Safira menyukai fotografi, banyak objek yang di jadikan menjadi foto. Kamera yang di gunakan membuat gambar foto mrnjadi tiga dimensi. Setiap foto dibuat sama seperti aslinya dengan resolusi menangkap gambar sangat detail. Apa yang dilihat, disaksikan pada saat itu adalah yang tergambar di foto.
Awalnya Safira tidak tertarik dengan fotografi ini, tapi lama kelamaan justru dia mulai jatuh hati. Semuanya kagum dengan hasil foto yang di potret Safira. Memang kamera semakin canggih dan pemula seperti dirinya bisa langsung bagus. Tapi tidak semuanya karena seorang fotografi harus bisa menangkap moment yang membuat foto itu terasa berbeda.
Safira mempunyai itu, walau semua di anggap bagus, tapi gurunya melihat foto Safira lebih hidup dan indah. Dan semua mengakuinya kecuali seorang anak lekaki yang selalu protes. Dia mengatakan fotonya juga bagus. Safira tahu anak itu sebenarnya kakak kelasnya yang seharusnya lebih senior dibandingkan dirinya, namanya Nathan.