"Kau pasti bertanya-tanya, kenapa aku membawa kalian kemari. Benar begitu bukan?" tebak Cindy Pacetti dalam bentuk hologram.
Gran Maestro itu menyunggingkan bibirnya. Lalu, dia duduk kursi yang terdiri dari tiga ksatria Templar. Kondisinya telanjang bulat dan lehernya dirantai. Tangan kanan menggenggam rantai itu. Memecut tiap pantat mereka apabila bergerak atau melakukan tindakan yang tidak disuruh.
"Apa maumu?"
"Akhirnya kau bicara juga, bocah ingusan. Kukira dengan hologram yang dikembangkan oleh Leone tidak akan bisa tersampaikan percakapanku dengan para ksatria. Nyatanya aku telah salah menilai gadis itu. Benar-benar loyal terhadapku. Atau bisa dibilang, berkembang melampaui apa yang kuharapkan. Belum menemukan kata-kata yang pas untuknya," kata Cindy mengelus pipinya.
"Katakan apa maumu?"
"Perang tentu saja!"
"Perang … katamu bilang?"
Cindy Pacetti dengan kedua kaki dilipat, menaruh telapak tangan kanan menyentuh pipinya.