Baixar aplicativo
32% PESONAMU (JENLISA) / Chapter 8: Part 8 (Akhir Pekan)!

Capítulo 8: Part 8 (Akhir Pekan)!

Jennie dan Lalisa semakin dekat setiap harinya. Jennie mengikuti nasihat Jisoo untuk membiarkan semuanya mengalir sendirinya. Jennie tetap dengan sifat posesif pada Lalisanya. Lalisa yang diperlakukan seperti itu oleh Jennie hanya menurut saja. Toh juga dia tidak dirugikan, malah diuntungkan karena tidak ada lagi tatapan tatapan yang dulu selalu didapatkannya.

Saat ini Jisoo, Rose, Irene, Seulgi, Yeri, Jennie dan Lalisa sedang mengahabiskan libur akhir pekannya dimansion Lalisa. Rose yang meyarankan. Mansion Lalisa selalu penuh dengan stok makanan itu sebabnya Rose memilih di mansion Lalisa.

"Lebih seru jika kita menonton film horor" saran Yeri. Mereka semua sedang bingung akan menonton film bengenre apa.

"Ani, Lili takut" Lalisa mengeratkan pelukannya pada Jennie yang duduk disebelahnya.

"Bagaimana kalau romance?" Jisoo

"Ani, apa kalian lupa Lili masih kecil" tolak Jennie.

Jennie mengelus tangan Lalisa yang masih syok dengan usul Yeri untuk menonton film horor. Jennie tau jika Lilinya itu sangat takut pada hal hal yang berbau mistis.

"Mandu, kau tidak sadar jika yang kau lakukan pada Lalisa setiap hari lebih parah dari menonton film romance. Aku saja yang melihatnya tidak tahan" Jisoo meledek Jennie.

"Biar saja" dingin Jennie

"Bagaimana kalau train to busan?" Seulgi

"Ani, Lili takut melihat zombi" Lalisa semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya sudah lebih baik kau dan Jennie tidak usah ikut menonton" kesal Seulgi.

Sudah banyak film yang Seulgi, Yeri dan Irene rekomendasikan namun Jennie dan Lalisa selalu menolaknya.

Jangan tanya mana dialog Rose. Rose sedang asik memakan camilan yang disediakan eomma Lalisa.

"Apa Lili ada rekomendasi film?" tanya Jennie lembut menampilkan senyumnya.

Lalisa melepaskan pelukannya. Memperagakan seolah dirinya sedang berpikir.

"Ani, Lili tidak tau harus menonton film apa" Lalisa mengeleng lucu.

Jennie yang awalnya sedikit kesal. Menjadi tertawa gemas melihat tingkah Lalisa.

"Aku akan memberikan rekomendasi film. Terserah kalian akan ikut menonton atau tidak" Jisoo segera menekan play film rekomendasinya dan mematikan lampu utama pada ruang bioskop mini Lalisa.

Selain mansion Lalisa penuh makanan semua fasilitasnya juga lengkap ada kolam berenang, 20 kamar, ruang gym, studio musik, ruang dance, bioskop mini, bahkan lapangan golf pun ada.

Daddy Lalisa adalah chef terkenal dan memiliki banyak restoran yang tersebar diseluruh dunia. Dan eomma-nya model terkenal di Thailand jadi tidak heran jika mansion Lalisa sebesar dufan.

Jennie duduk sedangkan Lalisa mebaringkan tubunya meletakkan kepalanya dipangkuan Jennie. Selama film belangsung Lalisa tidak benar benar menonton filmnya. Lalisa asik memainkan jari jemari Jennie.

Lalisa terlalu gemas dengan jari jari tangan Jennie yang kecil dan gembul sesekali ia menggigitnya. Jennie yang tau hanya mengabaikannya sesekali meringis saat Lalisa menggit jarinya terlalu kuat.

Di tengah durasi film berlangsung ada adegan dewasa, Jennie yang peka pun langsung menutup mata Lalisa. Lalisa yang sebenarnya tidak fokus menonton kaget dengan perlakuan Jennie. Lalisa berusaha memindahkan tangan Jennie yang menutupi matanya. Tapi segera Jennie berbisik membuat Lalisa diam mematung.

"Tutup matamu baby, tak baik jika kau melihatnya" nafas Jennie tidak sengaja menyentuh belakang telinga Lalisa. Membuat Lalisa merasakan merinding dan juga geli.

Dirasa sudah aman Jennie mulai memindahkan tangannya. Lalisa segera mengambil kembali tangan Jennie dan menggigit kecil jari jari Jennie.

Ditautkannya jari jari Jennie disela jari jarinya. Lalisa tersenyum saat jari jari Jennie tenggelam saat digenggamnya.

Lalisa terkekeh saat mebandingkan telapak tangan mungil Jennie dengan telapak tangan jumbonya. Kegiatan itu berulang ulang Lalisa lakukan.

Lalisa terus saja tertawa saat melihat jari jari jennie yang menghilang digenggamannya.

"Xixixi, kecil sekali tangan Jennie unnie ini" kira kira seperti itu kekeh Lalisa. Jennie menghiraukan Lalisa dam fokus menonton.

Saking gemasnya Lalisa tidak sengaja terlalu kuat menggigit jemari Jennie membuat Jennie mengaduh kesakitan.

"Aahh, Lili. Ini sakit sayang, jangan digigit lagi ne. Jennie mengalihkan perhatinnya dari layar ke Lalisa. Jennie mengelus lembut pipi Lalisa menggunakan ibu jarinya.

Lalisa yang merasa bersalah segera menarik jari Jennie yang digigitnya tadi. Lalu mengecupnya singkat.

"Chuphh, mian. Apa masih sakit?" tanya Lalisa mendongakkan kepalanya menatap Jennie.

Jennie yang melihat perlakuan Lalisa hanya tersenyum gemas dan menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Lalisa.

Seulgi diam diam melihat dua bucin itu merasa iri. Dia menoleh kepada Irene disebelahnya. Irene sangat fokus menonton film. Seulgi hanya bisa menghela nafas panjang.

Irene yang sedari tadi tau bahwa Seulgi iri mengamati dua bucin. Segera irene meraih dan menggenggam tangan Seulgi serta mengusap lembut tangan Seulgi menggunakan ibu jarinya. Seulgi tersenyum atas perlakuan Irene.

Tidak terasa hari semakin malam akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di mansion Lalisa. Tapi tidak dengan Yeri. Yeri dijemput orang tuanya karena besok pagi Yeri ada jadwal flight. Yeri mendadak diajak orang tuanya untuk ikut menjenguk kondisi kakeknya yang ada di US. Mau tidak mau Yeri harus ikut.

Jisoo, Irene, Sulgi, Rose, Jennie dan Lalisa sudah memutuskan teman sekamar mereka. Jisoo dengan Rose. Seulgi dengan Irene dan tentunya Jennie dengan Lalisa. Mereka segera menuju kamar masih masing.

Dikamar JenLisa. Jennie dan Lalisa suda selesai membersihkan diri. Mereka merebahkan tubuhnya di kasur king size dengan Lalisa yang berada didekapan Jennie. Tangan kanan Jennie menjadi bantal Lalisa. Tangan kiri Jennie memeluk erat pinggang Lalisa. Jennie merasakan Lalisa terus bergerak gusar.

Jennie POV

"Lili kenapa? Tidak bisa tidur?" aku merasa terganggu dengan pergerakan gusar Lalisa.

"Ani" jawab Lalisa yang memejamkan matanya.

"Lili tidur ne" aku mengelus lembut punggungnya memberikan rasa nyaman.

Aku masih merasakan lalisa makin bergerak gusar.

"Lili, gwenchana?" tanyaku. Akhirnya aku lihat Lalisa membuka matanya.

"Ani, Lili ingin uyu" rengeknya. Aku yang agak setengah sadar menagkap maksudnya pun mengkerutkan alisku. Aku tidak ingin terlalu percaya diri.

Ambigu ya Jen ~author

"Lili tunggu disini ne, Nini ambilkan di dapur" basa basiku.

Sebenarnya aku tau maksudnya hanya saja aku tidak mau terlalu percaya diri.

"Ani, bukan uyu itu" Lalisa dengan wajah gemasnya.

Apa aku bilang aku tau maksudnya hanya aku tidak ingin terlalu percaya diri. Tiba tiba saja ide menjahilinya muncul di kepalaku.

"Terus uyu apa?" godaku.

"uyu itu" Lalisa menunjuk uyu yang dimaksud dengan bibirnya yang dimajukan.

Aku menahan kekehan saat melihat ekspresinya.

"Mana? Apa Lili ke kamar membawa uyu?" godaku seolah mencari uyu disekitar ruangan.

Aku lihat dia semakin mempoutkan bibirnya sebal. Aku sebenarnya tak tahan dan ingin tertawa tapi aku urungkan. Aku ingin melihat ekspresi selanjutnya.

"Aish Nini, uyu itu" Lalisa menekankan kalimat akhirnya dan semakin memajukan bibirnya agar aku paham uyu yang dimaksudnya.

"Kiyowo" lirihku.

"Mana? Nini tidak melihat ada uyu disini?" jawabku menoleh kan kepala kekanan kekiri.

"Aishh. Tidak jadi, Lili ingin tidur saja" sebal lalisa berbalik membelakangiku.

Aku hanya tertawa dalam diam melihat ekspresi sebalnya itu. Sangat menggemaskan. Dengan segera aku membuka 3 kancing atas piyamaku dan berbaring kearahnya yang memunggungiku. Aku mengeluarkan sebelah payudaraku.

"Lili kenapa membelakangi Nini? Tanyaku berusaha membuatnya berbalik" Lalisa tidak menjawab dan menolak saat tanganku berusaha meraih lengannya. Nampaknya dia sangat kesal. Kiyowo.

"Lili berbaliklah!" Lalisa menarik lengannya agar tidak bisa aku raih dan diam tidak menjawab

"Lili berbaliklah!" Kedua kalinya tidak ada respon

"Nini minta maaf. Berbaliklah!" perlahan dia membalikkan tubuhnya dan terkejut saat melihatku.

"Katanya tadi mau uyu. Mau tidak?" godaku menggerakkan tanganku seolah akan merapikan piyamaku.

"Ani" tangannya segera menghentikan pergerakan tanganku.

"Apa boleh" izinnya polos dengan puppy eyes nya.

"Boleh baby, semua milik Nini miliki Lili juga. Arraseo?" aku melihat Lalisa mengangguk anggukan kepalanya gemas.

Normal Pov

Lalisa mulai mendekat pada Jennie. Pelahan melahap payudara Jennie dengan rakus. Lebih rakus dari sebelumnya. Hingga tidak sengaja putting Jennie tergigit oleh Lalisa. Jennie meringis kesakitan.

"ssshhhh. Jangan digigit Lili. Pelan pelan ne, Nini tidak akan pergi kemana mana" Jennie menahan desahannya saat Lalisa menggigit putingnya.

Lalisa tidak menjawab malah asik dengan aktifitas menyusunya. Padahal payudara Jennie tidak mengeluarkan asi tapi Lalisa menyusu seperti bayi kehausan.

Jennie sesekali mencubit gemas pipi Lalisa yang bergerak gerak karena aktifitas menyusunya. Jennie mengelus lembut punggung Lalisa menggunakan tangan yang menjadi bantalan Lalisa karena tangan satunya digenggam oleh Lalisa.

Mungkin itu akan menjadi kebiasaan Lalisa yang menyusu serta menggenggam erat ibu jari Jennie.

Tidak lupa Jennie menarik selimut untuk menutupi kegiatan Lalisa. Takut jika tiba tiba Jisoo atau teman temanya masuk secara tiba tiba.

Tidak lama kemudian keduanya hanyut dalam mimpi.

"drttt, drttt, drttt" alarm Jennie menggema.

Jennie terbangun dan terheran saat merasakan hisapan hisapan kecil di payudaranya. Ternyata Lalisa tidak melepaskan pagutannya.

Jennie mengulurkan tangannya perlahan mengambil handphonenya dinakas. Lalisa yang merasakan pergerakan dari Jennie segera menghisap kuat payudara Jennie. Membuat Jennie terkejut dan desahannya lolos,

"ssshhhh Lili" desahan Jennie. Lalisa terus melanjutkan kegiatan menyusunya dengan mata tertutup.

"Lili, bangun baby" Jennie mengusap lembut pipi Lalisa.

"enghh" lenguh Lalisa yang masih dalam aktifitasnya.

"Lili sayang bangun" Jennie tidak henti hentinya mengusap lembut pipi Lalisa. Agar Lalisa terusik dan terbangun. Tapi nihil Lalisa tetap tidak mau membuka matanya.

"Lilinya Nini bangun" Jennie masih mencoba untuk ketiga kalinya. Masih saja nihil.

Tidak ada cara lain, Jennie mencubit hidung Lalisa.

Karena kehabisan oksigen Lalisa melepaskan pagutannya dan terbangun mempoutkan bibirnya.

Lalisa sebal karena Jennie menghentikan aktifitasnya. Membangunkannya dengan cara yang ekstrim.

Jennie hanya tekekeh kecil melihat wajah bangun tidur Lalisa dan ekspresinya yang menambah lucu. Lalisa dengan wajah marahnya menatap Jennie.

"Mian, nanti lagi dilanjut. Sekarang bangun dan mandi ne" Jennie merasa bersalah merapikan rambut Lalisa.

Menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya dan merapikan poninya. Lalisa masih diam dan mempoutkan bibirnya.

"Lili bahkan bisa mendapatkannya setiap hari kalau Lili mau" bujuk Jennie. Seketika wajah Lalisa langsung mencerah dan menampilkan senyumannya.

"dasar bayi" monolog Jennie.

~to be continued


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login