Pagi yang tampak sangat cerah, Nindi masih terduduk di atas kursi rodanya sembari melihat pephonan di halaman rumahnya.
"Ma, Papa, berangkat dulu, sebentar lagi, Rasty akan datang untuk menjaga, Mama," ujar Surya suaminya.
"Iya, Pa, hati-hati ya!" tukas Nindi dengan ketus.
"Loh, kok bicaranya ketus begitu?"
"Habisnya, Mama, kesel banget, Pa. Mama bosan berada di kursi roda begini!" keluh Nindi.
"Ya, sabar dong, Ma. Mama, harus ihklas menghadapi semua ini,"
"Tapi, Mama, malu, Pa!"
Dan dengan Surya segera memluk sang istri.
"Mama, gak perlu malu, kan ada Papa. Papa janji akan selalu mencintai dan menerima, Mama apa adanya,"
"Tapi, Mama malu sama orang-orang, Pa!"
"Udah-udah! Jangan mikirin itu lagi, sekarang Mama, pikirkan kesehatan, Mama, aja," ujar Surya menyemangati sang istri.
Surya memang sangat mencintai sang istri kedua, terbukti meski pun Nindi sudah cacat begini, tapi Surya masih tetap mencintainya dan menerima Nindi apa adanya.