Di suasana sore itu, Alex tampak menggandeng Larisa yang tengah menunduk.
Dia membawa Larisa masuk ke sebuah salon mewah milik ibunya.
"Sudah jangan malu-malu! ayo masuk ini adalah salon milik Mamaku!" tukas Alex.
"Tapi, aku tidak pernah sama sekali pergi ke salon!" tukas Larisa.
"Yasudah, kalau begitu ini jadi yang pertama kalinya!" sahut Alex.
"Tapi—"
"Oh iya, dari tadi kamu tidak memberitahuku tentang isi surat itu! kenapa?" tanya Alex.
"Oh, itu karna, aku sendiri juga takut melihatnya!' sahut Larisa.
"Tapi Larisa, kalau kamu takut kenapa pakek di bawa segala sih? lagian itu kan hanya surat. Sini biar aku yang membacanya!"
Alex merebut kertas itu dan mulai membacanya. Dalam surat itu bertuliskan 'Amara' dengan ukuran huruf yang cukup besar. Dan di sekitar kertas banyak sekali tetesan darah yang seolah menjadi penghias kertas surat itu.
"Kenapa ya, dalam surat ini ada nama Amara? itu bukanya nama kepala sekolah baru kita?" tanya Alex.
"Entalah, Alex! sepertinya dia itu membenci Bu Amara!"
"Tunggu! membenci Bu Amara? maksudnya apa? Kenapa bisa membenci Bu Amara?"
"Aku juga tidak tahu. Tapi terlihat jelas sorot matanya, menunjukkan jika dia sangat membenci Bu Amara!"
"Benar kah? huh, andai saja aku dapat melihatnya!"
Dan saat mereka asyik mengobrol, tiba-tiba ibunya Alex datang menghampiri mereka.
"Hay, Sayang! tumben kamu datang kemari, ada apa?"
"Oh, ini Mah, aku mau minta tolong sama, Mamah. Buat merubah penampilan temanku ini!" ucap Alex.
"Teman?"
Dan ibunya Alex melihat kearah Larisa.
"Ma-maksud kamu dia?" tanya ibunya.
"Iya Mah, benar!"
Ibunya Alex tampak begitu tak suka melihat penampilan Larisa. Dia tak terima anaknya memiliki teman yang sangat jelek dan tidak modis.
Lalu wanita paruh bayah itu pun langsung menarik tangan Alex dan mengajaknya menjauh dari Larisa.
"Kamu yakin berteman dengan gadis itu?" bisik ibunya Alex.
"Iya, benar Mah," sahut Alex.
"Alex, kamu ini yang benar saja. Kamu itu anak Mamah satu-satunya! masa iya berteman dengan gadis seperti itu?"
"Maksudnya gadis seperti itu apa, Mah?"
"Ya, kamu lihat dia seperti apa! dia itu sangat jelek. Lihat dong penampilannya kampungan banget! Mama gak suka, Lex!"
"Oh, Mamah rupanya masih sama seperti dulu ya, sama seperti Mamah masih duduk di bangku SMU, yang suka menghina dan membully orang hanya karna penampilan! ingat, Mah! mereka juga manusia! apa Mamah tidak pernah membayangkan perasaan mereka ketika Mamah menghinanya?"
Ibunya Alex tampak terdiam seribu bahasa. Karna mendengar ucapan Alex yang sangat menohok itu. Dia benar-benar tak bisa berkata-kata.
"Mah, apa Mamah tidak ingin menebus dosa-dosa Mamah dulu karna turut menghina Larasati?"
"Ma-maksudnya apa, Alex? Mamah kan hanya ikut Menertawainya, dan tidak sampai berbuat kasar atau sampai memukulnya! berbeda dengan teman-teman, Mamah yang lainnya! lagi pula kenapa harus bawa-bawa Larasati sih?!"
"Meskipun hanya sekedar menghina, meledek atau menertawainya. Apa Mamah tidak pernah berpikir jika itu sudah melukai perasaannya? dan bagaimana jika itu terjadi pada Mamah?"
Kembali terdiam lagi Ibunya Alex. Dia terpaksa mendengar ocehan putranya sendiri yang sedang mengingatkannya. Dia tak berani menjawabnya karna dia merasa bersalah. Bahkan Alex pemuda yang usianya jauh di bawahnya saja malah bisa berpikir dewasa di bandingnya. Sementara dia saat ini hanya bisa merasa bangga dengan apa yang dia miliki, dan tidak peduli dengan orang lain. Harusnya dia yang mengajarkan hal baik kepada anaknya. Namun kenyataannya malah kebalikannya dia sendiri yang di ajari oleh anaknya sendiri.
"Iya, Alex! Mama minta maaf soal itu. Mama memang bukan orang tua yang baik. Dan untungnya, Mama punya anak yang baik yang bisa mengajari dan mengingatkan Mama dengan hal yang baik pula!"
"Syukurlah, Ma. Mama sudah sadar. Jadi Alex mohon Mama mau membantu kawan Alex itu!"
Dan akhirnya ibundanya Alex bersedia untuk mendandani Larisa, meski dia awalnya agak keberatan. Tapi dia juga mulai menyadari tentang kesalahannya dulu terhadap Larasati. Bahkan dia juga belum sempat meminta maaf kepada Larasati, dan jika saja Alex tak mengingatkannya tentang Larasati, mungkin selamanya dia juga tidak akan sadar tentang perbuatan di masa mudanya itu salah.
***
"Hay! namamu Larisa kan?" sapa Ibunya Alex.
Larisa mengangguk sambil tersenyum sopan. "Iya, Tante," sahutnya, sembari kepalanya di anggukan sesaat.
"Mari biar, Tante perbaiki semuanya!" tukas ibunya Alex.
Lalu Larisa di suruh duduk di salah satu bangku pelanggan salon itu.
"Panggil saya, Tante Rani. Karna nama saya Rani!" tukas wanita paruh bayah itu lagi.
"Baik, Tante Rani!" sahut Larisa.
Dan Rani atau ibundanya Alex pun memulai dengan merapikan bagian rambut Larisa.
"Larisa, karna rambut mu terlalu panjang jadi Tante terpaksa memotongnya ya. Karna wajah mu yang oval Ini lebih cocok dengan jenis potongan medium bob hair!" jelas Ibundanya Alex atau yang akrab di sapa Tante Rani itu.
"Iya, Tante! saya nunut saja. Karna saya tidak tahu soal kecantikan!" sahut Larisa.
"Larisa, kamu itu harus melihat tren yang berkembang juga. Kamu ini anak perempuan, sesekali juga perlu menjaga kecantikan gak melulu tentang pelajaran!"
"Baik, Tante!"
"Ok, setelah rambutmu, sudah selesai di potong, Tante akan meluruskan permanen rambutmu. Mungkin dengan begitu kamu akan terlihat sedikit rapi."
"Iya, Tante!"
***
"Baik setelah urusan rambut selesai kita mulai di bagian wajah ya! aku akan mengajarkan teknik bermakeup yang mudah dan natural. Sekarang kita gunakan Baby Cream saja yang sesuai dengan skin tone. Jangan lupa beri moisturizer, atau aloe vera gel. Sebelum di timpa dengan baby cream. Dan dilanjutkan dengan bedak tabur, usahakan gunakan brush ya! dan jangan lupa sedikit blush on dengan warna natural agar tidak terkesan menor. Karna alismu sudah lumayan bagus. Kamu tinggal mengisi bagian pinggirnya saja dengan pencil alis, dan tambahkan sedikit petroleum jelly di bagian bulu mata. Atau bila perlu pakai maskara jika bulu matanya kurang lentik, oles kan begini agar terlihat natural." tutur Tante Rani sambil memperagakannya.
"Ow iya, jangan lupa juga tambahkan eyeshadow, tentu dengan warna natural juga, supaya saat kamu memakainya tidak terkesan menor dan terlihat alami. Dan terakhir, pakai lip tint warna yang manis dan lembut, atau gunakan warna coral. Sebenarnya kalau lebih gampang lagi gunakan Cushion, tapi karna kulitmu jenis kulit sawo matang, sebaiknya pakai baby cream merk ini saja. Lebih tahan lama dan menyatu dengan warna kulit mu,"
"Terima kasih banyak, Tante! aku jadi banyak belajar."
"Tidak masalah. Aku juga senang mengajarimu. Dan untuk maslah jerawat, kamu gunakan paket perawatan wajah ini ya! Tante akan memberikan ini semua untuk mu cuma-cuma. Tapi ingat semua peralatan itu harus kamu gunakan dengan sungguh-sungguh. Itu teknik yang paling muda. Dan untuk lebih banyak mengenal makeup kamu bisa belajar di internet, atau kamu datang kesini saja setiap hari. Termasuk besok sebelum berangkat sekolah aku akan kembali meriasmu, sampai kamu benar-benar bisa!" tutur Tante Rani lagi.
"Terima kasih Tante, aku tidak menyangka Ibunya Alex seperti malaikat. Pantas saja Alex sangat baik, semua itu karna Ibunya orang yang baik hati pula!" ungkap Larisa dengan mata berkaca.
Dan Tante Rani atau ibunya Alex tampak tersenyum dan terharu. Karna dia sendiri menjadi baik juga karna terpengaruh oleh Alex. Bukan dia yang mengajarkan kebaikan kepada Alex, tapi Alex lah yang mengajarkan kebaikan kepadanya.
To be continued