Baixar aplicativo
12% PESONAMU (JENLISA) / Chapter 3: Part 3 (Penasaran)

Capítulo 3: Part 3 (Penasaran)

Jennie POV

"Aku harus menanyakannya pada Jisoo unnie. Agar malam ini aku bisa tidur dengan tenang" batin jennie

"unnie" panggil jennie memecah keheningan didalam mobil

"Wae?" Jisoo

"Ada hubungan apa unnie dengan dia?" Jennie menatap tajam Jisoo yang sedang fokus menatap jalan.

Normal POV

"Ckittt" mobil berhenti mendadak. Jisoo kaget mendengar ucapan Jennie. Merasa seperti pacar yang kepergok selingkuh.

"Siapa?" Jisoo

"unnie" Jennie

"Dengan?" Jisoo

"Lalisa" jelas Jennie

"Oohh. Ceritanya panjang. Unnie yakin kau tidak mau mendengarnya" Jisoo

"Ceritakan! Aku akan mendengarkannya" Jennie menatap Jisoo dengan mata kucingnya.

Jisoo POV

"Tidak biasanya induk kucing ini tertarik secepat ini. Aku lihat dari sikapnya tadi mungkin dia sudah jatuh dalam pesona Lalisa. Sudah aku bilangkan tidak ada yang bisa menolok pesona anak ayamku" batin Jisoo.

"Kenapa malah diam? Jika tidak mau bercerita bilang saja" nah kan untuk pertama kalinya juga aku melihat raut kecewa secepat itu diwajahnya.

Normal POV

"Aku akan bercerita, tapi ada syaratnya. Kau hanya perlu diam tanpa bertanya. Intinya kau hanya perlu menyimak tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Arraso?" Jisoo

"Ne" jennie

"Kau tidak paham syaratnya?" Jisoo

"Aku hanya perlu menyimak tanpa mengeluarkan suara sedikitpun" Jennie

"Terus kenapa kau masih berbicara?" Jisoo

Jennie hanya bisa menghirup nafas panjang dan melepaskannya dengan kasar.

"Sabar demi mendapatkan jawaban dan bisa tidur nyenyak nanti malam ini" batin jennie

"Kenapa malah diam?" Jisoo

"Yak! KIM JISOO!" Teriak Jennie yang mulai jengah.

"Aku hanya becanda, jangan galak galak aku han-" belum sempat Jisoo selesai berbicara Jennie memotong kalimat Jisoo.

"Jika kau tidak segera cerita aku akan loncat dari mobil sekarang juga" Jennie jengah part 2

"Loncat lah!" Jisoo

"YAK! KIM JISOO!!!" Jennie jengah part 3

"Hehehe, mian. Aku akan cerita. Ini bermula saat kami kenal di kegiatan MOS. Aku jadi pembimbing kelasnya dan Lalisa ketua kelasnya. Jadi karena kita sering berbincang dan aku rasa aku cocok dengannya jadi kita berteman" selesailah Jisoo berbicara.

Tidak sesuai ekspetasikan? Makanya jangan terlalu banyak berharap karena yang kau dapat hanya luka. Hehehe.

"Sudah selesai?" Jennie jengah part 4

"Bisa kau ulangi pertanyaanmu?" Jisoo

"Ada hubungan apa unnie dengan dia?" Jennie

"Kalimat terkhir dalam ceritaku apa?" Jisoo

"Jadi karena kita sering berbincang dan aku rasa aku cocok dengannya jadi kita berteman" Jennie

"unnie rasa sudah cukup jelas menjawab pertanyaanmu" Jisoo.

"Kau bilang ceritanya sangat panjang" Jennie jengah part 5

"Aku hanya ingin melihat antusiasmu saja" Jisoo dengan nada tanpa dosanya.

"Yak Kim Jisoo, aku ingin ceritamu lebih panjang seperti siapa itu Lalisa. Apa hal yang disukainya dan tidak disukainya. Apa kebiasaan yang dilakukan" jengah Jennie part sekian.

"Untuk itu, kau dekatlah dengan dia. Akan terjawab semua keingintahuanmu. Sudah turunlah! Cukup aku antar sampai depan gerbang saja. Apa kau mau aku antar sampai dalam kamar?" Jisoo dengan menaik turunkan alisnya.

"Yak! KIM JISOO!" Jennie jengah part sekian sekian.

Jennie segera turun dan membanting pintu mobil Jisoo dengan keras. Sehingga Jisoo yang ada di dalam pun terlonjak kaget atas pelakuan Jennie.

"kucing betina menyebalkan, bisa lepas pintu mobilku kalau begini. Aku harus lebih berhati hati menghadapi kucing betina itu. Dan lagi aku rasa dia mulai tertarik dengan anak ayamku. Wah, tidak bisa dibiarkan. Aku tidak mau dia meracuni anak ayamku yang masih polos dengan sikapnya yang tidak tahu diri dan agresif seperti itu" monolog Jisoo.

Jenni POV

Menyebalkan sekali manusia chikin itu, tidak membantu sama sekali. Aku mengkahkan kakiku menapaki anak tangga satu persatu hingga suara bariton memberhentikan langkahku.

"Princess Appa sudah pulang?" Aku menoleh pada sumber suara itu siapa lagi kalau bukan Appaku.

"Tanpa Jennie jawab Appa sudah tau jawabannya" ketusku.

"Aish, galak sekali putri Appa satu ini" Hyunbin.

"Jennie lagi dalam keadaan badmood Appa, jangan memancing" Jennie

"Ara, beristirahatlah" Hyunbin

Akupun melanjutkan langkahku menuju kamar dan membanting tubuhku pada kasur nyamanku. Sedari tadi pikiranku tetap saja tidak bisa diajak untuk berdamai. Masih saja memilikirkan tentang Lalisa.

"Yak Jennie kau terlalu berlebihan. Stop memikirkan bocah satu itu. Kau bisa gila kalau begini terus. Hilangkan pikiran tentangnya. Kau baru bertemu dengannya sekali, bagaimana bisa kau menjadi seperti ini. Arghhh" aku segera menutup kepalaku dengan bantal dan berteriak sekencang kencangnya. Aku rasa aku sudah gila karena pesona bocah itu.

Normal Pov

Dilain situasi ada empat orang yoeja yang duduk di sofa sedang bermain game pada handphone mereka diselingi beberapa obrolan ringan untuk menghindari suasana sepi.

"Kau melihat betapa bodohnya Jennie tadi?" Seulgi

"Yang di kantin tadi?" Rose

"Iya, dia seperti orang yang bodoh saat berhadapan dengan Lili tadi" Seulgi terkekeh diakhir kalimatnya.

"Mungkin dia sedang jatuh dalam pesona Lili" Yeri

"Buahahahaha" Seulgi, Rose dan Yeri tertawa bersama.

"Apa yang unnie bicarakan" Lalisa menghancurkan suasana dengan pertanyaan polosnya itu. Memang begitu susahnya menjadi manusia terlalu polos.

"Tidak ada Lili, fokuslah pada game-mu" Rose

"Lili" panggil Seulgi

"Ne?" Lalisa

"Menurutmu Jennie bagaimana?" tanya Seulgi ingin menggoda Lalisa yang polos itu.

"Bagaimana apanya?" tanya Lalisa balik yang tidak paham dengan pertanyaan Seulgi sebelumnya.

"Itu, bukankah Jennie cantik dan seksi" Seulgi meletakkan handphonenya dan memperagakan bentuk tubuh Jennie dengan tangannya.

"Yak Seulgi, jangan kau racuni otak Lili dengan pikiran yadong-mu itu" bentak Irene dari dapur.

Sedari tadi Irene diam diam mengamati obrolan mereka.

"Buahahaha" tawa Rose dan Yeri meledak tak kala melihat raut wajah Seulgi yang sudah ditekuk

"Mianhae" Seulgi

"Jika kau sekali lagi bertindak seperti itu lagi, aku tidak akan segan untuk memberimu pelajaran. Arraso?" Irene

"Nde" jawab Seulgi masih dengan wajah ditekuk

Lalisa hanya diam dan kembali fokus pada game di handphonenya. Dia tidak terlalu menggapi obrolan sahabatnya karena dia tidak paham.

Irene datang dengan membawa camilan yang dia bawa dari dapur. Dengan segera Rose meletakkan handphonenya menyambar beberapa piring dan mulai asik dalam dunianya sendiri.

Sedangkan Yeri dan Lalisa masih foskus bermain game pada handphone mereka masing masing. Yeri bermain Candy Crush sedangkan Lalisa bermain cooking mama.

Beda dengan Seulgi yang masih menekuk wajahnya, karena bentakan Irene. Mau tidak mau Irene harus membujuk beruang satu itu agar berhenti menekuk wajahnya.

Irene Pov

"Hobi banget ya menekuk wajah" ledekku yang gemas melihat wajah beruangnya ditekuk.

Aku perhatikan Seulgi hanya diam dan semakin fokus bermain handphonenya yang sedari tadi hanya menscroll scroll beranda IGenya. Mau tidak mau aku harus mengeluarkan jurus andalan untuk membujuk beruang nakal satu ini.

"Chupp"aku mencium pipi kirinya untuk mebujuknya agar tidak marah lagi.

Padahalkan dia juga yang salah. Tapi karena aku lebih dewasa dan menyadari jika perlakuanku sedikit berlebihan, maka aku mengalah saja. Jika terlalu lama dibiarkan dan tidak ada yang mengalah bisa bisa masalahnya menjadi runyam dan panjang.

"Mianhae" tanganku meraih pipinya dan mengusapnya lembut.

Tidak bergitu lama dia mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar. Jurus andalanku satu ini memang tidak akan pernah gagal. Siapa juga yang akan menolak, hehehe.

"Gwenchana" jawabnya sembari menatap dalam mataku.

Normal Pov

Irene dan Seulgi sedang asik dalam dunia mereka sendiri, hingga tidak sadar jika Lalisa sedang mengamati mereka berdua.

"Irene unnie, Lili lapar mau disuapin. Boleh ya?" bujuk Lalisa yang mengacaukan suasana Seulrene.

"Lalisa kau kan punya dua tangan sama seperti Rose, jadi bisakan kau makan sendiri layaknya Rose" bukan Irene yang menjawab, melainkan Seulgi yang sedikit emosi karena Lalisa mengganggu suasananya dengan Irene.

"Tapi tangan Lili lelah, apa unnie tidak lihat dari tadi Lili bermain game menggunakan kedua tangan Lili?" jawab Lalisa merengek tak mau mengalah.

"Ya Tuhan bolehkah aku melenyapkan manusia satu ini?" monolog Seulgi yang masih bisa didengar Irene dan Lalisa.

"Sudah, jangan bertengkar. Untuk kali ini unnie akan menuruti permintaan Lili ne. Tapi Lain kali Lili harus lebih mandiri dan bisa mengatur waktu jangan bermain game terus ne" Irene.

Seulgi hanya bisa melototkan kedua matanya. Antara mau marah tapi takut diamuk balik oleh macan betina didepannya.

Irene yang tau kondisi akan menjadi ribut dengan segera ia mengambil tangan Seulgi dan mengusap punggung tangan Seulgi menggunakan ibu jarinya untuk memberikan perasaan nyaman pada Seulgi. Jangan ditanya lagi apa balasan Seulgi, Seulgi hanya bisa terdiam dan kembali menscroll scroll beranda IGenya sambil menikmati usapan Irene.

~to be continued


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login