Baixar aplicativo
3.04% DADY / Chapter 12: RUMAH SAKIT part 2

Capítulo 12: RUMAH SAKIT part 2

Rafael takut setengah mati kalau ketahuan oleh mamanya. Tapi hanny tau, hanny diam seribu bahasa. Tapi tetap saja, ikatan hati antara nenek dan calon cucu sepertinya tak terbantah.

"Emm.." hanny kembali merasa mual.

Mama rafael tak tega melihatnya. Dia membantu mengusap punggung hanny. Sementara hanny sibuk menghirup minyak wangi bayinya.

"Sayang, dimana suami kamu? Apa dia tidak khawatir kamu yang sedang hamil, sakit, ditinggal di rumah sakit sendiri hanya dengan asisten rumah tangga?" tanya mama rafael masih membantu mengusap punggung hanny.

Rafael yang terbelalak mendengar pertanyaan mamanya. Suami? Tega meninggalkan hanny yang sedang hamil dan sakit, sendiri di rumah sakit. Rafael memberi kode pada hanny untuk tidak memberitahu apapun. Rafael menggeleng,

Jangan beritahu apapun pada mama.

Dia seperti mengatakan itu. Hanny tau hanya dengan menatap ayah dari bayi yang dia kandung, yang ditangakan neneknya sendiri.

"Ada, tante. Suami saya.." hanny melirik rafael. Didepannya, andai iya, ingin sekali hanny dengan lantang mengatakan itu. "Sedang mengurus mamanya yang sakit, jadi saya memintanya pergi."

Hanny tak berbohongkan. Harusnya mama rafael pulang tapi rasanya dia tak mau meninggalkan hanny. Sampai suami hanny datang dan menemaninya. Mama rafael malah meminta izin pada hanny untuk menemani hanny di rumah sakit.

"Emm, saya tidak ada kerjaan di rumah. Apa saya boleh menemani kamu disini?" tanya mama rafael pada hanny. Hanny melirik rafael. Rafael menggeleng, tak mengizinkannya.

Tapi hanny sangat ingin. Hanny sangat ingin disayang oleh mamanya rafael. Hanny menentang perintah rafael.

"Tante, saya sangat senang. Saya rindu mama saya, jadi saya bisa sedikit merasakan ada mama saya, karena tante juga seorang mama kan." kata hanny, hanny melirik rafael, rafael terlihat sangat kesal.

"Mau cari udara segar? Atau ingin makan sesuatu lagi?" tanya mama rafael.

"Saya sudah meminta anak saya untuk cepat menikah dan memberikan saya cucu. Tapi dia belum juga memenuhi permintaan saya. Padahal kamu tau?"

Ahh..

Hanny mau. Hanny mau mengatkannya. Bayi yang dia kandung itu cucunya. Anaknya itu, yang membuatnya hamil. Walau karena program tanpa berhubungan. Hanny malah menunduk menahan air matanya. Hanny ingin menjadi menantu dari mertua yang baik seperti mama rafael. Hanny ingin rumah yang sesungguhnya.

Hanny menerima tawaran mama rafael. Tapi hanny masih sakit, rafael yang panik. Hanny mau jalan-jalan dengan kondisi sakit.

"Ma, dia sedang sakit. Kenapa diajak jalan-jalan. Mama juga kan baru sembuh. Ayo kita pulang." rafael menyela pembicaraan keduanya.

"Kamu khawatir sama mama karena mama baru keluar rumah sakit, atau kamu khawatir sama hanny yang juga masih sakit. Kenapa beralasan dengan keduanya, seperti kamu mengenal hanny." kata mama rafael yang langsung membuatnya diam. Rafael pergi.

Mama rafael kira dia akan pergi kemana. Tak lama dia membawa kursi roda.

"Ini buat apa, joon? Buat mama atau hanny?" tanya mama rafasl. Dia tak merasa membutuhkan kursi roda itu.

"Mama pulang, mama harus istirahat dan biar dia jalan-jalan dengan pembantunya." kata rafael dengan beraninya menarik sang mama untuk ikut dengannya. Menariknya kasar.

Tuan.

Rasanya pengen narik tangan rafael dan mengatakan kalau jangan ke mamanya, jangan kasar ke mamanya. Tapi nanti ketahuan. Mama rafael tak percaya dengan sikap kasar rafael, dia tak pernah seperti itu. Mama rafael tak kalah berwenang untuk dirinya sendiri.

"Kalau kamu mau pulang, silakan pulang tuan rafael. Apa pekerjaan mu banyak. Saya bisa disini sendiri, saya punya anak saya yang lain yang bisa menjemput dan memperhatikan saya."

Mama rafael menepis tangan rafael. Entah kenapa, hati mama rafael juga sangat ingin bersama dengan hanny. Mama rafael menuntun hanny masuk dan disana mama rafael mulai curiga setelah melihat bibik yang bekerja di rumah rafael. Dia sedang merapikan tempat tidur hanny.

"Bibik disini?" tanya mama rafael kaget dan bingung.

"Emm.. Iya nyonya." mama mina juga bingung menjawabnya. Dia gugup, takut kalau semuanya ketahuan.

"Tante, bibik ini teman mendiang mama saya. Sahabat mama saya." kata hanny menepis semua kecurigaan.

Rafael ada diambang pintu, memperhatikan dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Rafael mengirim sebuah pesan. Ponsel hanny ada pada mina. Mina memberikannya pada hanny.

Buat mama saya pulang.

Singkatnya. Ahh, dia benar-benar menyebalkan. Hanny menggeleng. Rafael kembali mengirim sms.

Buat mama saya pulang.

Jangan sampai mama saya tau semuanya.

Saya gak akan buat mama tuan pulang, saya suka bersama mama tuan. Saya tidak akan membocorkan semuanya.

Hanny mengetik smsnya dengan sangat kesal. Karena terlalu kesal sampai perut hanny terasa kencang dan sedikit sakit. Hanny memegangi perutnya dan mencari tempat duduk. Mina, mama mina dan mama rafael khawatir melihatnya, mereka langsung membantu hanny duduk. Rafael apalagi, ingin sekali dia mendekat dan menanyakan kenapa?

Tapi nanti ketahuan. Rafael berusaha sebisa mungkin untuk tidak mendekat. Tapi sungguh dia khawatir.

"Duduk sayang, istirahat saja. Jangan banyak bergerak dulu. Usia 2 bulan itu masih rentan." kata mama rafael yang sangat perhatian sekali pada hanny. Dia membantu hanny duduk kembali diranjang daa mengusap perut hanny.

Andai bisa setiap hati, hanny ingin setiap hari diperlalukan manis oleh mama rafael. Ingin sekali.

Mama rafael membiarkan hanny beristirahat. Hanny juga khawatir mama rafael kan baru sembuh dari sakit.

"Tante." panggil hanny menepuk pundak mama rafael yang ngobrol dengan mina dan mamanya. Mama rafael duduk dikursi samping ranjang hanny.

"Iya sayang," mama rafael berbalik menatap hanny. "Kamu butuh sesuatu? Mau minum atau mau makan sesuatu?"

Andai itu bisa setiap hari. Hanny sangat ingin. Sementara rafael sendiri hanya berada diambang pintu sejak tadi, dengan berdiri bersandar dan melipat kedua tangannya, memperhatikan dua wanita?

Yang dia khawatir kan?

Rafael sendiri tak tau, baru kali ini dia mengkhawatirkan dua wanita? Apakah benar hati rafael sudah menyukai hanny? Yang mengandung anaknya?

Tidak. Tidak menepis pikirannya. Rafael hanya khawatir karena hanny membawa anaknya, didalam perut hanny.

"Tidak tante." jawab hanny, yang tak lagi memanggilnya mama. Cukup sekali itu sudah sanga cukup. Walau hanny ingin setiap hari dengan mamanya rafael.

"Mama, katanya mau panggil mama?" mama rafael membenarkan.

"Kalau hanny Panggil mama. Menganggap mama seperti mama hanny, mama mau memenuhi permintaan hanny?" tanya hany balik. Mama rafael mengangguk.

"Mama pulang ya. Istirahat. Hampir seharian mama disini. Besok mama datang lagi, ya?"

Mama rafael pun menyerah. Dia pulang dengan diantar rafael. Bisma kebetulan datang setelah selesai kuliah. Rafael meminta bisma untuk mengantar mama pulang sementara dia sendiri beralasana ada kerjaan mendadak. Tapi rafael malah kembali ke ruang rawat hanny.

"Berhenti memanggil mama saya mama, besok kita pindah rumah sakit, kalau perlu pindah rumah yang cukup jauh. Saya gak mau mama saya tau semuanya." rafael datang dan marah-marah.

"Kenapa tuan? Saya suka diperhatikan mama tuan."

"Jangan cari perhatian sama mama saya. Kamu tau kan posisi kamu."

Hanny diam terduduk. Dia tak akan membocorkan semuanya. Tapi kenapa rafael sekasar itu. Hanny sedang hamil dan wanita hamil itu hatinya sangat sensitif. Hanny langsung menarik selimut dan pura-pura tidur.

Mina dan juga mamanya kasihan melihat hanny diperlalukan seperti oleh rafael. Tapi mereka tak berani menasehati tuannya yang kelihatan sangat marah itu.


Capítulo 13: RUMAH SAKIT part 3

Hilang?

Jangan salahkan hanny, bukan salah hanny hatinya terlalu sensitif dan rapuh hanya dengan mendengar ucapan rafael yang tak berperasaan.

***

Hanny diam sepanjang hari, mina menyuapi makanan untuk hanny. Hanny hanya memaksa untuk makan, tak berselera. Sangat tak enak rasanya, entah makanannya atau karena perasaan hanny yang terlanjur sakit dengan ucapan rafael.

Ingat kamu bukan siapa-siapa?

Jangan cari perhatian sama mama saya.

Kasar sekali. Membuat hati hanny sakit. Hanny menggeleng ketika mina ingin kembali menyuapinya. Hanny kembali berbaring dan memilih istirahat. Satu yang dia pendam, perutnya makin sakit. Hanny tidur setengah meringkuk disana. Hanny kira sakit seperti tadi, biasa. Hanny pikir akan hilang dengan dia tidur. Hanny pun tidur dengan nyenyak, mencoba senyenyak yang dia bisa dengan perut yang sakit.

***

Rafael mengantar mamanya pulang. Mama rafael tak henti memikirkan hanny, rasanya sangat ingin dekat, sangat khawatir dan perduli pada hanny yang hanya orang asing.

"Mama gak tau kenapa? Tapi perasaan mama gak enak soal wanita muda tadi, raf." kata sang mama yang turun dari mobil rafael.

Rafael mengerutkan kening. Ada-ada saja mamanya, lagi pula kenapa harus khawatir.

"Mama tidak mengenalnya bukan. Lupakan saja lah. Dia bukan siapa-siapa." kata rafael dengan tenangnya.

Setelah mengantar mamanya pulang rafael kembali pamit ke kantor. Dia ada pekerjaan dan beberapa hal yang harus diurus dari mulai mencari rumah sakit yang jauh dan rumah baru mungkin. Rafael pikir dia harus melakukannya.

Rafael menelpon orang kepercayaannya untuk mengurus semuanya. Dia mau sore atau malam ini hanny langsung dipindahkan.

"Urus semuanya malam ini." kata rafael pada seorang laki-laki yang dia tugaskan untuk mengurus semua keperluan hanny.

Sebenarnya hanny tak perlu. Dia senang di rumah sakit itu dan berharap mama rafael datang lagi.

***

Di rumah mama rafael tak bisa lepas memikirkan hanny. Bahkan ketika mengambilkan makan siang untuk taehyung dan suaminya, papa rafael. Papa rafael mintanya apa, mama rafael mengambilkannya apa?

"Ma, masak papa harus makan nasi tanpa lauk?" tanya papa rafael yang akhirnya protes karena disuguhkan nasi tanpa lauk.

"Ahh.. Iya pa, maaf."

Mama rafael baru sadar dia hanya menyajikan nasi putih dipiring sang suami. Dia mengambilnya kembali dan mengambilkan lauknya.

Setelah itu selesai mama rafael kembali melamun, dia menuangkan air sampai airnya tumpah.

"Ma, itu gelasnya udah penuh maa.." kata bisma mengingatkan sang mama.

Mama rafael baru sadar juga airnya sampai tumpah. Dia langsung berhenti menuangkan air dan mengelap meja yang basah.

"Mama mikirin apa sih?" tanya bisma penasaran. Sekalipun rafael tak pulang mamanya tak akan seperti itu.

"Iya ma, mikirin rafael? Dia kenapa lagi?" tanya sang papa.

"Enggak. Bukan rafael."

Mama rafael pun menceritakan tentang hal yang tadi pagi dan tentang hanny. Mama rafael ingin sekali menjenguk hanny, datang ke rumah sakit lagi.

"Bis, nanti anter ya mama ke rumah sakit. Sekalian mama mau bawain makan siang ahh. Kasihan, hanny udah gak punya orang tua, sedang hamil muda, gak tau suaminya kemana?"

Bisma mengannguk. Bisma siap-siap untuk mengantar mamanya ke rumah sakit. Sementara mamanya juga sedang menyiapkan makanan yang akan dia bawa untuk hanny.

Setelah itu bisma mengambil mantelnya. Mengambil kunci mobil dan bergegas ke rumah sakit.

***

"Nona, saya diperintahkan tuan untuk memindahkan nona ke rumah sakit yang lain. Saya juga sudah izin pada dokternya."

Kata orang yang serba berbaju hitam itu pada hanny. Hanny tak perduli, dia tak mau beranjak dan bergerak sama sekali, dia terus berbaring meringkuk. Antara merasakan perutnya yang sakit dan tak mau pindah. Nanti mama rafael tak tau dia pindah, nanti dia tak bisa melihat mama rafael lagi kalau datang ke rumah sakit ini.

"Saya gak mau pindah, saya mau tetap disini. Sana kamu pergi, kamu bilang ke tuan kamu." kata hanny tanpa melihat bodyguard rafael.

Dokter sebenarnya tidak mengizinkan, setidaknya sampai infusnya habis. Tapi ketika bodyguard rafael itu menelpon rafael, rafael memaksa agar hanny cepat dipindahkan. Bodyguard rafael pun hanya menuruti perintah rafael.

"Nona, nanti saya yang dipecat." kata orang suruhan rafael lagi.

Hanny meminta telpon orang itu, dia menelpon rafael dan menentang perintah rafael.

"Saya gak mau pindah dari rumah sakit ini, tuan rafael!" kata hanny dengan nada keras lewat telpon.

Karena emosi dan tenaga yang hanny keluarkan, terlalu ngotot, hanny makin merasakan sakit di perutnya.

"Aghhh..." hanny bahkan tak sempat menelponnya. Hanny menaruh telponnya begitu saja dan meremat perutnya.

"Ahh.. Bibik." hanny berteriak kesakitan dan memanggil mamanya mina yang tadi harus bersembunyi di kamar mandi karena mama rafael masuk ke ruangan.

Mina dan mamanya langsung mendekati hanny. Mereka panik melihat hanny sangat kesakitan, hanny tak henti mengeluh sakit dan meremas pakaian dibagian perutnya.

"Bibikk... Sakitt..."

"Arghh... Sakit..."

Rafael yang mendengar lewat telpon pun khawatir. Dia harus meeting setelah ini. Tapi rafael tak perduli. Dia membatalakn meetingnya dan langsung menuju ke rumah sakit.

Disisi lain mobil bisma sudah hampir sampai di rumah sakit. Mama rafael yang duduk disamping bisma makin merasa tak sabar ingin segara bertemu hanny.

"Mama, emang wanita itu siapa sih? Kayaknya mama khawatir banget."

"Gak tau kenapa, bis. Tapi beneran perasaan mama gak tenang jauh dari dia."

Mama rafael makin gusar dalam mobil. Rasanya ada yang tak beres dalam hatinya dan pikirannya hanya penuh dengan hanny.

Setelah sampai di rumah sakit, mama rafael langsung turun diikuti bisma ke kamar rawat hanny. Mina berlari keluar untuk memanggil dokter.

"Darah?"

Bibik melihat darah ditempat tidur hanny. Sementara hanny sendiri tak berhenti merasakan sakit bahkan sampai menangis.

"Bibik, sakittt. Apa bayinya kenapa-napa?" tanya hanny menangis menggenggam tangan pembantunya.

"Nonaa, darah." bibik menunjukan darah dibawah hanny.

Hanny ketakutan, dia mengecek dibawah tempat dia berbaring dan melihat darah yang menempel ditelapak tangannya. Hati hanny makin sakit, pikiran hanny sudah penuh dengan keburukan. Apa terjadi sesuatu pada bayinya?

"Bibik, bayinya. Hanny tak mau kehilangan dia, bibik tolongg selamatkan bayinya. Arghhh.."

Dokter masuk dan memeriksa hanny. Mama rafael dan bisma ikut lari masuk ketika mina masuk dengan dokter dengan panik.

"Ada apa?" tanya mama rafael menahan mina.

"Nonaa-"

Belum sempat menjawab mama rafael memberikan bekal makanannya pada bisma dan langsung ikut masuk. Dokter sedang mencoba memeriksa hanny, dokter terpaksa memberikan bius untuk menenangkan hanny. Dokter menggeleng pada bibik, bersamaan dengan itu hanny yang setangah sadar menangis.

Hanny rasa arti gelengan dokter itu, bayinya tak bisa diselamatkan. Air mata hanyy kembali jatuh, hanny tak bersuara karena obat biusnya, tapi bibirnya bergetar menangis.

"Bayinya?" Tanya rafael yang baru sampai.

"Maaf, tapi sepertinya bayinya tidak bisa dipertahankan tuan. Kita harus melakukan pembersihan untuk rahim nona hanny setelah ini." kata dokter pada rafael.

Mama rafael dan bisma bingung kenapa dokter mengatakannya pada rafael. Apa hubungan rafael dengan hanny. Rafael sudah kehilangan akal karena terlalu khawatir. Dia tak perduli dengan mama dan adiknya yang ada disana. Dia hanya perduli dengan bayinya.

Rafael mendekati hanny dan marah menatapnya. "Kenapa kamu gak bisa jaga anak saya dengan baik."

Mama rafael terkejut mendengarnya. Anak yang di kandung hanny ternyata itu cucunya?


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank 200+ Ranking de Potência
    Stone 0 Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login

    tip Comentário de parágrafo

    O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

    Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

    Entendi