Baixar aplicativo
21.84% Terlahir Kembali: Dokter Genius Cantik / Chapter 26: Rencana Pernikahan

Capítulo 26: Rencana Pernikahan

"Ayahku menggunakan lima ratus ribu yang merupakan hadiah pertunangan itu untuk anaknya berkuliah di perguruan tinggi, tetapi dia memintaku untuk membayar kembali uang itu." Fariza menambahkan lagi.

Ketika Fariza mengatakan ini, kepalanya sedikit menunduk, matanya memerah. Dia tampak tak berdaya. Semua orang menjadi sedih, dan mereka menuduh Pak Juna dan Wulan. "Kalian ingin mengambil lima ratus ribu sebagai hadiah dengan menjual anak perempuanmu sendiri? Memang kejam!"

"Anakmu ini adalah manusia? Bukankah kamu harusnya menjaganya? Apakah kamu masih memiliki sedikit rasa kemanusiaan?"

"Wah, mereka benar-benar akan mengirim anak itu ke sarang serigala. Kalian berdua tidak punya hati nurani sama sekali!"

"Nak, jangan takut, kami akan mengawasi mereka. Mereka tidak akan meminta uangmu atau mengganggumu lagi."

"Ya, kami akan membantumu untuk melawan mereka!"

Wulan tidak menyangka masalahnya akan berkembang menjadi seperti ini. Apa yang salah? Tampaknya sejak Fariza bangun dari tidurnya setelah percobaan bunuh diri, dia perlahan-lahan menjadi lebih berani. Sepertinya tidak akan ada uang yang akan didapat hari ini, jadi Wulan dengan cepat menarik lengan baju Yuli. Dia berbisik, "Bu, ayo kita pulang saja."

"Aku tidak akan pulang!" Saat melihat tempat uang Fariza, Yuli merasa cemburu, apalagi saat melihat sepeda barunya. Dia melepaskan tangan Wulan. Saat ini dia hanya duduk di tanah dan berkata pada semua orang itu, "Kalian orang usil, kenapa kalian peduli dengan urusan keluarga kita? Dan kamu cucu tidak tahu terima kasih, jika kamu tidak memberiku uang hari ini, kamu tidak akan bisa hidup."

Penampilan neneknya ini membuat Fariza mengerutkan kening. Dia hendak berbicara, tapi Satria yang berada di sebelahnya tiba-tiba mengambil langkah ke depan. Dia sedikit meninggikan suaranya, "Adimas, kamu pergi dan telepon seseorang dari kantor polisi, katakan saja bahwa seseorang mengganggu ketertiban di sini."

Begitu mendengar kata polisi, Yuli berhenti membuat masalah. Dia segera bangkit dari tanah, mengutuk dan meninggalkan tempat itu.

"Terima kasih." Fariza mengalihkan pandangannya ke Satria dan mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh. Matanya masih sedikit merah.

Satria melambaikan tangannya seolah dia tidak berbuat apa-apa tadi, "Sudahlah, itu adalah tugasku." Dia kemudian mengajak Adimas untuk pergi.

Adimas memandang Satria dengan penuh harap ketika dia masuk ke dalam mobil. Dia tidak menyangka Fariza memiliki kehidupan yang menyedihkan di Keluarga Juwanto. Tidak heran dia harus pergi keluar untuk menjual apel goreng sendirian. Meskipun Adimas agak salah paham dengan Fariza, dia masih bisa memperbaiki ini semua.

Satria tidak mempedulikannya lagi. Dia mengulurkan tangannya dan menepuk pundak Adimas, "Terima kasih telah meneleponku tepat waktu."

Adimas tiba-tiba menundukkan kepalanya karena malu. Dia yang memanggil Satria untuk datang ke sini. Awalnya dia ingin mengawasi Fariza dengan jelas. Tapi semua yang terlintas dalam pikirannya pada akhirnya adalah kebalikannya. Kisah hidup Fariza sangat menyedihkan. Nampaknya setelah ini, dia harus lebih memperhatikan sisi selatan Kabupaten Pasuruan agar Fariza tidak ditindas lagi.

Fariza tidak tahu bahwa citranya di hati Adimas telah berubah, tetapi dia jelas merasa bahwa ketika dia melihat Adimas lagi, Adimas jelas-jelas bersikap baik padanya.

Karena kejadian itu, orang-orang yang semula mengira bisnis Fariza memiliki sisi ketidakjujuran pun kini mengetahui yang sebenarnya. Dalam sekejap mata, Fariza telah berjualan apel goreng selama sebulan di pusat kota.

Sebentar lagi sudah bukan musim apel lagi. Saat ini Fariza sedang memikirkan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Di saat yang sama, dua wajah yang sudah dikenal tiba-tiba muncul tidak jauh dari gerainya. Namun, Fariza tidak menghiraukan mereka.

"Apa? Bisma, apakah kamu mengatakan dia adalah saudara perempuanmu?" Ketika Bisma mengatakan bahwa Fariza adalah saudaranya, mata Edi membelalak kaget. Sejak terakhir kali dia mengucapkan selamat tinggal, dia tidak bisa mengetahui dari mana gadis itu berasal, tidak peduli bagaimana dia bertanya.

Edi agak sibuk akhir-akhir ini. Meskipun dia masih khawatir, tetapi dia tidak punya waktu untuk datang ke sini. Di luar dugaan, kali ini saat dia mengantar keponakannya, dia tiba-tiba bertemu Bisma dan mengetahui fakta tersebut. Benar saja, jodoh tidak ke mana.

"Saudara apa, aku tidak mengakui bahwa dia adalah saudara perempuanku!" Bisma melirik Fariza dengan jijik. Nada suaranya sangat menjengkelkan.

"Aku tidak peduli, tapi kamu sudah banyak membantuku, ayo pergi! Aku akan mengajakmu ke restoran untuk makan makanan enak!" Edi tampak bersemangat. Dia meninggalkan gerai Fariza dan kembali ke Desa Tutur untuk bertemu dengan Wulan, adiknya.

Setelah mendengarkan perkataan anaknya, wajah Wulan terlihat agak tidak sedap dipandang. Tanpa diduga, Fariza bahkan membuat Edi terpesona. Tapi setelah dipikir-pikir, Edi bukanlah orang yang baik. Jika Fariza menikahi Edi, itu sama saja dengan membuatnya berada dalam siksaan selama seumur hidupnya. Bukankah ini yang diharapkan olehnya?

Setelah mengantar Edi keluar dari rumah, Wulan langsung pergi menemui Yuli. Yuli baru saja selesai menggerogoti Apel Malang yang diberikan oleh keponakannya. Ketika dia melihat Wulan datang, dia sedikit malu. Dia sedang memegang apel yang setengah digerogoti di tangannya. Dia tidak menyembunyikannya.

Wulan diam-diam memarahi wanita tua itu karena bersembunyi di rumah untuk makan makanan enak, tapi tetap ada senyum di wajahnya, "Bu, keponakanmu memberimu apel ini lagi? Dia baik sekali padamu!"

"Ya, dia tidak seperti Fariza yang pelit dan membuatku marah sepanjang hari itu!" Entah bagaimana, Yuli memikirkan Fariza lagi dan menggertakkan gigi.

Wulan buru-buru berkata, "Bu, aku di sini untuk memberitahumu tentang Fariza."

"Apa yang terjadi dengan pelacur kecil itu? Kenapa kamu terus mencari kabar tentangnya? Apa kamu masih peduli padanya?" Yuli mengangkat kelopak matanya dan bertanya dengan getir.

Wulan buru-buru masuk, "Bu, seseorang ingin menikahinya. Dia adalah kakakku, Edi. Bagaimana menurut ibu?"

Yuli mengerutkan kening, "Siapa? Edi?"

"Ya, namanya Edi!" Wulan mengangguk.

Ekspresi Yuli berubah suram dalam sekejap, "Kenapa kamu mengatakan padaku jika kakakmu ingin menikahinya? Kamu tidak tahu bahwa keuangan keluarga kita sedang susah sekarang? Kenapa menikahkan gadis itu dengan pria biasa? Selain itu, kakakmu juga sama seperti kita. Dia tidak punya banyak uang. Apakah kamu benar-benar ingin Fariza menikah dan menikmati berkah dari kakakmu?"

Yuli menjadi marah memikirkan apa yang terjadi di gerai Fariza hari itu. Fariza telah merusak harga dirinya. Suatu hari, Wulan akan membalasnya. "Kakakku berkata bahwa ibuku sangat membencinya dan dia tidak akan pernah membuatnya merasa lebih baik setelah menikah! Mereka akan terus menyiksa Fariza seumur hidupnya."

Pada titik ini, Wulan merendahkan suaranya dan mendekat ke telinga Yuli. Dia berkata dengan hati-hati, "Kakakku berkata, selama ini bisa dilakukan, dia bersedia memberikan hadiah banyak pada kita. Asal ibu tahu, kakakku itu sebenarnya kaya. Dia hanya tidak memperlihatkannya." Setelah selesai berbicara, Wulan mengulurkan jarinya dan memberitahu jumlah uang yang akan diberikan oleh kakaknya pada Keluarga Juwanto jika Fariza mau menikah dengannya.

"Seribu? Apa benar sebanyak itu? Kamu tidak bohong padaku?" Yuli bertanya dengan cepat.

Wulan menggelengkan kepalanya, "Tidak, seratus ribu. Dia akan memberikan kita uang sebesar seratus ribu."

"Apa yang kamu katakan itu benar? Bukan seribu, tapi seratus ribu? Gila! Aku tidak percaya dengan ini semua!" Yuli duduk tegak dan bertanya dengan mata lebar tak percaya. Bagaimana mungkin kakak Wulan bisa sangat kaya seperti itu?


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C26
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login