Disinilah Aisyah dan Latifah sekarang, di ruang tamu rumah Latifah. Aisyah masih saja menunduk malu, karna di sana juga ada suami dari teman barunya itu.
"Aisyah, ini suami aku mas Rafka. Mas, ini teman baru yang aku ceritain itu namanya Aisyah." Ucap Latifah memperkenalkan.
Aisyah hanya mengangguk saja, ia tidak berani mengangkat wajahnya dan berhadapan langsung dengan pria itu.
"Jadi dia yang mau bekerja di rumah ini?" Tanya Rafka dengan tegas.
"Benar mas, Aisyah sedang butuh pekerjaan karna ayahnya sakit. Jadi aku mengusulkan untuk kerja di sini, berhubung bibi sudah berhenti." Jawab Latifah yakin.
Rafka memperhatikan sekilas sikap dan perilaku Aisyah, memang berbeda dari pembantu rumah tangga lainnya.
"Mas si terserah kamu saja" tukas Rafka melunak.
"Benar nih mas?" Tanya Latifah memastikan.
"Iya, mas masuk dulu ya ada pekerjaan yang belum selesai soalnya." Jawab Rafka dengan senyumnya.
Latifah mengangguk senang, lalu Rafka melangkah masuk ke kamar. Sedangkan Latifah langsung menghampiri Aisyah, dan menerima Aisyah sebagai pekerja di rumahnya.
"Selamat ya Aisyah, kamu aku terima bekerja di sini." Tukas Latifah senang.
Aisyah baru berani mengangkat wajahnya, dan tersenyum senang pada Latifah.
"Alhamdulillah, terima kasih mba." Ucap Aisyah dengan senyumnya.
Latifah ikut tersenyum, ia pun memeluk Aisyah tanda jika mereka sama-sama senang. Lalu kemudian Latifah melepasnya lagi, dan memberi pekerjaan pertama untuk Aisyah.
"Karna kamu sudah di terima, bagaimana jika kamu memasak sarapan untuk kita semua? Anggap saja sebagai uji coba, karna aku tidak pandai memasak." Usul Latifah pada Aisyah.
"Boleh mba, Insya Allah dengan senang hati aku akan lakukan perintah mba." Balas Aisyah dengan senyumnya.
"Serius? Wah asik, ya sudah ayo kita ke dapur!" Ajak Latifah pada Aisyah.
Aisyah mengangguk, lalu ia mengikuti langkah Latifah yang menunjukkan tempat-tempat yang harus Aisyah ketahui.
Mereka berbicara sambil sesekali tertawa, Latifah terlihat begitu bahagia dan bebas. Hal itu tidak luput dari pandangan Rafka, sebenarnya ia tidak ke kamarnya sejak tadi. Tapi Rafka sedang memantau bagaimana teman baru dari istrinya itu, dan setelah melihat semua itu Rafka merasa lega.
Selama ini Latifah lebih banyak murung, karna kekurangannya dalam hal merapikan rumah dan juga mengandung. Ia jadi begitu pendiam, hingga Rafka harus berusaha Ekstra untuk mengembalikan keceriaan istrinya.
Tapi hari ini, Rafka bisa melihat dengan jelas jika istrinya sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Begitu ceria dan banyak tersenyum, semua itu sebab kehadiran perempuan itu.
Rafka senang jika istrinya menemukan kawan yang baik, dan bisa di percaya. Semoga saja hal itu tetap berlanjut, hingga membawa aura yang positif untuk Latifah sendiri.
"Ternyata dia bermulut manis dan berwajah cantik, istriku menjadi lebih ceria dari sebelumnya. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah sudah mengirim perempuan itu untuk mengembalikan keceriaan istriku." Ucap Rafka senang.
Rafka membiarkan istrinya menghabiskan waktu dengan teman barunya, ia kembali masuk ke kamar dan mengerjakan tugas kantor yang belum selesai.
Sampai tiba-tiba Latifah datang, dan memanggilnya untuk sarapan bersama. Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, lumayan terlambat untuk di bilang sarapan.
"Mas, sarapan dulu yuk? Kita cobain masakan Aisyah, ini pertama kali dia masak untuk kita." Ajak Latifah dengan manja.
Rafka terkekeh melihat tingkah manja istrinya yang sangat jarang sekali di tunjukkan, ia pun mengangguk setuju.
"Ya sudah, ayo kita sarapan bersama." Jawab Rafka setuju.
Latifah dan Rafka pun keluar dari kamar mereka, lalu melangkah menuju ruang makan. Disana Aisyah sudah merapikan sarapan di atas meja, ia pun kembali menunduk saat Latifah dan Rafka datang.
Mereka duduk di kursi masing-masing, lalu Latifah mengajak Aisyah untuk sarapan bersama mereka.
"Aisyah, kamu sarapan bersama kita ya?" Pinta Latifah pada Aisyah.
Aisyah menatap Latifah sesaat, lalu ia kembali menunduk lagi setelahnya.
"Tidak apa mba, saya nanti saja." Jawab Aisyah secara halus.
Latifah menghela nafas panjang, lalu ia pun meminta izin pada Rafka untuk membiarkan Aisyah sarapan bersama mereka.
"Mas, kamu tidak masalah kan kalau Aisyah sarapan bersama kita?" Tanya Latifah meminta izin.
Rafka mengangguk pelan, ia tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan Latifah.
"Terserah kau saja sayang, aku akan setuju padamu." Jawab Rafka dengan senyumnya.
Latifah bernafas lega, ia pun kembali meminta Aisyah untuk sarapan bersama mereka.
"Jadi, kau tidak memiliki alasan lagi untuk menolak permintaanku kan Aisyah?" Tekan Latifah pada Aisyah.
Aisyah hanya tersenyum dan mengangguk, lalu ia pun melangkah dan duduk di kursi yang kosong.
"Aisyah, kamu duduk di sini saja." Pinta Latifah pada Aisyah sambil menunjuk kursi di hadapannya.
Aisyah hanya bisa mengangguk saja, lalu ia menuruti perkataan Latifah dan duduk di hadapan wanita itu. Aisyah tidak menyadari jika ternyata ia ternyata duduk di samping Rafka, setelah ia duduk barulah ia sadar jika posisinya ternyata cukup dekat dengan pria itu.
Mengingat kejadian sebelumnya, Aisyah kembali menunduk tanpa berani mengangkat wajahnya. Ia benar-benar malu, apalagi saat ini posisinya begitu dekat hanya sekitar satu meter saja dari Kursi Rafka.
'ya Allah bagaimana ini, aku benar-benar tidak nyaman berada di posisi ini. Aku tidak enak hati dengan mba Latifah, apa lagi dengan kejadian tadi. Ya Allah bantu aku, tunjukanlah bagaimana aku harus bersikap sekarang?' batin Aisyah pasrah.
Latifah mulai menyendokkan nasi untuk sang suami, lalu setelahnya ia mengambil makanan untuknya sendiri. Setelah itu, barulah Aisyah mengambil makanannya.
"Makan yang banyak Aisyah, kau akan bekerja cukup banyak hari ini." Ingat Latifah pada Aisyah.
"Iya mba, Insya Allah ini sudah cukup." Balas Aisyah dengan senyumnya.
Rafka hanya diam, dan melirik sekilas wanita di samping kanannya itu. Ia masih menilai dengan cermat, dan kini wanita itu tampak lembut dan patuh.
Mereka pun menyantap sarapan buatan Aisyah itu dengan seksama, Latifah menilai masakan yang di buat Aisyah itu dengan indra perasanya yang cukup teliti.
Selama ini, Latifah selalu tau apa saja yang kurang dari setiap masakan. Walaupun ia tidak bisa memasak, tapi soal rasa Latifah tidak bisa di anggap remeh.
Karna itulah jika masakannya tidak sesuai dengan kesukaan Rafka, maka bisa di pastikan jika pria itu tidak akan makan di rumah lagi setelahnya.
Ini pertama kalinya Aisyah masak untuk mereka, dan saat pertama kali mencoba mereka pun merasakan dengan detail masakan itu dalam indra perasa mereka.
"Subhanallah, Aisyah masakanmu sangat lezat sekali. Benarkan mas?" Puji Latifah pada Aisyah.
Rafka mengangguk setuju, karna nyatanya memang benar apa yang Latifah katakan itu.
"Benar, masakannya sangat lezat." Jawab Rafka menyetujui pernyataan istrinya.