Malam itu Tama terus saja memikirkan Nadia. Ia merasa bersalah karena sudah mengabaikan Nadia. Padahal ia memilih menjadi pelayan Kirana demi Nadia. Tetapi mengapa waktu yang ia miliki harus terbuang sia - sia hanya untuk membantu Kirana menemukan reinkarnasi Jendral John Willem.
Tama membuka jendela kamarnya, ia menghirup sejuknya udara malam. Diatas langit terlihat bintang bertebaran, lalu ia melihat senyum Nadia disana. Tama begitu merindukan Nadia. Entah apa yang harus ia lakukan agar ia bisa menemui Nadia. Mungkinkah ia harus berlutut di hadapan Kirana? Ah, mengingat sikap Kirana yang sangat dingin mungkin cara itu tidak akan berhasil.
Tama gelisah, tangannya gemetaran. Wajahnya mulai layu. Tiba - tiba limbur muncul di hadapan Tama sambil menjulurkan lidah ularnya.
"Baaa,,, kekokkk...weeeeekk"
"Buset,, Mas Limbur ngagetin aja", Teriak Tama yang terkejut melihat Limbur yang tiba - tiba muncul dihadapannya.
"Kok belom tidur mas?", tanya Limbur.
"Saya lagi galau nih, loh kalo mas Limbur kenapa belum tidur juga?"
"Saya lagi ronda mas"
"Ya ampun, ternyata disini ada ronda segala"
Setelah berbincang - bincang dengan Limbur, Tama memutuskan untuk pergi tidur. Ia pun tertidur pulas. Tidak disangka malam itu ia memimpikan Kirana kembali. Ia memimpikan Kirana yang sedang tertawa bahagia. Saat itu Kirana sedang bermain ayunan bersama Jendral John Willem. Namun ada sebuah petunjuk yang ia lihat. Jendral John Willem memakai gelang persis dengan gelang miliknya yang diberikan oleh kakek penjual es dogger.
****
Ke esokan harinya, Tama terbangun dan matahari sudah tinggi. Ia mulai bergegas mengambil sapu lalu ia menyapu halaman. Setelah itu Tama menyiram tanaman. Tapi ada yang aneh dengan suasana Villa hari itu yang terlihat sepi.
"Pada kemana ya, kok sepi"
Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Tama pergi ke ruang kerja Kirana. Tetapi Kirana tidak ada disana. Kemudian Tama pergi mencari Denok, tetapi Denok pun tidak terlihat hari itu. Bahkan Limbur pun tidak ada di pos satpam.
"Wah, aji mumpung lagi ga ada semuanya nih,, cabut ah ke jakarta".
Kemudian Tama menelpon Devan dari ruang kerja Kirana. Tama meminta bantuan Devan untuk mengantarnya ke Jakarta, karena ia tidak bisa meminjam kereta kencana Milik bos nya. Kereta Kencana hanya bisa di sihir oleh Kirana, jika ingin digunakan sebagai mobil.
"Ah, lu nyusahin gue aja si,, lu aja sini ke kosan gue", kata Devan.
Akhirnya Tama pergi ke kosan Devan. Kali ini Devan mulai terbiasa dengan Tama. Ia tidak lagi merasa takut dengan temannya itu. Ia langsung saja mengeluarkan mobilnya dan mengajak Tama untuk masuk ke dalam mobil.
Hari itu Ara berkunjung ke kosan Devan, ia tidak sengaja melihat Devan yang sedang berbicara sendirian dari dalam mobilnya. Padahal saat itu Devan sedang berbicara dengan Tama.
"Duh, makin aneh aja sih tuh anak, besok aja deh aku balik lagi", kata Ara.
Ara langsung putar balik. Sementara itu Devan dan Tama menuju Jakarta.
Hari mulai gelap, sampailah mereka di depan rumah Nadia. Tama berdiri di depan rumah Nadia, sementara itu Devan menunggu di dalam mobil. Tidak lama kemudian Nadia sampai di rumahnya. Sayangnya Nadia tidak bisa melihat Tama, karena Tama hanya bisa berubah menjadi manusia di bulan purnama. Selain bulan purnama ia hanya bisa berubah menjadi manusia dengan bantuan Kirana.
Hati Tama seperti teriris setelah Nadia lewat di hadapannya dan Nadia mengabaikannya meski Tama sudah memasang senyuman manis di wajahnya. Tama hanya bisa menyaksikan Nadia masuk ke dalam rumahnya tanpa menyapa dirinya yang sudah jauh - jauh datang ke Jakarta.
Devan yang melihat dari kejauhan ikut merasa bersedih. Ia tak kuasa menahan tangis.
"Hiks.. hiks.. kasian amat nasib lo bro,, hiks"
Setelah Nadia masuk ke dalam rumahnya. Tama membalikan badannya lalu dia berjalan menuju mobil Devan. Tama masuk ke dalam mobil dan mendapati sahabatnya bercucuran air mata.
"Lah, van, ngapain lu nangis?", Tanya Tama.
Devan berkata pada Tama bahwa dia akan membantu Tama untuk menemui Nadia dan menyampaikan apa yang ingin disampaikan oleh Tama. Akhirnya Tama menuliskan surat untuk Nadia, lalu ia menyerahkannya pada Devan.
Hari sudah semakin larut. Tama diantar oleh Devan hingga ke tepi danau tempat dimana Villa Putri berada. Devan tidak bisa melihat Villa itu, karena Villa itu hanya bisa dilihat oleh manusia di setiap bulan purnama.
"Thanks ya bro, hati2 ya", kata Tama.
"Sama - sama bro", balas Devan.
Tama masuk kedalam Villa, dan disana sudah ada Limbur. Namun sepertinya Limbur sedang kelelahan. Ia tertidur pulas di pos satpam. Tama berjalan dengan pelan - pelan agar Limbur tidak terbangun.
Akhirnya Tama sampai di depan kamarnya, namun saat ia membuka pintu kamarnya secara mengejutkan ada Kirana di dalam kamarnya.
"Hmmmm .. masih ingat pulang toh, ku pikir kamu mau lari", tegas Kirana.
"Ampun tuan putri, saya cuman pergi sebentar", kata Tama dengan wajah memelas.
"Lain kali kalau mau keluar Villa, kamu harus izin dulu, jangan lupa, kau adalah milikku".
"Iya tuan putri, saya tidak akan mengulanginya lagi".
Kirana keluar dari kamar Tama, dan Tama pun mengunci pintu kamarnya.
"Duh kenapa dia sensitif sekali, padahal aku hanya keluar sebentar", kata Tama.
Malam itu Tama benar - benar merasa sedih. Ia teringat kembali saat Nadia mengabaikannya karena Nadia tidak menyadari bahwa ada dia disisi Nadia. Mungkin saja saat ini Nadia sedang merasa bersedih.
"Mengapa takdirku seperti ini, adakah yang lebih mengenaskan dari diriku"
Tama menutup matanya dan kemudian ia terlelap.
****
Ke esokan harinya, Devan mendapatkan panggilan interview. Devan merasa sangat senang sekali mengingat ia sudah lama menganggur. Ia mendapat panggilan interview dari perusahaan media ternama.
Beberapa hari kemudian Devan datang ke perusahaan media tersebut. Hari itu dia diinterview oleh seorang produser acara yang bertemakan mistery. Produser itu seorang pria keturunan Belanda. Dia bernama Erick. Pria itu adalah pria yang mirip dengan Jendral John Willem yang sebelumnya dilihat oleh Tama di pasar malam saat Tama berkencan dengan Nadia di Jakarta.
Tapi sayangnya foto Jendral John Willem yang sebelumnya di lihat oleh Devan di internet, hanya seperti lukisan hitam putih, sehingga Devan tidak mengenali bahwa pria itu adalah pria yang diceritakan oleh Tama.
Devan menjalani proses interview dengan lancar. Akhirnya ia diterima kerja di perusahaan itu sebagai tim kreatif yang bertugas mengumpulkan bahan dan ide cerita yang akan di tampilkan sebagai program acara yang dipimpin oleh Produser tersebut. Devan akan mulai bekerja di perusahaan itu minggu depan.
"Akhirnya, gue gak jadi pengangguran lagi", kata Devan.