Kevin tengah berdiri di koridor, samping kanannya ada sebuah pintu, dia sedang menunggu Charlotte berganti pakaian.
Sambil sedikit mengeluarkan nada agak mengeluh, kevinpun berkata.
"Apa didunia manapun wanita selalu memerlukan waktu selama ini ketika berpakaian" ucap kevin.
Beberapa saat yang lalu kevin memberikan pakaian pada Charlotte, dan dimulailah penderitaan kevin sampai saat ini, ini terasa seperti menunggu sebuah kelapa jatuh dari pohonnya dimana kevin hanya bisa menungu tanpa bisa mengambil ataupun menyentuh, ketidak pastian akan sesuatu adalah kata yang sanggat pas untuk mengambarkannya, dan ini jugalah yang dirasakan kevin.
"Oy, ayolah ini sudah hampir 15 menit, apa dia kira berganti pakaian sama dengan merajut pakaian itu sendiri".
Bagi kevin berdiri tanpa melakukan apapun sangatlah melelahkan, tanpa melakukan apapun, hanya bisa berdiri dan trus menungu, Tipikal orang tidak sabaran, paling membuat jengkel kevin ketika harus menugu sesuatu yang tidak pasti, segala hal harus ada manfaatnya itulah moto hidup kevin, berdiripun harus ada manfaatnya, biasanya ketika kevin harus berdiri maka itu pasti hal sangat berarti baginya, dan itu adalah penelitian, bahkan delapan jam berdiri tanpa dudukpun bila menyakut masalah penelitian, tidak akan ada rasa lelah sedikitpun yang mampu mencapai saraf otaknya, saraf otak yang mengirim informasi kondisi tubuh tentang apa itu kelelahan seakan terhambat oleh sesuatu, mati rasa, mungkin saja, namun yang semua itu terjadi ialah motifasi dan hasratnya.
Seorang maniak yang tidak kenal lelah, itulah kevin.
"Haruskah aku masuk kedalam" ucap kevin sambil mengerutu.
Sebelum kevin melakukan sesuatu yang mungkin membahayakan nyawanya, akhir penantian selama ini terbayarkan oleh suara pintu terbuka.
"Maaf menunggu"ucap Charlotte sambil sedikit merapihkan pakaiannya yang dirasa kurang pas.
Menganakan pakaian dengan panjang selutut dengan dominasi warna abu-abu dan biru muda, tampil cantik dan sangat cocok dengan pakaian itu, walaupun memang benar istilah mengatakan bahwa pakaian apapun itu selama yang memakainya seorang wanita cantik maka akan selalu terlihat indah mau bagaimanapun juga.
"Bukannya ini seragam perwira, dan apakah memang harus mengenakan kemeja lengkap dengan dasi beserta lencananya juga? " ucap Charlotte sambil sedikit merapihkan lencana di dadanya.
"Aku tidak menemukan sesuatu yang layak dipakai seorang wanita selain itu, kau tahu"
Yah, semua itu adalah kebenaran, Selama ini viktor mengoleksi baju-baju aneh, aku tidak menyangka akan itu berguna sekarang, walaupun otaknya cerdas tapi hobinya lumayan aneh, pikir kevin.
Hampir disetiap kali viktor kembali dari misinya, diakan selalu membawa barang-barang aneh kebanyakan dari itu semua adalah baju, sangat terlihat jelas viktor sangat tertarik akan dunia fasion, kadang kala viktor mengenakan itu semua sendiri, contohnya ketika pertama kali bertemu renal.
Hampir satu ruangan isinya baju-baju semua, memang hobi itu sulit di tahan ya viktor, gumam kevin sambil memjamkan matanya dan mengingat kembali ketika ia harus memilah-milah baju yang layak untuk wanita ini dari sekitar 80 lebih lemari berisi tumpukan baju lalu akhirnya baju militerlah yang dipilih kevin, juga karna baju itu sangat cocok untuk mendukung kebohongannya ini.
Charlotte memandang kembali pakai, sambil memperhatikan setiap detailnya.
"Aku tidak pernah melihat seragam seperti ini" ucap Charlotte.
"Itu karna kami dari unit rahasia, pasukan reguler sepertimu mana mungkin tahu"
"Oh ya, benar juga".
"Asal kau tahu saja itu seragam formalku dulu, unit kami hanya memakainya ketika sedang parade saja, atau acara formal lainnya, jadi jagan sampai itu kotor".
"Aku mengerti itu, seragam adalah simbol kebangaan dari seorang perajurit".
Menghembuskan nafas kecil lalu kemudian kevinpun berkata.
"Kalau begitu ayo pergi".
Kevin mulai melangkah kemudian di ikutin oleh Charlotte, berjalan menyelusuri lorong melewati berbagai ruangan, tepat didepan mereka ada sebuah lift, butuh sekitar hampir 7 menit sampai ke lift itu, sangat banyak sekali hal-hal yang tampak asing bagi Charlotte melihat kekanan dan kekiri untuk memperhatikan sekitar, mereka masuk lift itu dan kevin segera menyodorkan tanganya ke lcd lalu menekan tombol atas, keheningan sesaat diakhiri oleh suara lift.
"Apa ini model lcd baru?"tanya Charlotte.
"Ah yah, ini memang model baru" jawab kevin sambil cuek.
Alasan kevin sebenarnya sangat sederhana, "untuk apa dia menanyakan hal ini!!" adalah apa dipikirkan kevin.
"Ahem!!" gumam kevin sambil mengepalkan tangan di dekat mulut, seakan-akan memberikan sebuah tanda peringatan supaya tidak bertanya dari itu lagi.
Menyadari bahwa dia menanyakan suatu hal tidak patut di tanyakan dalam kapasitasnya saat ini, Charlottepun mecoba sekali menjaga sikapnya, dan membuang semua rasa penasaran itu.
"oke maaf, aku tidak akan bertanya lagi".
Suasana kembali tenang.
Lantai demi lantai sudah terlewati.
Tidak butuh waktu lama lagi sampai ke lantai yang dituju, pintu lift terbuka dan mereka berduapun mulai berjalan.
Bejalan santai menyelusuri lorong, hanya butuh satu belokan lagi untuk sampai di ruang tamu tempat dimana semuanya berkumpul.
Ada suatu hal yang mengangu pikiran kevin saat ini.
Kuharap viktor mengerti pesan yang kukirim melalui angle, tidak, mengingat itu viktor harusnya dia pasti mengerti, sekarang masalahnya adalah mereka berdua, sekilas bayangan wajah renaldi dan leon terpintas di pikiran kevin.
"Semoga saja berhasil, aku percaya padamu viktor" gumam kevin.
"Huh apah?" Charlotte yang mendengar gumaman kevin seketika berkata.
Ah, sial hampir saja, pikir kevin.
"Tidak maksudku, komandan ada di sana" jawab kevin sambil menujuk ke depan.
Berjalan dan terus berjalan sampai dimana mereka berdua berdiri tepat di depan pintu.
Pintu automatis terbuka ketika hampir satu langkah lagi kakinya menyentuh pintu.
"Akhirnya, kau sudah datang, sudah cukup lama aku menungumu" yang berkata demikian adalah viktor.
Saat ada tiga orang di ruang tamu, dua di antaranya duduk di sofa pada sisi kana ada renaldi dan sisi kiri ada leon.
Rungan ini cukup luas, berbentuk agak melingkar dan dimasing-masing temboknya diisi oleh banyak sekali buku tua, mungkin orang awam akan melihat ini sebagai perpustakaan ketimbang ruang tamu, tepat di tengah rungan ini sedikit kebawah daripada disetiap sisinya pada bagian tengah itu juga ada sofa merah melingkar terbelah dua dengan meja lingkar di tengahnya, beda dengan leon renal saat ini viktor duduk lebih tinggi dan bukan duduk disofa melainkan di kursi kerjanya tepat di antara belahan sofa lingkar itu, rungan didominasi warna putih baik dari lantai dinding maupun atapnya, selain dari sofa merah yang berbeda ada juga warna hitam bercampur coklat dari buku-buku tua di setiap sisinya memeperlihatkan paduan warna antara merah hitam dan putih.
Viktor Meletakan dagunya dipungung tangan, saat ini viktor duduk nyaman, sesuatu yang unik dari viktor saat ini adalah tentang bagaimana pakaiannya,itu adalah seragam, seragam viktor ini berwarna putih dengan banyak sekali lencana pada dadanya, itu terlihat seperti perwira militer angkatan laut lengkap dengan kemeja dan dasinya dan bahkan sebuah topi terletak disisi samping meja viktor, seorang pendudukpun akan mengerti bila melihat pada kedua bahunya dimana ada dua bintang disana.
Disisi lain bila melihat leon dan renal mereka nampaknya hanya bersantai dan duduk saja, memakai pakaian bisa seperti memang tidak ada hal yang penting terjadi.
Mata merah renaldi menatap Charlotte sesaat, mata mereka bertemu namun hanya diisi keheningan, lalu kembali memandang buku yang saat ini dia pegang, seakan-akan acuh terhadap apapun.
Berbeda dengan renal, leon saat ini tengah terlentang sambil pandangannya melihat ke atas, iyah, dia setengah tertidur.
Satu-satunya yang benar-benar memperhatikan Charlotte saat ini hanya viktor, viktor menatap lurus tepat ke arah mata Charlotte.
"Jadi ini tamu kita" ucap santai viktor.
Bersandar dikursi empuknya, jarinya mengetuk-etuk meja "tuk,tuk,tuk", pemandangan dan suasana ini bila dilihat dari dunia renal mungkin seperti seorang bos mafia yang telah mendapat mangsanya, layaknya rentenir yang menyeret sipenghutang jutaan dolar untuk di tanya "apakah dia ingin trus hidup dan membayar hutangnya atau mati mengenaskan".
Hmm, dia mulai lagi, gumam kevin dalam hatinya, sambil menatap viktor dengan wajah dingin.
Berjalan mendekat ke viktor, dan memberi hormat.
"Lapor komandan, tugas selesai dilaksanakan" kevin mengatakan itu dengan nada datar tanpa ada ketegasan.
Nada datar itu rupanya memancing beberapa hal yang tidak perlu, dan orang itu adalah leon.
Leon yang mendengar itu, memberikan komentar.
"Sejak kapan kau sesopan ini, dan lagi hormatmu salah".
Cihk, si bodoh ini, tidak bisakah kau melihat suasana, gumam kevin.
Menagapi kevin, viktorpun berkata.
"Laporan saya terima, terimakasih atas kerja kerasnya"
Dengan di awali kata "siap" oleh kevin, diapun mulai berjalan ke arah leon dan duduk disebelahnya, sesuatu berbeda ada pada sekeliling mereka berdua, , suasana yang di ditunjukan oleh mereka terasa seperti dipenuhi kewaspadaan,kehati-hati, ketelitian, dan ketelatenan, seakan-akan kalau ada satu saja kesalahan mungkin akan menghancurkan strukturnya.
Aku akan mengawasi orang ini, biar nanti tidak membuat masalah merepotkan lagi, gumam kevin, sangat berbahaya bila leon membuat masalah di dunia kali ini, memikirkan kembali tentang fakta bagaimana partikel cahaya tidak ada lagi cadangan yang tersisa di kapal, sehinga sangat mustahil untuk kabur disaat darurat dengan cepat, maka solusi satu-satunya adalah kehati-hatian, tidak boleh ada satupun kesalahan, dan leon lah alasan meningkatnya presentase kesalahan itu, maka kewaspadaan kevin sangat jelas serta sangat beralasan.
"nah, sekarang bagaimana dengan nona ini " ucap viktor.
Sangat berwiba, mulai dari cara duduk sampai perkataannyapun begitu, layaknya benar-benar komandan dari satuan militer, walaupun bila melihat fisiknya tidak ada indikasi yang bisa di katakan fisik dari seorang tentara, kalo mungkin ada maka itu pasti tentara yang tidak pernah olah raga sama sekali, tentara yang hanya mengurusan hal-hal yang berbau administrasi, tidak seperti leon yang penuh otot, viktor sebaliknya, lengan yang tidak terurus dan bila melihat perutnya tidak ada otot sama sekali, sama halnya dengan pria normal lain, kurang lebih begitu, tidak layak dipercaya hanya saja tampilan baju viktor merubah itu semua, tubuh fisik biasa tertutupi sepenuhnya.
Menangapi perkataan viktor, Charlotte pun mau dan segera memberi hormat.
"Siap pak, saya sersan satu Charlotte dari unit albion, ingin meminta tumpangan ke unit bapak" tegas Charlotte.
"Hmm, unit albion yah" viktor mengucap itu sambil memegang dagunya.
"Walaupun kupikir kurang sopan, kepada perwira seperti anda namun berhubung ada hal penting yang ini saya laporkan ke pusat, jadi saya memohon dengan sangat kepada anda untuk membantu saya".
"Merusak kapal milik orang lalu kemudian meminta bantuan, sopan kah begitu?"
Kapal yang sudah sejak lama viktor naiki, kini telah rusak, kapal yang berisi sangat banyak kenangan-kenangan, dan wajarnya akan marah bila semua itu diirusak oleh orang lain.
"Saya minta maaf, sangat-sangat minta maaf soal itu"
"Yah, jadi bagaimana kau akan bertangung jawab?"
"Setibanya dimarkas saya akan meminta pihak teknisi untuk memperbaiki kerusakan kapal anda".
"Bagus lah kalau kau mengerti, aku harap perbaikannya tidak mengecewakan".
"Sebelum itu, apa code unit anda?".
"Apakah itu perlu?".
"Tentu pak, untuk menghindari kesalapaham tak berarti di markas pusat, saya pikir hal ini sangat penting, terlebih lagi saya memiliki otoritas kusus untuk menanyakan pertanyaan setingkat ini".
Ruangan kembali sunyi.
Banyak hal di pertimbangkan, karna viktor memahaminya dengan baik, bahwa jawaban yang akan dia berikan akan sangat berpengaruh kedepannya dimana tidak akan ada jalan untuk kembali, maju adalah jalan satu-satunya, dan kalau dia menolak maka mungkin akan lebih buruk, yaitu di angap ancaman sejak awal, pertaruhan yang lumayan sulit.
Dengan memasang pandangan serius, akhirnya viktorpun menjawab.
"sebenarnya butuh setidaknya perwira bintang empat untuk mengetahui informasi ini, tapi untuk memberitahu hanya code unit saja, yah kukira itu cukup"
Keheningan sesaat terjadi, itu cukup untuk viktor mengarang sesuatu, terlebih lagi mereka semua ada disini, wajarnya bila salah satu pihak memberikan stetment dan pihak lainya yang berkaitan dengan yang pertama tidak dalam satu tempat itu akan memberikan peluang besar akan ketidak konsistenan dimana hal ini membuktikan bohong atau tidak suatu peryataan, inilah alasan kenapa dalam sebuah sidang pengadilan antara saksi pertama dan seterusnya itu dilarang untuk menyaksikan proses pengadilan secara bersamaan, tujuan utamanya adalah menghindari kordinasi terstruktur dari mereka, namun untungnya itu tidak akan terjadi saat ini.
"Code unit kami bernama Elang putih"
Sebenarnya dari awal mereka bertiga viktor leon dan renal tidak tau apapun sampai ketika robot angle datang kesini dan memberikan pesan kevin, butuh beberapa menit mereka memikirkan harus bagaimana, berbagai kemungkinan mereka perkirakan, apakah berbahaya berinteraksi dengan orang bernama Charlotte ini atau tidak, juga merancang berbagai sekema target, sekema itu mengerucut menjadi dua yaitu pertama apakah mereka ingin terus tersembunyi sama seperti di dunia leon atau kah mulai membaur dengan orang dunia ini, kalo memmilih yang pertama itu berarti.
Charlotte harus mati, kalau tujuan mereka ingin trus bersembunyi maka makin sedikit saksi mata jauh lebih baik walaupun harus menghapus keberadaan mereka, secara rasional seperti itu tetapi bila melihat kondisi sekarang tidak memungkinkan, mereka butuh informasi, informasi adalah kekuatan, dan jalan diplomasi adalah jalan terbaik untuk mendapatkannya, banyak sekali faktor yang mempengaruhi itu semua.
Viktor melihat kesempatan, atau kah ini jalan satu-satunya untuk mendapat hasil yang ideal baginya, hasil terbaik sering kali memiliki resiko yang sangatlah tinggi, setiap detail diperhatikan dan tanpa ada kekurangan, kekurangan bisa menyebabkan kematian, istilah itu berlebihan untuk mengambarkan ketidak pastian ini.
"Terima kasih atas pengertiannya" jawab Charlotte.
"Karna aku sudah memberitahu rahasiaku, maka sekarang giliran kamu" jawab viktor sambil menajamkan tatapannya.
"Maaf pak, mungkin sebaiknya kita berbicara hanya berdua"
"Ooo, aku mengerti".
Ah ya, benar juga, memang karna hal ini bersifat rahasia wajarnya untuk perwira saja yang diizinkan, pikir kevin yang saat ini tengah memperhatikan.
"kevin leon dan renal, bisa kasih kami ruang sebentar"
Berdiri dari sofa, segera setelah itu di ikuti oleh leon dan renal.
"kalau begitu kita pergi dulu"
Renaldi keluar setelah mereka berdua, sambil menutup buku dan membawanya.
"Permisi nona" mengucapkan salam lalu kemudian berjalan keluar tepat disampingnya.
Tidak butuh waktu lama mereka bertiga keluar dari ruangan itu, setelah bunyi pintu menutup, kini mereka berjalan di sepanjang lorong menuju ke lift.
"Kau yakin, tidak apa-apa meningalkan mereka berdua saja?" yang bertanya ini adalah renal kepada kevin.
"Yah, itu seharusnya baik-baik saja".
Tampaknya kepercayaan mereka kepada viktor tak tergoyahkan, biasanya bila setingkat ini itu memerlukan waktu yang cukup lama, atau setidak pernah dalam situasi sulit antara hidup dan mati dan kerjasama menyelesaikan itu semua, renal memahami itu semua atau mungkin ini satu-satunya pilihan renal.
Pilihan renal hanya harus percaya pada mereka, tidak ada alasan lagi untuk tidak percaya.
Ditengah renungan sesaat renaldi, kemudian leon bicara.
"jagan kawatir, apapun keputusan dari Viktor itu adalah keputusan yang terbaik".
Ada keraguan pada renal saat ini, sesuatu yang merepotkan mungkin akan terjadi hanya karna kurangnya informasi dan kurangnya kordinasi.
"Apa kau yakin, bagiamana bila viktor mengatakan sesuatu yang aneh-aneh"tanya renal pada kevin.
Keheningan sesaatpun terjadi.
Dijawab kembali oleh kevin ketika mereka sudah sampai kedalam lift.
"Nah itu yangku hawatirkan, tapi apapun yang dia katakan kitalah yang harusnya menyesuaikan itu dengan sempurna" jawab kevin.
Ooyah, aku ingat, dan itu menjelaskan apa yang mereka lakukan di duniaku dulu, tidak mengherankan mereka seyakin ini, pikir renal dalam hatinya, tapi yang membuat renal kagum saat adalah bagaimana sempurnanya sandiwara mereka kala itu entah bagiamana mereka melakukannya, tapi itu pasti berhubungan dengan teknologi informasi.
Seharusnya orang secerdas kevin viktor menyadari kemungkinan gagal, kalau melihat teknologi dunia, sebagai contoh ketika renal melihat kembali saat dimana dia mempehatikan robot mecha yang rusak milik wanita itu, sudah jelas semaju apa teknologinya, keyakinan tinggi mereka membuat sedikit heran namun juga membawa ketenangan, entah itu palsu atau tidak tetapi renal hanya bisa bergantung pada mereka saat ini.
"Melihat robot mecha itu, apa kau yakin 100%, bisa melakukannya?" tanya renaldi kembali pada kevin"
"80% aku yakin, robot itulah yang membuatnya sampai setinggi itu, dan satu lagi apa yang kau maksud mecha tadi?"
"Maaf lupakan soal itu" jawab renal dengan santai.
"Apa itu cara orang-orang dunia mu menamai sebuah robot raksasa ataukah hanya karangan mu saja?"ucap kevin sedikit tertarik.
"Yah mungkin sebagian orang saja"
Kevin meletakan tangan di dagunya dan renald sedikit melirik kebawah melihat kevin, ya karna memang renal lebih tinggi dari kevin.
"hmmm, Menarik, mecha yah, oke marickita namai robot besar itu dengan nama mecha untuk saat ini".
Perbincangan mereka berakhir ketika pintu lift terbuka dan mereka berjalan keluar.
Kupikir, saat ini mungkin aku bisa percaya 100% pada mereka, pikir renal, beberapa waktu lalu masih ada keraguan namun semua itu sekarang tidak ada sama sekali karna memang tidak ada jalan lain lagi.
Sudah sejak lama renaldi bisa mempercayai orang setinggi ini, beberapa tahun lalu memang ada namun selama hampir dua tahun ini tidak ada seorangpun yang renal percayai.
Apa salahnya untuk mempercayai orang bukan, itu lah apa yang dipikirkan renal saat ini.
Kepercayaan yang meningkat, merasa tidak sendiri, rasa kesepihan perlahan hilang semenjak bersama mereka.
"Sekarang mau kemana?" tanya leon pada kevin renal.
"Kedapur tentunya" jawab kevin.
"Jangan bercanda, kau bahkan tidak bisa memasak sama sekali" ucap leon pada kevin.
" Bukan aku bodoh, dan lagi makanan sudah di siapkan viktor tadi saat kau berkeliling kapal tidak jelas, kalau tidak percaya tanya saja renaldi".
"Bagus lah itu bukan kau"
"Chk sial, si bodoh ini mengejek ku".
Renaldi ikut menjawab perkataan leon.
"Itu sudah sekitar 3 jam yang lalu, mungkin aku harus menghangatkannya kembali".
"Tunggu kau juga bisa memasak?" tanya leon pada renal.
" Tidak banyak tapi aku bisa"
"Satu lagi koki di kapal ini, bagus lah"
perasaan senang memenuhi leon saat ini.
Disisi lain renal sendiri orangnya bisa memasak, ini menjelaskan bagaimana dia betah tinggal sendiri cukup lama, tanpa keluarga maupun teman, menuntutnya untuk bisa setidaknya memasak sendiri, terlebih untuk orang seperti renal yang tidak menolak belajar sekecil apapun, orang yang menghargai ilmu pengetahuan apapun itu.
Ketika mereka bertiga berjalan, kemudian diwaktu berikutnya renal berhenti.
"huh, ada apa?" tanya kevin heran.
"Aku tidak tau tapi dada ku mendadak sesak"
Jatuh kelantai dengan posisi berlutut, kemudian renal batuk dan dari batuk itu keluar darah, rasa sakit di dada mulai semakin terasa, semakin sesak, dan semakin sesak, seakan-akan jantungnya menyempit, detakan jantung itu semakin tinggi, memperlihatkan wajah pucat renaldi.
Heran dengan apa yang terjadi, renal kini menatap ke arah kevin dan leon hendak meminta tolong.
Namun yang terjadi malah-.
"Sudah dimulai rupanya, ini lebih cepat dari biasanya" ucap kevin dengan tatapan dingin.
Menatap kevin dengan penuh keheranan,pupil mata renal begetar sesaat.
Rasa sakit di dada tidak hanya dari fisik tapi juga bercampur dengan rasa kekecewaan.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku" perkataan ini keluar sesaat sebelum renaldi jatuh di lantai, cairan merah keluar dari sisi kepalanya saat dirinya tengkurap.
apa ini racun,tapi sejak kapan, pikir renal sebelum kesadarannya perlahan hilang.