Pertemuan dengannya sudah cukup sampai di sini, tak perlu menghubungiku. Apalagi mengajak balikan lagi! Aku 'kan punya hati seharusnya, tahu dong. Setidaknya, mengerti mengenai hatinya seperti apa. Perlahan tapi pasti aku bakal melupakan sosok Sari dalam ingatanku, kadang pasangan sebelumnya kejadian sama persis seperti sekarang. Malah lebih parah dari ini, setiba di Kampus. Aku melihat Lusi. Tapi kenapa harus menyembunyikan barang di belakangnya?
Memang aku tidak lihat sahabatku tercinta ini, sedang bawa sesuatu. Namun, aku enggak tahu bakal kasih kejutan ke siapa? Buat aku sendiri sepertinya, tidak deh. Soalnya, hari ini bukan ulang tahunku. Aduh ... makin deg-degan deh, seperti ada yang mau berikan sesuatu. Hingga akhirnya, sadar bahwa Lusi melihat ke arahku. Meskipun persahabatan kali ini, tergantung mood. Kenapa? Karena, tidak biasanya ia berikan barang sangatlah mahal.
Walaupun pakai uang sendiri, bahkan tak ada seorang pun yang mampu membelinya. Apakah aku perlu ke sana? Selagi dia masih berlari menuju ke tempatku? Ini adalah pertemuan antara aku sama Lusi kedua kalinya. Setelah pertemuan pertama ketemu di rumahnya. Meskipun jarak dari Bandung ke Jatinangor cukup jauh! Kalau enggak kemarin atau sebulan yang lalu ya lupa lagi? Soalnya, sampai di Jatinangor tuh sekitar pukul 14.30 sore sebelum azan asar berkumandang.
Oh, ya hampir lupa aku 'kan punya nomornya. Kenapa tidak WhatsApp selagi dia belum sampai? Tak perlu menunggu lama aku langsung chat, "Assalamua'alaikum, Lusi kok ada di kampus Upi?" ketik Upi di room chat sambil berikan emot senyum padanya. Tidak begitu lama ada balasan dari Lusi, "Wa'alaikumsallam. Ya soalnya aku mau ketemu sama sahabatku. Padahal tadi lihat kenapa sekarang tidak ada?" lantas, aku bakal kagetin Lusi. Bahwa aku sudah pulang ke kosan!
Padahal mah, masih ada di Kampus. Cuma ini satu-satu cara tes kesabaran sejauh mana ia bertahan di Kampusku? Kalau pun nanti enggak ketemu denganku. Jangan salahkan dirinya, tapi harus tenang biar urusan hatiku sudah mulai suka padanya. Meskipun kemarin baru putus sama Sari. Berharap sih, tidak bertemu sama mantan pacarku. Nanti bisa gawat lebih gawat pokoknya, kalau bertemu beneran dengannya. Urusan ini makin bertambah rumit, dan lebih parah ia sudah berpikiran negatif tentangmu.
Nah, makanya aku segera mungkin untuk tes kesabaran sudah sejauh mana? Misalkan, enggak sabar malah banyak emosi. Wah ... berarti aku perlu minta bantuan kepada seseorang. Soalnya, dia satu-satunya orang yang mengajari tentang kesabaran. Termasuk Adikku belajarnya sama dia, tak ada Guru selain dia. Walaupun gaji sangat besar alhamdulillah, aku punya uang hanya untuk biaya seorang Guru. Heh ... ternyata kesabaran malah makin tebal.
Dan paling utama adalah mengenai sabar Citra sudah melekat. Bahkan aku mencoba untuk sedikit berguna demi kesabaran bakal luntur enggak? Kalau pun tidak sama sekali. Berarti sudah fix, dan takkan ada bertengkar sama kakak kelas di Sekolah. Seharusnya, aku lihat langsung ke sana. Tetapi Kuliah dari Senin sampai Jum'at terlalu banyak tugas! Bahkan seorang perempuan sedang mencariku saat ini, tugas menumpuk juga.
Tidak ke bayang deh, kalau otak kita berdua bakal panas. Persoalan tugas sudah teruji pada saat, kita berdua masih Sekolah. Namun, berbeda banget tugas antara Sekolah maupun Kuliah. Pertama, tugas Sekolah hanyalah individu doang kelompok paling sedikit. Nah, kedua nih tugas Kuliah kedua ada malah. Bayangkan dari pagi sampai sore cuma mengerjakan tugas! Memang sih, bagus banget. Seenggaknya, kasih istirahat sejenak. Biar otak enggak terlalu banyak berpikir.
Sehingga kita berdua mengingatkan ke masa itu, walau enggak satu Sekolah. Tetapi perasaan ini sudah ada dari zaman Sekolah. Walaupun pada waktu masih SMA. Aku berpaling ke perempuan beda kelas, pasti tahu dong siapa dia? Jadi enggak usah kasih tahu. Misalkan, diriku tak bisa melupakannya. Otomatis aku perlu menyendiri, dan jangan pernah menghampiriku keadaan sedang merenung. Hmmm ... mungkin enggak ya aku berjodoh sama Lusiana?
Mudah-mudahan saja, supaya perasaanku cepat menyampaikan padanya. Bagaimana pun aku secara orang pertama dekat dengannya? Paling utama adalah kebiasaan sudah tahu semuanya. Cuma aku belum tahu selama Sekolah ia pernah pacaran enggak? Kalau pun belum pernah yah wajarlah namanya juga perempuan. Nah, anehnya kenapa belum ceritakan mengenai masa lalumu? Biar kita saling mengetahui satu sama lain.
Hmmm ... mengingatkan ke arah sana, membuatku tidak sabar ingin bertemu dengannya. Walaupun sekarang sudah tahu bahwa Lusiana sedang berada di sini, keadaan hatiku sudah membaik dari sebelumnya. Tetapi aneh ya, kenapa dia belum balas pesan dariku? Setelah lihat ke depan lah kok enggak Lusiana. Dia ke mana sih? Aduh ... Kampus ini luas mana mungkin mencari sendiri, perlu di bantu sama temanku. Heh ... lupa teman aku sekarang lagi sakit, bagaimana kalau orang tuanya telepon ke aku?
Nanti jawab apa coba? Kalau bohong sama orang tuanya. Wah .... jangan aneh-aneh bohong bukan solusi yang sebenarnya, tetapi kejujuran paling utama menurutku. Bagaimana pun harus ada kepastian bahwa Lusiana keadaan baik-baik saja? Jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Terutama paling aku waspadai adalah rasa suka kepada seseorang lelaki di sini, nanti takkan bisa mendekati dirinya. Karena, sudah terlanjur punya pasangan.
Kecuali, Lusiana sama pacar mengalami ketidakcocokan baru deh aku bisa mendekatinya lagi. Mumpung kita berdua masih Kuliah. Mana mungkin aku dekati perempuan hanya dari kecantikannya? Namun, aku lihat seorang perempuan dari kelakuan, kesabaran, rendah hati, dan sayang sama pasangan. Paling utama adalah jangan berpaling ke lelaki lain! hmmm ... selama mencari tidak ketemu juga, coba deh telepon siapa tahu di angkat?
Benar-benar dah, aku pusing sekali dengan cuaca lagi panas. Aduh kapok deh, cari Lusiana melelahkan banget. Aku harus mencari ke mana lagi? Padahal aku sebisa mungkin menelepon, dan WhatsApp padanya tak ada respon sama sekali. Mana mungkin di Kampusku ada tempat yang memang Lusiana suka? Nah, kenapa enggak kepikiran sih? Coba saja jalannya secara perlahan-lahan. Karena, ia kebiasaan seperti ini. Membuatku sebagai khawatir sekali padanya.
Sayangnya, tak bisa menyakinkan keadaan perasaanku sekarang bakal bertahan selama ia belum punya pasangan. Setidaknya, Lusiana bakal mengetahui bahwa aku suka sama kamu. Ketika sedang mencari lalu, ada yang menyentuh pundakku. Walaupun enggak tahu siapa yang menyentuhnya? Waduh ... kenapa jantungku berdebar sangat cepat? Padahal di depanku tak ada perempuan. Namun, pikiranku sudah melayang jauh.
Mungkin enggak ya suatu saat, aku bisa menemukan pendamping. Setidaknya, yah bisa memahami keadaan aku seperti apa. Jangan pernah sekali-kali lakukan membuatku sakit hati. Bahkan tak ada salahnya aku terima cinta dari teman sekelasku, walau dalam hatiku enggak punya rasa suka sama sekali. Entah kenapa aku sering menjodohkan dengannya? Alasannya juga tidak masuk akal. Membuaku makin ragu untuk terima cinta darinya.