Aku menangkap senja di peraduannya. Berjalan menuju bukit-bukit kisahku yang tak terelakkan tantangannya. Memang sedikit gila aku berpikir hingga ke dalam inti otakku sehingga nukleus sel-sel syarafku mengernyit seiring nada yang berjalan dalam pembuluhnya. Tak lagi aku jumpai burung-burung senja pulang ke tempat kediamannya. Aku telah lama rindu dengannya.
"Ah! Peduli amat aku sama dia. Memang dia raja apa? Sampai aku tergila-gila begitu," sesalku dengan sedikit kemarahan.
Kuning emas menutupi siang begitu cepat. Aku tak sempat tidur dalam kerumunan kendaraan mewah yang berlalu lalang. Sungguh beban yang berat. Zat-zat kimia dalam tubuhku takkan bisa ku lepaskan sedikit pun. Aku tak mau lagi bercanda dengan duniaku yang telah sakit ini.
Harapan semu masihku gantungkan pada bintang-bintang yang lelah menatapku. Namun, sebisa mungkin dia tetap berkelip menghiburku.