Baixar aplicativo
2.04% Kerasukan Roh Psychopath (21+) / Chapter 8: (8) Dua garis merah.

Capítulo 8: (8) Dua garis merah.

Beberapa Minggu kemudian...

"Hueek," Nara berlari ke kamar mandi di tengah- tengah makan malam bersama Hana dan Mama nya.

"Nara kamu sakit sayang?" Sang Mama khawatir.

"Biar Hana saja Bi," cegah Hana pada Bibi nya yang hendak menyusul Nara ke kamar mandi.

Hana berlari menyusul Nara yang kini sedang menumpahkan semua isi perut nya.

Hana memijat tengkuk Nara.

"Kamu sakit Ra? Ayo kita periksa ke dokter,"

"Enggak usah Han, aku cuma masuk angin doang," dengan suara lemah nya.

"Ya udah kalo gitu ayo ke kamar, aku kerokin ya, biar kamu lebih enakan,"

Nara mengangguk pelan. Hana memapah Nara ke kamar.

Ke esokan harinya. seperti biasa, Hana dan Nara pergi ke sekolah dengan mengendarai bus. Nara terlihat pucat dan lemas. Sebenar nya Mama nya sudah melarang untuk pergi ke sekolah, tapi Nara menolak.

Dalam perjalanan Hana tak ada henti- henti nya memijat pundak Nara.

Tak terasa mereka sudah sampai tujuan. Hana memapah Nara hingga sampai di dalam kelas.

"Aku ke kelas dulu ya, nanti jam istirahat aku kesini lagi," tutur Hana penuh perhatian, dan di balas anggukan oleh Nara.

Hana pun pergi meninggalkan Nara yang duduk lemah di bangkunya.

"Hallo, Hana," Alex melambaikan tangan nya.

"Kamu sudah datang," dengan ekspresi wajah lesu.

"Iya, udah dari tadi nungguin kamu,"

Hana hanya menanggapinya dengan senyuman yang di paksakan.

"Kok di tekuk gitu wajah nya?" Lanjut Alex.

"Itu, Nara sakit, semalaman dia muntah- muntah. Tadi di larang gak usah sekolah dulu dia menolak. Padahal dia Sampek pucat dan lemas gitu," ujar Hana panjang lebar. Ya Hana sudah terbiasa menceritakan semua masalah nya pada Alex, dia merasa nyaman dan percaya menceritakan semua yang ia alami pada pemuda di samping nya.

"Memang nya dia sakit apa? Udah periksa ke dokter?"

"Itulah masalah nya, dia menolak saat di ajak ke dokter,"

"Repot juga kalo gitu,"

Hana mengambil buku dan pulpen dari dalam tas nya.

"Aku mau mengerjakan PR dulu, semalam gak sempat karna ngurus Nara yang muntah- muntah terus," ucap Hana yang kemudian mulai mengisi kolom- kolom kosong PR nya.

"Ya udah kamu kerjain PR kamu, biar aku browsing tentang sakit nya Nara, tanda- tanda nya cuma muntah-muntah doang kan?"

"Dia muntah- muntah, kepala nya pusing, dia juga gak mau makan, setiap makan pasti di muntahin lagi,"

"Oke, oke, aku lihat di Mbah Google dulu ya, kamu lanjutin tugas kamu,"

Hana mengangguk pelan.

Beberapa saat kemudian...

"Hana, entar deh," Alex mengagetkan Hana yang sedang fokus pada PR nya itu.

"Apa?"

"Jangan- jangan,"

"Jangan- jangan apa?"

Alex mendekati Hana, ia berbisik pelan di telinga gadis itu. "Jangan- jangan Nara hamil," bisik nya, sambil menunjukkan layar ponsel nya pada Hana.

Mata Hana mendelik, mulut nya terbuka kaget.

"Tidak mungkin,"

"Mungkin aku salah, entar ya aku cari lagi,"

"Bentar- bentar, tapi ciri- ciri nya benar- benar sama dengan yang di alami Nara. Bagaimana ini?" Mata Hara berkaca- kaca penuh kekhawatiran.

"Lebih baik kamu bicara baik- baik sama Nara, siapa tau dia mau dengerin kamu untuk periksa ke dokter,"

"Baik, aku akan mencoba nya nanti," setelah menyelesaikan percakapan di antara mereka, Hana pun melanjutkan pekerjaan nya.

"Apakah masih lama?"

"Tinggal sedikit lagi,"

"Apa perlu aku bantu?"

"Tidak usah, ini sedikit lagi selesai,"

"Oke,"

______________________

Jam istirahat pun tiba, dengan terburu- buru Hana berlari ke kelas Nara.

Sesampai nya disana, Hana tak mendapati Nara di bangku nya. Ia pun bertanya ke salah satu siswa di kelas tersebut.

"Apakah kamu melihat Nara?"

"Tidak, sedari tadi dia gak ada,"

"Maksud kamu?"

"Dia bolos,"

"Bolos?" Hana tak percaya,

"Kalau begitu terima kasih," Hana berlari mencari Nara, pertama- tama ia menuju UKS. Namun tidak menjumpainya disana.

Ia pun berkeliling di seluruh sekolah. Namun ia tak melihat sosok Nara disana.

"Indra, ya Indra." Hana pun berlari mencari sosok pemuda yang kini menjadi kekasih sepupunya itu.

"Mau kemana Han? Kok buru- buru gitu?" Sapa Alex yang tak sengaja berjumpa di saat Hana sibuk mencari Indra.

"Indra, kamu tau dimana Indra?"

"Aku kurang tau, memang nya kenapa kok mencari orang itu?" tanya Alex penasaran.

"Itu, dia berkencan dengan Nara. siapa tau aja dia sedang bersama Nara sekarang,"

"Kalau begitu, aku akan membantumu mencari nya,"

"Terima kasih,"

Kedua nya pun melangkah mencari Indra. Mereka menelusuri seluruh ruangan di sekolah tersebut dengan detail.

"Hana, bukan kah itu Indra?" Ucap Alex yang kini melihat Indra di sebuah ruangan musik.

Hana menghampiri Alex, dan ikut mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Siapa gadis itu?"

"Seperti nya mereka berkencan," tutur Alex yang kini memperhatikan mereka di dalam sedang berpelukan mesra.

"Tidak mungkin Lex, bukan nya Indra kekasih Nara, selama ini,"

"Memang nya kamu tidak tau? Indra itu orang nya gimana?"

"Emang gimana Lex?"

"Indra itu playboy, dia suka banget mainin cewek,"

"Benarkah?"

Alex mengangguk.

"Kalau begitu, aku pergi duluan ya. Aku akan memberi tau Nara,"

"Aku akan mengantarmu,"

"Tidak usah Lex, aku bisa sendiri," gadis itupun berlari menuju pulang, berharap Nara sudah ada di rumah.

Sepeninggal nya Hana , Alex menuju kelas.

"Tas dia ketinggalan, hemm aku akan mengantarkan nanti sore ke toserba tempat dia kerja," batin nya.

Sesampai nya Hana di rumah, ia pun berlari menuju kamar. Namun Nara tak ada di sana, ia pun berlari ke arah dapur, dan ia mendapati pintu kamar mandi di samping dapur tersebut tertutup.

"Nara, apakah kamu ada di dalam?" Sembari mengetuk pintu.

"Hiks hiks hiks," Hana mendengar samar- samar suara isakan tangis dari dalam kamar mandi.

"Nara, aku masuk ya," Hana mendorong pintu yang kebetulan tidak terkunci.

Disana Hana melihat Nara sedang duduk di lantai sambil menangis.

"Nara, kamu kenapa?"

"Han, lihat ini," Nara menyerahkan sebuah benda kecil pada Hana,

Mata Hana melebar karna terkejut bukan main. Di benda tersebut terlihat jelas dua garis merah.

"Nara, apa maksud nya ini?" Hana memicingkan mata nya meyakinkan diri.

"Aku_ aku, hiks aku hamil Han," Nara terisak.

"Ja_ jangan bercanda Ra,"

"Aku gak bercanda Han,"

"Bagaimana ini bisa terjadi? Gak mungkin," Hana masih tidak percaya dengan apa yang Nara ucapkan.

"Han, tolong rahasiakan ini dari Mama, kalo Mama tau, dia pasti kecewa banget sama aku, hiks hiks hiks," Nara semakin menjadi- jadi.

Hana mendekati Nara, kemudian ia memeluk nya erat.

"Nara, siapa yang mengahamilimu? Jujur sama aku Ra,"

"Indra Han. aku gak nyangka kalo aku bakalan hamil seperti ini, padahal aku hanya melakukan nya sekali, aku menyesal Han, hiks hiks hiks,"

Hana menelan ludah, mata nya berkaca- kaca. pupus lah niat nya yang tadi, ia berencana untuk memberi tau Nara, bahwa Indra adalah cowok gak bener, tapi kini ia tak sampai hati untuk memberi tau sepupunya yang malang itu sekarang.

"Nara, kamu harus meminta pertanggung jawaban. Kamu juga harus memberi tau Bibi soal ini, gak mungkin kamu menyembunyikan selama nya kan,"

"Aku belum siap Han, rahasikan untuk sementara ya, aku mohon,"

"Baiklah,"

HANA memapah Nara ke kamar, tak lupa ia juga membuatkan bubur dan secangkir teh hangat, berharap semoga Nara mau makan. Karna sedari kemarin ia belum makan apa- apa.

"Di makan ya, kasian janin di perut kamu," Hana penuh perhatian, dengan suara khas nya yang begitu lembut.

Nara hanya menjawab dengan anggukan kecil, kemudian ia perlahan memasukkan suap demi suap ke dalam mulut nya.

Belum habis bubur di mangkok itu. Namun Nara sudah berlari ke kamar mandi, dan memuntahkan semua nya.

Dengan setia Hana memijat tengkuk gadis malang itu penuh perhatian.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login