Segala emosional jadi taruhan pola pikir yang jernih. Jiwa yang rapuh, kembali keropos di tempat ini. Derai air mata, jadi jejak pengemban lirih. Degup jantung yang meletup-letup, hampir mengajak kepalan tangan untuk menari.
Ya... Telingaku telah mendidih,
Alis mataku meruncing pada topik yang gurih. Sayang sekali, semua adrenalin berhenti tak berbenih. Oleh satu amanah yang menghujam emosi.