Baixar aplicativo
100% Slow Journey / Chapter 4: Sequence

Capítulo 4: Sequence

Hujan deras menyelimuti kota Seoul. Sore yang biasanya indah menjadi agak gelap hari ini. Hal itu sama seperti perasaan gadis yang sedang meringkuk di kasurnya. Matanya tidak lepas dari jendela yang terdapat rintikan-rintikan hujan. Mungkin itu sama dengan keadaannya sekarang. Air mata itu tidak pernah terlepas dari mata indahnya. Sifat ceria dan kuat yang sering dipasang seakan hilang begitu saja.

Tok tok

"Masuk!"

Terlihat seorang maid yang membawakan sepiring makanan yang menggugah selera. "Ini makanannya Nona" ucap maid itu setelah menaruh piring diatas nakas dan segera berbalik untuk keluar. "Apakah Nona membutuhkan sesuatu?" tanyanya sbelum menutup pintu kamar tersebut.

Gadis itu menoleh sedikit kearah maid tersebut "Tidak terimakasih" ucapnya pelan. "Aku sudah bilang panggil aku Minju saja Ahjumma" Lanjutnya.

"Ma-maaf no-Mi-Minju" Kata maid itu dengan terbata-bata. "Hahaha ahjumma lucu sekali, santai saja" ucap Minju dengan sedikit tertawa. "Baiklah saya kembali, jika ada yang dibutuhkan panggil saya saja M-Minju" ucap Maid tadi sambil menutup pintu kamar Minju.

Klek

Itulah Minju. Seseorang gadis remaja yang tidak ingin orang disekitarnya melihatnya menangis, dan sedih. Tidak ingin terlihat lemah meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja. Selalu menahan tangisannya supaya tidak ingin melihat raut sedih dan simpati dari orang lain.

Tok! Tok!

"Masuk!" ujar Minju sedikit keras. Satu hal yang perlu kalian tahu. Minju tidak suka jika waktu sendirinya terganggu.

Klek

Minju menoleh sedikit kearah pintu untuk melihat seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Ternyata orang itu adalah kakaknya sendiri, Irene.

Mata Irene yang tajam itu menatap ke arah adiknya yang membalut dirinya dengan selimut tebal. "Sampai kapan kamu seperti ini?" ucapnya Irene.

Hening

"Minju" panggil Irene dan melangkahkan kakinya mendekati kasur Minju. Tangannya membuka dengan cepat selimut Minju. Minju yang merasa terganggu diperlakukan seperti itu menatap tajam kearah kakaknya.

"Dasar bodoh, kau hanya bisa merenung meratapi nasibmu kan?" Ucap Irene meremehkan dan jangan lupa smirk yang terpasang diwajahnya. "Kau memang lemah Kim Minju dengan begini apakah bisa mengatasi masalahmu?" Lanjutnya

Minju yang mendengar hal itu menatap tajam Irene dan rahangnya mengeras pertanda dia sedang marah sekarang "Apa maksudmu?" Ucapnya.

"Kim Minju yang hanya bisa merengek, memberontak, dan merajuk. Apakah itu caramu mengatasinya?"

"APA MAKSUDMU IRENE?!" Ucap Minju dengan keras. Tangannya sudah terkepal erat. Matanya seakan ingin menelan orang yang berada di hadapannya sekarang.

Minju turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan mendekati Irene yang sedang menyilangkan tangannya di atas perutnya. Langkah Minju terhenti di depan Irene. Wajahnya mendekat ke arah Irene menyisakan beberapa centimeter saja.

"Apa kakak bisa mengerti perasaanku?" Lirih Minju pelan. Matanya berkaca-kaca sekarang. Irene yang jarak wajahnya dengan adiknya dekat dapat melihat hal itu. "Dengan begini apakah bisa mengembalikan situasi?" ucap Irene.

BRAK!

Tangan Minju memukul nakas dengan keras. Piring yang berisikan makanan tadi sudah jatuh dan pecah. Seakan tidak merasakan rasa sakit, Minju tidak memedulikan kakinya yang akan terkena serpihan kaca.

Langkahnya menuju meja belajar di sampingnya dan mengambil gunting dari rak meja tersebut. Irene yang melihat hal itu menelan ludahnya. Walaupun raut wajahnya tetap datar, tetapi pikirannya tidak tenang sekarang.

"Apa kau tahu rasanya ditampar berkali-kali?"

satu langkah

" Apa kau tahu rasa kebahagiaanmu diambil begitu saja?"

dua langkah

"Apa kau tahu rasanya tidak dianggap?"

Tiga Langkah

Wajah Minju kembali sejajar dengan Irene. Irene menghela nafasnya "Itu adalah masalah Papa dan Eomma kamu tidak akan mengerti karena kamu tidak diposisi mereka" ucapnya pelan

"YA, KARENA POSISIKU MEMANG TIDAK PANTAS UNTUK DIMENGERTI" Ucap Minju dengan berteriak.

"hiks"

Sudah Minju sudah tidak tahan menahannya. Air matanya mengucur dengan deras. Kakinya terasa lemah seakan tidak bisa mnopang tubunya. Minju terduduk di lantai memeluk lutunya.

"M-Minju" ujar Irene dan tangannya memegang pundak Minju. Minju yang merasakan hal itu menepis tangan Irene dengan kasar.

"Keluar!" Ucap Minju menuntut.

"Minju A-aku-"

"AKU BILANG KELUAR!" Ucap Minju keras sambal mengayunkan tanganya untuk menepis kasar tangan Irene yang hendak menyentuhnya lagi.

"AKH!"

Minju mendongak dan matanya membulat. Ia lupa dengan gunting yang masih dipegangnya. Minju melihat ke depan terlihat Irene memegang tangannya yang tersayat gunting tersebut.

"K-Kakak maafkan aku" Air mata Minju kembali menetes. Tangannya bergetar dan wajahnya terlihat panik melihat kakaknya yang meringis kesakitan.

"KIM MINJU!"

Minju menoleh ke arah pintu ketika mendengar teriakan itu. Matanya kembali melebar. Tangannya lebih bergetar dari sebelumnya, dan air matanya kembali menetes. "P-Papa" lirihnya

Terlihat Papanya dan beberapa maid yang ada di dalam kamarnya sekarang. Salah satu maid segera membawa Irene untuk segera diobati. Pandangan Minju mengarah ke Papanya. Mata Papanya menajam menandakan ia sedang murka sekarang.

"I-ini tidak seperti-"

"Bersihkan tempat ini dan pastikan Minju tidak keluar dari kamarnya selama masa skorsingnya berakhir" Ucap Papa yang pandangannya tidak terlepas menatap tajam Minju. "Jangan ada satupun yang masuk ruangan ini selain memberikan makanan!" Lanjutnya.

Minju menatap memohon kepada Papanya. "Maafkan aku, P-papa". Memang tidak pernah sesuai ekspetasi dari seorang Kim Minju.

Papanya pergi begitu saja.

***

Sudah dua hari Minju dikurung dikamarnya dan selama dua hari itupun perasaannya tidak kunjung membaik. Minju ingin meminta maaf langsung kepada Kakaknya dan menjelaskan semuanya kepada Papanya tetapi ia tidak sanggup melakukan hal itu.

Matanya tidak terlepas dari jendela.

Tiba-tiba matanya menyipit, dan otaknya seakan bekerja lebih keras. Senyuman tiba-tiba terpancar di wajah Minju seperti telah menemukan suatu ide.

Bukan, bukan ide yang bagus, tapi gila.

"Aku akan menaruh perlengkapanku ke dalam tas ransel dan pergi dari sini" ucapnya pelan dan jangan lupa senyumannya yang terpancar.

Minju segera mencari perlengkapan yang menurutnya penting untuk dimasukan ke dalam ranselnya. Ia segera memakai hoddie kebesarannya dan celana training hitam. Ia mengambil tas dan membawa tas itu di pundaknya.

Langkahnya terhenti di depan jendela. Tangannya membuka jendela itu dengan perlahan dan melihat sekitar. Untung saja jendelanya terhubung dengan balkon dan tangga belakang rumah. Itu akan memudahkan aksinya.

Minju segera keluar kamarnya. Kakinya berjalan dengan cepat sesekali menoleh ke belakang untuk mengecek apakah dia aman atau tidak. Tangannya membuka pagar rumahnya dan menutupnya.

"Selamat tinggal neraka"

Minju segera berlari kearah halte bus terdekat dan tujuannya sekarang adalah

Rumah Ryujin.

---

Bus yang dinaiki Minju berhenti di sebuah halte yang menjadi tujuan Minju saat ini. Minju keluar dari bus itu dan berjalan sesuai arahan aplikasi maps yang menunjukan nama toko roti.

"Krukkkk"

"Hah…Aku lapar sekarang"

Tangannya mengotak-atik aplikasi di hpnya untuk mencari minimarket terdekat. Ia menyusuri jalanan dan tidak lama kemudian langkahnya terhenti di depan minimarket. Minju memeriksa kembali uang di kantong celananya

"Hanya dua ribu?"

Minju membuka tasnya untuk mencari dompetnya berada. Matanya melebar dengan panik dan mulutnya membentuk huruf O "Bagaimana kau tidak membawa dompetmu disaat sperti ini Kim Minju" ucapnya kepada dirinya sendiri. Tangannya memukul kepalanya dan kakinya menghentak-hentak ke arah tanah.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

Minju menatap ke arah minimarket dengan berkaca-kaca saat melihat seseorang dibalik jendela minimarket itu sedang memakan ramyeon dengan lahap.

***

Tit

Terlihat seorang laki-laki yang berdiri di depan mesin kasir dan sedang tersenyum ke arah pelanggannya. Keringatnya tidak berhenti mengucur. Terlihat lelah tetapi senyumannya tidak pernah pudar dari wajah itu.

"Terima kasih!"

Tangannya kembali meletakan alat pendeteksi harga. Ia menjauhi meja kasir dan langkahnya ke arah mesin air panas di dalam minimarket tersebut. Ia membuat semangkuk ramyeon dan menaruh beberapa uang ke dalam mesin kasir.

"Sepuluh menit lagi akan tutup. Aku harap tadi adalah pelanggan terakhir" ucap Yeonjun dan segera memakan ramyeonnya.

Laki-laki tersebut adalah Yeonjun. Ia terpaksa bekerja seusai kegiatannya bersekolah untuk menabung biaya kuliahnya nanti. Walaupun tidak banyak tetapi ia berharap cukup untuk membantu orang tuanya. Orang tuanya sudah memaksa untuk tidak bekerja dan fokus belajar untuk ujian akhir, tetapi Yeonjun bersikeras untuk meringankan beban orang tuanya.

Lamunan Yeonjun terganggu dengan pandangan di depannya. Alisnya bertaut dan matanya menyipit melihat hal di depannya. Terdapat seorang gadis di depan tokonya berbicara sendiri dan menghentakan kakinya. "Apakah dia gila menghentakkan kaki seperti itu?" katanya.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Matanya menatap aneh ke arah gadis tersebut. Tiba-tiba pandangannya bertemu dengan gadis itu dan melihat matanya berkaca-kaca. Merasa iba, Yeonjun menghampiri gadis itu.

"Nona, apa yang anda lakukan malam-malam seperti ini?" Tanya Yeonjun.

Yeonjun sedikit tertegun melihat paras gadis tersebut.

Ya, Gadis itu Minju.

Minju menatap tidak suka laki-laki di depannya seperti melihat seorang penjahat yang siap mengambil barang-barangnya. Wajar Minju bersikap seperti itu karena jam sudah menunjukan jika sekarang adalah malam hari dan dia sendirian di daerah yang sepi.

"J-jangan m-m-mengambil barangku aku tidak punya apa-apa. A-aku hanya punya dua ribu d-dan untuk membeli ramyeon saja tidak bisa" ucap Minju degan terbata-bata.

Mata Yeonjun kembali menyipit dan ia memutar kembali otaknya. Ia seperti pernah melihat gadis dihadapannya ini.

'Kim Minju?' pikirnya.

"Y-ya! J-jangan melihatku seperti itu!" ucap Minju dengan keras. Yeonjun yang melihat itu bukannya takut ia malah terkekeh dengan gadis di depannya.

"Dasar orang aneh, ada yang lucu-!?" ucap Minju dan memundurkan satu langkahnya.

Krukkkkk

dan jangan lupa perutnya yang kembali meronta ingin diisi.

Yeonjun yang awalnya terkekeh menjadi tertawa sekarang " Apa kamu tidak punya uang untuk beli makanan?" ucap Yeonjun dan segera menarik pergelangan tangan gadis di depannya memasuki minimarket. Minju yang ditarik dengan tiba-tiba meronta untuk melepaskan pergelangan tangannya, tapi tenaga Yeonjun lebih kuat darinya yang membuat usahanya itu sia-sia.

Yeonjun memegang bahu Minju dan mengarahkannya ke salah satu kursi. Langkahnya ke arah rak ramyeon dan mengambil salah satu ramyeon disana. Ia mengambil air panas. Tangannya mengambil uang di sakunya dan menaruh uang ke dalam mesin kasir.

Yeonjun mengambil ramyeon dari mesin air panas dan meletakan ramyeon itu di meja depan Minju.Ia menarik salah satu kursi di sebelah Minju dan kembali memakan ramyeonnya yang agak dingin.

Minju yang melihat hal itu kembali melebarkan matanya dan jangan lupa bibirnya yang membentuk huruf O. "t-tapi aku tidak punya uang untuk membayarnya" lirihnya. Yeonjun yang melihat itu tersenyum tipis dan berkata, "Aku traktir, Makanlah!"

"T-terima kasih, Selamat makan!"

Selama beberapa menit hanya terdengar suara kecapan. Dua orang itu berada dalam pikirannya masing-masing dan tidak ada yang ingin memulai percakapan.

"Umm, terima kasih ramyeonnya" ucap Minju dengan pelan setelah menyelesaikan kegiatan makannya. "Sama-sama" kata Yeonjun.

"Aku pernah melihatmu di Seoul National, namamu Kim Minju kan?" tanya Yeonjun sembari membersihkan tempat ramyeon dan membuang nya ke tempat sampah.

"Bagaimana kamu tahu, kamu menguntit ya!?" Ucap Minju dengan suara keras. Pikiran Minju berkecamuk dia takut laki-laki dihadapannya ini benar-benar seorang penguntit. Tangannya mengambil tasnya dan memegang erat tas itu.

Yeonjun yang melihat itu kembali tertawa kecil "Aku Yeonjun dari Hanlim ArtSchool aku pernah melihatmu saat ada pertandingan basket di Seoul National dan aku bukan penguntit" ucap Yeonjun dan duduk kembali di kursi sebelah Minju. "Aku memakai rompi pegawai minimarket yang berarti aku bekerja disini dan melihat gadis gila dimalam hari yang menghentakan kakinya di depan pandanganku" Lanjutnya.

"YA! KAU MENGATAI AKU GILA!?" Teriak Minju dengan melotot. Matanya menyalang tidak suka ke arah Yeonjun. Yeonjun yang melihat itu kembali tertawa terbahak-bahak hingga memegang perutnya. Ia merasa gadis dihadapannya ini lama-lama terlihat

.

.

'Lucu' ucap Yeonjun dalam hati. Tangan Yeonjun menepuk pelan kepala gadis dihadapannya dan tersenyum.

"Berusahalah melihat sisi positif dari orang lain. Walaupun menyebalkan, tapi setidaknya itu bisa menenangkan hatimu" Ucap Yeonjun.

Minju menatap ke arah Yeonjun yang sedang tersenyum dihadapannya setelah mendengar kata itu. Ia melihat senyumannya yang seakan tidak pernah terlepas dari wajah seorang Yeonjun.

deg

"Sudahlah ini sudah malam aku pergi dulu ya. Senang berkenalan denganmu Yeonjun.Eh? Apakah itu bisa disebut perkenalan?. Intinya aku berterimakasih padamu" Ucap Minju. Minju dengan segera berjalan kearah pintu minimarket tersebut dan langkahnya kembali terhenti ketika mendengar suara. "Aku akan mengantarmu ini sudah malam. Tidak baik seorang gadis berjalan sendirian malam-malam begini" Kata Yeonjun.

Baru beberapa menit bertemu dan Minju tidak paham dengan perasaannya sekarang. Rasa yang sudah lama tidak pernah hadir di kehidupannya. Perasaan aman dan nyaman. Katakan saja Minju memang gila memercayai laki-laki yang baru ditemuinya.

"Oke, terima kasih Yeonjun" ucapnya dengan tersenyum tipis.

Yeonjun yang melihat itu kembali menyunggingkan senyumannya. "Tunggu aku di depan"


Load failed, please RETRY

Novo capítulo em breve Escreva uma avaliação

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C4
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login