Dan aku sebagaimana prasangka pada ku, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat, sebagaimana yang dimaksud dalam rangkuman buku. Aku sebagai kertas yang penuh tinta coretan koreksi. Tentunya menenggelamkan kerangka karangan, menodai warna kertas yang natural. Siapa kira suatu sikap akan berubah? Siapa lihat usaha dengan mulut tertutup?
Mengolok-olok jadi inisiatif harian tanpa dipungut biaya, sementara aku melapangkan dada selapang lidah melontarkan liur. Tak juga ku simpan dalam hati, namun kepalaku berbunyi sendiri. Tertawa geli melihat badut-badut yang menghardik sebuah gagang pintu yang diselimuti karat di sekujur tubuhnya.
Selaput gendang telinga yang hampir tertutup oleh radiasi dari mata yang melihat kearah dahi sendiri. Coba sebutkan bilangan ganjil lebih dari lima, sebanyak itu kau tahu aku adalah penghardik. Coba sebutkan bilangan ganjil selain sembilan. Maka kau ikut tertawa oleh apa yang belum atau tidak kau memgerti sama sekali. Semua orang pun tahu, dunia penuh sandiwara. Bukan berarti merendah untuk meroket, diam dan berpura-pura menjadi persamaan dari penipu
(*Bersambung