Baixar aplicativo
11.42% CINTA SEJATI Alif dan Najma / Chapter 16: Dia Calon Istriku

Capítulo 16: Dia Calon Istriku

Alif menatap semua orang dan menghela napas sebentar lalu mengatakan sesuatu yang membuat kedua orang tuanya dan orangtua Najma membelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang Alif katakan.

"Apa maksud kamu Alif?" Abi Ahfaz dan Umi Azka menatap putranya dengan tatapan tidak percaya.

Apa yang baru saja di katakan Alif memang benar, mereka semua telah membohongi Alif selama ini. Mereka menyembunyikan kebenaran tentang Najma dari Alif, maka saat tadi Alif mengatakan kalau Najma adalah miliknya dan satu-satunya wanita yang di kaguminya, maka dia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Tidak ada yang berani menjawab apa yang telah dikatakannya.

Alif kemudian mendekati Kyai Kaif dan Umi Ashila, Alif bersimpuh di depan kedua orangtua Najma kemudian mencium tangan Kyai Kaif dan Umi Ashila secara bergantian.

"Umi, Abi, aku Muhammad Alif Arkaan mulai hari ini akan mengkhitbah putri kalian Najma As-Salwa karena aku mengagumi kepribadiannya sebagai seorang perempuan, dalam hal ini adalah karena kebaikan agama dan akhlak Najma sebagai seorang perempuan, maka malam ini aku mengkhitbah atau meminang putri kalian tersebut." Alif meminta langsung Najma kepada Abi dan uminya. Kyai Kaif kemudian menatap Alif dan menghela napas.

"Alif, bagi para pemuda yang ingin mengkhitbah wanita yang dicintainya, perlunya diketahui lebih dahulu pengertian khitbah (melamar atau meminang). Apakah kamu benar-benar sudah mengetahuinya?" Alif menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Kyai kaif dan Umi Ashila.

"Abi, tentu saja aku tahu, aku berada di Mesir selama dua belas tahun tidak tahu arti mengkhitbah? hahahaha, anda bercanda..." Kyai Kaif tidak merasa lucu dengan apa yang di tanyakannya, saat Alif tertawa wajah Kyai Kaif semakin serius.

"Jelaskan!" Alif mengangguk sementara kyai Kaif menatap tajam calon menantunya.

"Altmas alkhatib alnikah min almakhtubat 'aw min waliiha..."

"Khitbah adalah permintaan menikah dari pihak laki-laki yang mengkhitbah kepada perempuan yang akan dikhitbah atau kepada wali perempuan itu."

"Abi, secara umum, ini adalah kegiatan pelamaran yang dilakukan oleh pihak lelaki kepada pihak wanita, walaupun boleh bagi wali wanita untuk menawarkan walinya kepada seorang lelaki yang dianggap pantas dan baik agamanya." Tangan Alif kemudian di tarik oleh Kyai Kaif dan di suruh duduk di hadapannya.

"Tetapi kamu belum memberitahu Najma tentang masalah ini kan? kenapa kamu begitu yakin kalau Najma akan menerimamu?" Alif lagi-lagi tersenyum, setelah menatap Abinya sebentar, Alif kemudian menatap Kyai Kaif lalu menjawab pertanyaan calon mertuanya.

"Seorang laki-laki boleh hukumnya mengkhitbah perempuan secara langsung kepadanya tanpa melalui walinya. Boleh juga laki-laki tersebut mengkhitbah perempuan tersebut melalui wali perempuan itu. Dua-duanya dibolehkan secara syar'i dan dua-duanya termasuk dalam pengertian khitbah. Keduanya dibolehkan karena terdapat dalil-dalil As-Sunnah yang menunjukkan kebolehannya.

"Dalil bolehnya laki-laki mengkhitbah perempuan melalui walinya, adalah hadits riwayat Urwah bin Az-Zubair RA, dia berkata, anna an-nabiyya shallallahu 'alaihi wa sallama khathaba 'A'isyata radhiyallahu 'anhaa ilaa Abi Bakrin radhiyallahu 'anhu. Yang artinya bahwa Nabi SAW telah mengkhitbah 'Aisyah RA melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq RA... (HR Bukhari)."

Kyai Kaif menganggukkan kepalanya. Kemudian dia bertanya lagi kepada Alif apakah tidak perlu baginya bertanya terlebih dahulu kepada Najma sebelum Kyai Kaif menerima lamaran Alif.

"Abi, menurut Hadits Abu Humaid-radhiallahu 'anhu-secara marfu', jika salah seorang di antara kalian melamar seorang wanita, maka tidak mengapa baginya untuk melihat kepadanya jika memang dia melihatnya hanya untuk pelamarannya, walaupun wanita tersebut tidak mengetahui (dirinya sedang dilihat)" Kyai Kaif menghela napasnya lagi, dia benar-benar merasa di kalahkan oleh calon menantunya sendiri.

"Dan aku telah melihat Najma dengan mata kepalaku sendiri, Abi... Sementara mengenai hukum nadzhor tanpa sepengetahuan pihak wanita adalah dibolehkan sebaimana yang dikatakan Imam Ibnu Qudamah, Tidak mengapa melihat wanita tersebut dengan izinnya atau tanpa izinnya. Jadi, asalkan Abi setuju aku tidak perlu meminta ijin kepada Najma, bagaiman Abi?" Alif menunggu jawaban Kyai Kaif dengan perasaan cemas.

"Hmmm, baiklah Alif. Seandainya aku menerimamu, berapa lama kamu akan mengkhitbah Najma sampai kamu menikahinya?" Alif tersenyum kepada calon mertuanya itu.

"Njih Abi... Adapun mengenai batas waktu khitbah, yaitu jarak waktu khitbah dan nikah, sejauh ini, tidak ada satu nash pun baik dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah yang menetapkannya. Baik tempo minimal maupun maksimal.

"Jadi, seandainya Abi dan Umi menikahkan Alif dan Najma sekarang pun boleh, Alif dengan senang hati akan menerima." Alif menahan senyumnya sementara Kyai Kaif wajahnya terlihat sangat jelek karena sebenarnya Kyai Kaif tidak rela jika putri kecilnya sudah dipinang orang.

"Enak saja kamu Alif! kami akan menikahkan Najma saat usianya minimal delapan belas tahun. Kamu bisa terjerat undang-undang perkawinan nanti kalau kamu menikahi gadis di bawah umur." Kyai Kaif, Umi Ashila, Kyai Ahfaz, Umi Azka dan Alif tertawa bersama.

Kyai Kaif tentu saja menerima lamaran Alif untuk putrinya. Kyai Kaif merasa sangat bahagia, begitu juga dengan Kyai Ahfaz dan Umi Azka.

"Alif, Abi minta kamu menjaga Najma tetapi tetap sesuai batasan-batasan yang sudah kamu ketahui sebelumnya." Alif mengangguk.

"Njih, Abi..." Alif kemudian melihat keadaan Najma. Meski Kyai Kaif meminta Alif mengembalikan Najma ke dalam kamarnya sendiri, Alif tetap tidak mau. Alif takut najma akan hilang lagi.

Kini, Alif sedang bersama dengan Najma di dalam kamar Alif sementara Umi Azka dan yang lainnya masih berbincang di ruang tamu. Besok, Umi Azka akan meminta Mbak Novi untuk memindahkan barang-barang Najma ke kamar Alif.

"Najma, kenapa kamu belum terbangun juga?" Alif membelai kepala Najma yang terbalut jilbab. Alif membetulkan selimut Najma kemudian Alif mengambil bantal dan selimut lalu berjalan ke sofa di sudut kamarnya. Alif kemudian berbring di sofa dan menyelimuti dirinya sendiri dan tertidur. Saat Alif memejamkan matanya, waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C16
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login