Kriiiing.....
Bel tanda pelajaran telah usai. Alex bergegas dengan langkah terburu- buru menuju UKS. Ia membawa Ransel milik Hana.
"Hana, ayo aku antar pulang," ajak Alex.
"Ouh, terima kasih sudah membawakan tas ku,"
"Iya, kamu bisa jalan? Ku rasa kakimu sakit,"
"Bisa. iya ini tadi terbentur bangku, tapi aku bisa jalan kok,"
"Sini aku bantu," Alex memapah Hana, dengan langkah pelan menuju parkiran mobil. Dimana mobil nya terparkir disana.
Sesampai nya disana si supir sudah menunggu kedatangan tuan muda nya.
"Pak, sebelum pulang kita antar teman saya ini dulu ya," ucap Alex.
"Baiklah tuan muda," jawab si supir.
Tak lama kemudian mobil pun melaju menuju rumah tinggal Hana.
___________________
"Kamu sendirian di rumah?" tanya Alex yang melihat rumah tersebut sangat sepi.
"Iya. Bibi sama Nara di rumah sakit. Nara di rawat inap,"
"Kamu tidak apa- apa sendirian dalam keadaan seperti ini?"
"Tidak apa- apa, aku baik- baik saja kok,"
"Apa kamu gak ada teman atau kenalan cewek gitu buat nemenin, biar aku hubungin. Kalo aku yang nemenin gak enak sama tetangga, nanti di kira kita ngapa- ngapain berduaan di rumah,"
"Udah gak apa- apa, sana kamu pulang aja. Aku baik- baik aja kok."
"Tapi aku khawatir sama kamu,"
"Gak apa- apa, aku baik- baik saja, sana pergilah, pergilah," Hana mendorong Alex.
"Beneran ya,"
"Iya,"
"Ya udah kalo gitu aku permisi dulu, jaga diri baik- baik,"
"Iya, oh iya terima kasih sudah mengantarku pulang,"
"Iya sama- sama,"
Pemuda itupun pergi berlalu...
Sepeninggal nya Alex , Hana pun mengisi waktu kesendirian nya dengan menonton televisi.
Dan lagi- lagi berita tentang di temukan mayat. Tadi pagi di temukan mayat seorang gadis muda di dekat taman.
Dalam 4 bulan ini sudah ada sekitar 10 gadis meninggal tanpa sebab. Tidak ada yang mengetahui apa penyebab kematian nya, meskipun sudah di otopsi.
"Hah, iya kah? Aku kok baru tau, apa aku nya yang kurang update ya," batin Hana.
"Aku jadi was- was ni, apa mungkin selama ini, setiap aku pulang kerja seperti ada yang menguntit ku, itu kelakuan si pembunuh berantai?" Pikiran Hana melayang kemana- mana penuh ke was- wasan.
Setelah merasa bosan, dengan langkah tertatih- tatih Hana menuju dapur. ia memasak mie instan untuk mengganjal perut nya yang kini mulai keroncongan.
Tak terasa hari sudah mulai sore, Hana hanya rebahan di dalam kamar nya. Ia hanya mengotak- Atik ponsel nya bosan.
Sampai ia memutuskan untuk membuka Instagram. Lumayan lama ia tak membuka aplikasi berwarna merah itu.
Beberapa notifikasi masuk, ia pun langsung melihat nya, ada beberapa like di foto yang ia unggah. Yaitu foto puisi karya ia sendiri. Hana tidak pernah mengunggah foto diri nya di media sosial, karna dia memang jarang mengambil foto.
Pandangan nya tertuju pada sebuah akun yang kini baru saja men follow nya.
Dia mengamati foto profil kecil dan bulat itu. Tidak terlihat jelas, hanya saja terlihat kalau di foto itu seorang pria.
Nama akun itu @FullMoon. Karena penasaran ia pun melihat profil akun tersebut.
Mata nya mengerjap saat mendapati postingan- postingan nya. Hampir makna postingan nya sama, semua nya tentang Bulan purnama.
Hana meng skrol postingan itu ke bawah, ada beberapa foto pemilik akun ternyata.
"Cowok ini sepertinya aku pernah liat deh, dimana ya?" Hana memutar memory nya.
"Ah ya, waktu nunggu angkot," Hana mengingat nya.
"Ooo dia lumayan juga, eem apa dia seorang model? Badan nya bagus, wajah nya tampan, kok bisa seorang cowok kulit nya seputih ini ya," Hana terkagum- kagum melihat sosok pemuda di foto itu. Selama ini Hana belum pernah terkagum- kagum saat melihat seorang pria. Namun kali ini dia seperti terhipnotis dengan ke sempurnaan pria tersebut.
"Aduh Hana, pikiran mu mulai serabutan nih," Hana menutup Instagram nya, setelah menyadari diri nya telah terpesona pada foto pria itu.
"Aneh, kenapa dia men follow ku? Padahal aku gak pernah posting foto, aku juga tidak mengenal nya, dia tidak tau nama ku, cuma ketemu gak sengaja aja kemarin," lanjut nya.
"Ah, mungkin dia asal pencet follow doang kali, kenapa aku mikir kemana- mana sih," Hana meletakkan ponsel nya di atas nakas samping tempat tidur.
Hari sudah mulai gelap. Hana bergegas menghubungi Bibi nya.
[Bi, Hana gak bisa ke rumah sakit, kaki Hana sakit, tadi Hana gak sengaja terjatuh] Hana mengirimkan pesan melewati sebuah aplikasi berwarna hijau.
Centang dua tertera di sana, dan tak lama kemudian centang itu berubah berwarna biru.
[Jatuh bagaimana sayang? Ya ampun, kok bisa jatuh sih? Bagaimana cerita nya? Apa mau bibi jemput? Periksa sekalian disini,] balasan sang Bibi khawatir.
[Tidak Bi, Hana tidak apa- apa kok, cuma keseleo aja,] Hana mengirim balasan.
[Benar gak apa- apa?]
[Iya Bi, Hana gak papa. Oh ya bagaimana kabar Nara? Apa dia ada perkembangan?]
[Iya, Nara sudah mau makan walaupun sedikit nak, mungkin besok sudah bisa pulang,]
[Syukur lah Bi, kalau gitu udah dulu ya Bi, Hana mau mandi,]
[Oh iya sayang, jangan lupa kunci seluruh pintu dan jendela ya, Bibi khawatir karna kamu sendirian di rumah,]
[Iya Bi, pasti, makasih Bi udah ngingetin]
[Iya sayang, ya udah ya, Bye bye]
Percakapan lewat chatting itupun di akhiri. Hana mulai gelisah saat sang Bibi bilang akan pulang besok. apa yang akan dia katakan saat Bibi nya bertanya soal luka yang ada pada bibir dan kaki nya.
"Bagaimana ini? Luka ini gak akan sembuh hanya dalam semalam, sekalipun sembuh bekas nya pasti masih ada," Hana menggerutu.
Luka di bibir dan di kaki nya terasa perih saat Hana menyiram nya dengan air. perlahan ia menyabuni seluruh tubuh nya yang kini mulai terasa sakit semua akibat pertikaian nya tadi bersama Indra.
Setelah selesai dari mandinya yang penuh perjuangan ia pun bergegas menuju lemari, mengambil baju tidur berwarna merah muda dan memakai nya. seperti pesan sang Bibi tadi, ia pun bergegas mengunci semua pintu dan jendela dengan rasa sakit di kaki nya yang ia tahan.
setelah memastikan semua nya terkunci. Hana pun menuju kamar dan mulai belajar seperti biasa.
Ia mulai menguap, mata nya mengajak istirahat. sedang kan PR belum terselesaikan.
jam menunjukkan pukul 21:00.
ia berusaha terus terjaga, bukan Hana nama nya jika menyerah begitu saja sebelum PR nya terselesaikan. Namun kantuk nya tak dapat lagi di ajak kompromi, ia pun tertidur di meja belajar.
Bersambung...