Pramono melihat mata Laila yang seperti menyembunyikan sesuatu. Ia tahu cucunya bersedih. Hanya bisa ditahan di dalam hatinya. Laila juga tidak mau mengutarakan isi hatinya pada kakek. Sementara ia harus tetap tegar menghadapi semua yang terjadi.
"Apapun yang kamu masak, kakek bisa memakannya, Laila. Ini, kamu lihat gigi kakek baru ompong berapa? Kurasa kamu nggak perlu bikin bubur lagi. Kamu masak nasi saja!" titah sang kakek.
"Ya sudah kalau begitu, Kek. Laila masak dulu, yah. Kakek tiduran saja! Nggak perlu ke mana-mana! Nanti aku yang repot juga, kan." Laila memalingkan badannya lalu keluar dari kamar.
Selanjutnya adalah mencuci beras di sumur. Sumur yang dibuat sudah sangat lama, bahkan sebelum Laila lahir, sudah ada sumur timba itu. Walau dekat dengan sungai, kadang juga mereka ke sungai untuk keperluan lain. Kadang Laila mencuci di sana. Kadang Pramono memancing ikan dan menjaring udang. Serta mendapatkan kepiting sungai besar.