~Baby face is cruel~
2 tahun kemudian.
Tepatnya di kediaman keluarga Clovis.
Seorang lelaki tampan tengah menuruni anak tangga dengan kecepatan yang sangat tinggi Seolah ia ingin menjadi supersonic yang hanya beberapa detik sudah sampai pada tempat tujuan.
Namun sayangnya, dia hanyalah manusia biasa dengan sejuta kekurangan.
Dengan tergesa-gesa, Alister menuruni satu persatu anak tangga yang tiada habisnya sembari mengancingi kemeja hitam berlengan pendek yang ia kenakan. Setengah kaki baju ia keluarkan, dan setengahnya lagi ia masukkan.
Sangat fashion Oppa-Oppa korea.
"Tuh, orangnya datang juga," seru seorang lelaki sembari menunjuk Alister. Diketahui lelaki itu bernama Amon.
Seorang lagi mendengus kesal. "Sekalian setahun aja lo di kamar. Habis ngapain cuk?" Dia Rayn.
"Habis gosok ketek jerapah kali," tebak Noe ngasal membuat yang lain terkekeh renyah.
Sang Master yang baru juga turun langsung mendaratkan jitakkan pada dahi Noe. Alhasil, sang empu meringis kesakitan.
"Lo jangan ngada-ngadi ya, kucrit," kesal A. Dirinya dikatakan lagi gosok ketek jerepah? Darimana sejarahnya? Kayak orang gak punya kerjaan aja.
Sang Maater kemudian mendudukkan bokongnya pada sofa ekstra mahal. Bahkan belinya saja dari perancis. Coba kalo sofanya bisa ngomong. Pasti dia bakal ngomong.
"Asyik keliling dunia gue. Gratis mbok! Gausah buka gudang."
"Babang Master jitakkan lu keras amat. Bikin kepala gur puyeng." Noe mengadu sakit kepada A.
"Lebay lu! Mana ada gue kerasin. Kepala lu aja yang baperan, ck!" Decak A dengan kesal.
"Iya tuh. Noenya aja yang terlalu lemah," sahut Alfraid merasa puas melihat wajah Nor yang tertekuk masam karena ucapan Alfraid yang mengatainya lemah.
"Nangis lu! Nangis. Muka ditekuk kek sepeda lipet aja," timpal Daniel.
"Sepeda lipat bapak kau!" Noe geram bukan main. Daritadi dia selalu dipojokkin oleh teman-temannya. Siapa yang kagak kesal kalo begitu?
A memegang kepalanya. Rasanya kepalanya ingin pecah menghadapi sikap absurd dari teman-temannya ini. Selalu saja Noe dan Niel yang tak pernah akur.
Tapi jangan salah sangka dulu. Meski begitu, Niel sangat sayang kepada Noe. Dari sikapnya yang terkadang nyebelin, Niel tetap sayang kok sama Noe. Walau cara nunjukkinnya beda.
Yailah, setiap orang itu punya cara masing-masing untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap orang yang mereka sayangi.
Boom!
Boom!
"Udah! Udah!" seru A melerai.
Ia melerai kedua bocah konyol itu dengan memukul kepala mereka menggunakan bantal sofa. Masing-masing mendapatkan satu bogeman. Alhasil, Noe dan Niel langsung bungkam terdiam dengan tangan yang terlipat di dada.
Dua bocah itu saling menatap dengan kesal.
"Master kok pukul Noe. Niel tuh yang salah." Noe berusaha membela diri. Tak terima dengan pukulan yang diberikan oleh sang Master.
Mata Niel seketika membulat dengan sempurna. Tak terima juga dengan Noe yang malah menyalahkannya.
"Lu jangan main nuding sembarangan kecoak lipat," geram Niel.
A geleng-geleng kepala dengan sebelah alis yang terangkat. A merasa aneh dengan dua kata terakhir yang baru diucapkan oleh Niel. Emang ada kecoak lipat?
"Emang ada kecoak lipat, El?" tanya Rayn. A malah mengedikkan jarinya hingga berbunyi. Rayn mewakilinya untuk bertanya.
"Ada kalo diadain." Bukannya Niel yang menjawab, Noe malah ambil alih untuk menjawab pertanyaan dari Rayn.
Itu tambah membuat Niel kesal. Niel menujuk Noe. "Tuh anak perlu disensor deh," ujarnya.
"Sekalian aja mutilasi," sahut Gilang yang baru datang dari dapur. Tangannya yang memegang jus jeruk langsung diserbu oleh Amon.
Lantas mata Gilang membulat dengan sempurna, kala jusnya tandas ditegul oleh lelaki itu.
"Nih satu lagi kecoak lipat yang perlu dimutilasi!" seru Gilang.
Amon terkekeh pelan. Diikuti yang lainnya.
"Makasih Lang. Tahu banget gue haus." Amon dengan santainya mengembalikkan gelas tersebut di tangan Gilang.
Gilang mendengus kesal. Ingin sekali ia menentong kepala Amon dengan gelas di tangannya. Untung saja dia orangnya sabar. Kalo gak, Amon bakal masuk rumah sakit karena pendarahan otak.
"Oke. Gue ngumpulin kita di sini bukan bahas hal konyol seperti ini. Gue ngumpulin kita karena kita bakal ngebom markas geng lucknat." A angkat bicara. Sudah cukup ia mendengarkan ocehan gak jelas dari teman-temannya.
"Ngebomnya sekarang?" tanya Alfraid.
"Gak! Tahun depan." Dengan kesalnya A menjawab pertanyaan konyol dari Alfraid. "udah tahu masih nanya." tajam A. Alfraid hanya menyengir tak berdosa.
Kring-kring!
Tiba-tiba handphone A bergetar. A mengambil handphone dari saku celananya. Sebuah pesan dari seseorang. Segera A membaca pesan dari Abra, salah satu dari mereka.
Selesai ngebaca pesan dari Abra, A kembali menyimpan ponselnya di dalam saku celananya. Sementara teman-temannya diam memperhatikannya.
"Abra udah ngirim pesan. Langsung otw," ucap A. Teman-temannya langsung bergegas keluar rumah bak istana itu. Namun berbeda dengan A yang berteriak memanggil Maidnya untuk mengambil jaketnya.
Setelah A mendapatkan jaketnya, para cogan itu kemudian menaiki motor sport mereka masing-masing yang sudah tersusun rapi di depan halaman rumah bak istana itu dan mulai menjalankannya. Perlahan motor itu meninggalkan halaman rumah itu.
Untuk kalian ketahui, geng motor yang sudah berdiri satu setengah tahun itu lamanya, ngebom markas yang mereka tuju pada pukul 6 pagi.
***
A : Alister(Sang Master A)
G : Gilang(Wakil Master)
A : Alfraid(Pengurus keanggotaan)
N : Noe(Sang penghibur)
D : Daniel(Anggota gokil)
A : Abra(Peneliti misi)
R : Rayn(Peretas handal)
A : Amon(Anggota gokil)
Geng motor AGANDARA, geng motor yang terkenal dengan kekejamannya. Terutama sang Master A yang merupakan ketua geng motor Agandara itu. Alister Branchoficho Clovis, itulah nama lengkapnya. Identitas mereka sangat privat, kecuali Alister dan Gilang.
Ia adalah anak miliarder, yang Ayahnya sudah terkenal diberbagai negera. Perusahaan sang Ayah juga sudah mencapai beberapa cabang di indonesia. Serta satu cabang pada tiga negar lagi. Yaitu, Amerika, Jepang, dan Korea selatan.
Alasan A memprivatkan nama anggota gengnya adalah, karena ia tidak ingin melibatkan teman-temannya itu pada suatu masalah. Misalnya jika geng motor lain ingin menghabisi mereka. Geng motor itu akan susah sekali menemukan teman-temannya. Jadi, ia yang akan menghadapinya sendiri.
Ia tak ingin kehilangan sahabatnya lagi. Sudah cukup Aksel yang entah sekarang A tidak tahu persis dimana lelaki itu.
Bagi A keselamatan anggota gengnya adalah yang terutama. Ia membuat anggota geng ini bukan untuk menyakiti teman-temannya. Melainkan melindungi mereka.
Lagipula, ada banyak hal yang ingin lelaki itu ketahui.
Siapa yang menculil Aksel?
Kenapa Jie meninggalkannya?
Siapa kekasih Jie yang baru?
Siapa yang ingin membunuhnya dua tahun yang lalu?
Sekarang sudah berubah. Sudah dua tahun lamanya hidup A hilang arah. Dia tak lagi sama seperti A yang dulu, bukan yang sadboy atau bahkan badboy. Lebih tepatnya ia adalah savageboy. Lelaki kejam di kampusnya.
Yah, A sudah mencapai perguruan tinggi. Dua tahun yang lalu meninggalkan sebuah tanda tanya besar dari ingatannya juga pada luka tembakan di dadanya. Tangisan Jie dan panasnya peluru. Itu semua serasa masih kental dalam darahnya. A akan mencari tahu alasan merebut kembali apa yang dia punya.
Termasuk Jie. Gadisnya.
Hai-hai.
Gimana seru gak volume keduanya?