang lebih condong kepada reinkarnasi Jendral John Willem, sementara jika dilihat - lihat saat ini Kirana sudah melupakan kisahnya dengan Jendral John Willem.

"Jika nanti sudah ketemu reinkarnasi Jendral, apakah putri akan membiarkan mas tama begitu saja?", pikir Limbur di dalam hatinya.

Kirana dan Tama sudah selesai menyimpan mobil yang sudah berubah kembali menjadi kereta kencana di dalam garasi. Saat menutup garasi, Kirana bertanya kepada Tama bagaimana caranya ia bisa keluar dari alam baka, karena menurut informasi yang dia dapat dari malaikat maut, arwah yang bisa keluar dari alam baka adalah yang berhasil menjawab pertanyaan dari penjaga pintu alam baka.

"Lalu apa yang dia tanyakan padamu sehingga kamu dapat keluar dari sana?", tanya Kirana.

"Oh itu, dia bertanya tentang cinta sejati", jawab Tama.

"Really? Lalu apa jawabanmu?"

Tama mengatakan kepada penjaga pintu alam baka bahwa cinta sejati bukanlah cinta yang rela mati untuk orang yang dicintainya, melainkan cinta yang hanya ada 1 di seluruh hidupnya. Meskipun ia mati berkali - kali dan hidup untuk kesekian kali, maka cinta itu tetaplah milik orang yang sama. Tama mengatakan bahwa ia tanpa sadar mengatakan hal itu, tetapi tidak disangka jika jawabannya benar sehingga dia bisa keluar dari alam baka dan mendapatkan hand phone yang ia inginkan.

"Hmmm.. Cinta sejati adalah cinta yang sama meskipun dia telah mati dan juga hidup kembali atau bereinkarnasi, menarik juga", kata Kirana.

"Tapi ngomong - ngomong aku boleh minta nomor putri gak?", tanya Tama.

"Boleh, sini hand phone nya aku yang save"

Kirana mencoba memasukan nomor hand phone nya ke hand phone milik Tama. Tetapi setelah ia cek ternyata Tama belum menyimpan nomor hand phone Nadia.

"Loh, kau tidak menyimpan nomor siapa pun disini"

"Benar, putri yang pertama", kata Tama.

"Kalau begitu, panggilan yang pertama kau lalukan dan kau terima harusnya dariku", kata Kirana.

"Ayo kita coba!"

Kirana dan Tama berlari ke kamar masing - masing. Ternyata mereka ingin mencoba menelpon.

Tama pun mencoba untuk menelpon Kirana. Kirana mengangkat telponnya dengan senang, setelah ia menjadi orang pertama yang ditelpon oleh Tama.

"Ok, aku tutup dulu ya, nanti aku coba telpon kamu", kata Kirana.

"Ok, Putri"

Kirana pun gantian untuk menelpon Tama. Mereka berdua pun saling menertawakan tingkah mereka sendiri. Setelah selesai mencoba menelpon dan ditelpon oleh Tama. Kirana dan Tama meletakkan hand phone masing - masing.

Tama masih tersenyum, rasanya ia bahagia sekali bisa mendengar suara Kirana melalui telepon. Bahkan ia lupa dengan kekasihnya sendiri. Perasaan ini membuat Tama semakin bimbang. Tetapi ia masih belum mampu menghentikan obsesinya kepada Nadia, karena ia sudah mengejar Nadia sejak sekolah dasar.

Begitupun dengan Kirana, setelah ia mendengar suara Tama melalui telepon, ia pun menjadi senyam - senyum sendiri sambil memejamkan matanya. Namun secara tiba - tiba, muncul wajah Jendral John Willem di pikirannya, mengingatkannya pada saat Jendral terkena tombak yang dilemparkan oleh adiknya.

"Tidaaaaaakkk!", teriak Nadia sambil menutup kupingnya.

Kirana menghela nafasnya, lalu ia meneteskan air mata. Denok mendengar suara teriakan Kirana. Ia langsung menuju kamar Kirana untuk memeriksanya.

"Putri, apa yang terjadi?", tanya Denok.

"Tidak apa - apa, ambilkan aku air putih", kata Kirana.

Denok langsung pergi untuk mengambilkan air putih.

Detak jantung Kirana masih berdegup kencang, keringat di wajahnya mulai bercucuran. Ia nampak pucat tak seperti biasanya. Tidak lama kemudian, Denok datang sambil membawakan segelas air minum.

Tidak hanya itu, Denok juga mengambilkan handuk kecil untuk mengelap keringat di wajah Kirana.

"Denok, apa kau ingat Jendral?", tanya Kirana.

"Bagaimana mungkin aku bisa lupa, aku hampir melayani dia sebagai suami putri", jawab Denok.

"Menurutmu apakah dia sudah bereinkarnasi?", tanya lagi Kirana.

"Mungkin saja, tapi apakah putri ingin mencarinya?"

"Jika memikirkan nasib kita, aku ingin menemukannya, tetapi kali ini aku akan membiarkannya hingga ia datang padaku sendiri", tegas Kirana.

Lalu tidak sengaja Denok mengatakan, jika reinkarnasi Jendral John Willem sudah datang, pasti Tama akan sangat kehilangan Kirana. Karena kontrak Tama sebagai budak akan berakhir ketika Kirana bertemu dengan cinta sejatinya dan kembali menjadi manusia. Namun ternyata jawaban Kirana mengejutkan Denok.

"Baguslah, jika dia lepas dariku, dia bisa kembali ke pacarnya", kata Kirana.

"Loh, tapikan pacarnya manusia sedangkan tama seorang arwah"

"Gampang, kita bunuh saja Nadia untuk menemani tama".

Kirana langsung menghabiskan air minumnya dan memberikan gelasnya pada Denok. Denok keluar dari kamar Kirana dalam keadaan bingung. Ia berkata di dalam hati, "Mengapa putri menjadi begitu kejam".

Setelah Denok keluar dari kamar Kirana, Kirana kembali terhanyut dalam lamunannya. Ia mengingat ketika pertama kali ia mendatangi Tama di hari pertama kematian Tama. Dulu Tama sangat penakut, wajah ketakutannya nampak sangat lucu bagi Kirana.

Tak sadar Kirana sedang senyam - senyum sendiri mengingatnya. Namun sebenarnya ia pun merasa sedih, jika harus berpisah dengan Tama. Bahkan kini ia tidak mengerti akan isi hatinya sendiri. Apakah ia memang masih menempatkan nama Jendral John Willem di hatinya. Atau kini nama itu telah terhapus.

***

Ke esokan harinya Devan sudah mengumpulkan laporannya mengenai kehidupan siluman ular. Ia akan mempresentasikannya pada bos nya "Erick" yang memiliki wajah mirip dengan Jendral John Willem. Devan pun sudah mengatur waktu meeting bersama dengan Erick.

Jam menunjukan pukul 10 pagi dimana Devan harus mempresentasikan programnya kepada Erick. Saat sampai di ruang produser, sekertaris Erick mempersilahkan Devan untuk segera masuk. Tidak lama kemudian, Devan pun berjumpa dengan Erick.

"Apakah sudah bisa saya mulai pak presentasinya?", tanya Devan.

"Ya, silahkan", jawab Erick.

Presentasi dari Devan cukup menarik dan membuat Erick sangat menyukainya. Karena sebelumnya Erick mengetahui bahwa narasumber Devan adalah Kirana, Erick meminta kepada Devan untuk mempertemukannya dengan Kirana.

"Kalau begitu, tolong undang lagi nona Kirana", kata Erick.

"Baik pak, saya coba hubungi dia dulu"


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C29
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login