"Jangan mendekat! ayo cepat pergi!" teriak Larisa.
"Wah, kamu takut ya?"
Dan jarak antara Larisa dengan Radit pun semakin dekat, laku Radit menyeringai.
"Kamu pikir dengan mempermalukanku waktu itu aku akan tinggal diam?" ancam Radit.
"Tolong lepaskan aku!" pinta Larisa dengan nada ketus.
"Wah, begitu ya caranya meminta tolong kepada orang?" Radit menatap tajam, "harusnya kamu berlutut di kakiku, baru aku akan memaafkanmu," ucap Radit.
Larisa pun tampak kebingungan melihatnya.
Karna dia tidak tahu harus berbuat apa, kalau dia berlutut kepada Radit itu artinya dia mengaku kalah. Dan menyerah bukanlah definisi dari seseorang yang pemberani.
"Kenapa diam, ayo berlutut di kaki ku, maka aku akan memaafkanmu," ucap Radit.
"Tidak! aku tidak mau!" tegas Larisa.
"Wah, benar-benar sulit di percaya! kamu berani melawanku di saat terpojok seperti ini?!"
Radit mencengkeram rambut Larisa dengan kuat, hingga Larisa pun merasa kesakitan.
"Akh! sakit!" teriaknya.