Baixar aplicativo
64.7% Please Untie Me / Chapter 11: Hukuman

Capítulo 11: Hukuman

Sejak ancaman Karin beberapa hari lalu membuat Naruto terus merasa ketakutan. Bukan takut jika wanita ular itu menyerangnya, melainkan melakukan hal buruk pada sahabatnya.

Perilaku diam dan murung Naruto tak luput dari pandangan Sasuke. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Namun entah kenapa enggan untuk menanyakan.

Dirinya hanya memandangi wajah pelayannya yang terus diam itu di sudut kamar sembari mengerjakan pekerjaan sekolah dan perusahaan yang tak kunjung usai.

Lelah akan banyaknya pekerjaan mungkin menjadi alasannya. Dia tahu seharusnya menenangkan pelayannya. Tapi untuk berdiri dari kursi saja dia tak mampu.

Sementara Naru, tetap pada pikirannya yang melayang kemana-mana.

Kondisi ini terus berlangsung selama beberapa hari. Sampai kemudian Sasuke yang merasa tak tahan menarik Naruto untuk duduk di pangkuannya.

Sedikit tersentak oleh tarikan Sasuke membuat pria tan itu terkaget. Matanya membelalak memandang tuannya.

"Bisakah kau jelaskan padaku dengan TERPERINCI tentang apa yang terjadi padamu akhir-akhir ini?" katanya semberi melepas kacamata baca yang sedari tadi digunakan. Dapat terlihat kantong tebal menggelantung manja di pelupuk matanya. Ekpresi lelah dapat terlihat jelas di sana.

Karena tak ingin menambah beban tuannya, Naruto hanya tersenyum dan berkata tak apa-apa.

Ucapan itu tentu saja tak langsung dipercayai Sasuke. Dipeluknya Naruto lebih erat dan dihirupnya aroma citrus yang keluar dari tubuh tan itu lebih dalam.

"Kau tahu, ekpresi kalutmu itu membuat pekerjaanku benar-benar berantakan. Aku sama sekali tak mampu berkonsentrasi dengan semuanya. Kau membuatku benar-benar berantakan Naru!"

"Gomen, Sasuke-san"

" Lalu?"

"...."

"Kau ingin aku memaksamu?"

Perlahan tangan Naruto yang sebelumnya lunglai, perlahan membalas dekapan Sasuke. Dengan lirih diucapkannya masalah yang sedang dia hadapi.

" Sasuke... Gomen..."

"Kenapa kau minta maaf padaku?"

"Seharusnya aku tak menjelek-jelekan sahabatmu. Tapi aku benar-benar takut," ujarnya lirih, takut jika surai hitam itu marah padanya.

"Apa ini tentang Sakura?"

" Bukan"

"Lalu?"

"Sahabatmu lainnya."

"Aku tak punya sahabat lain selain wanita berisik itu."

"Ini tentang sekretaris OSIS mu," kata Naruto semakin merapatkan wajahnya di dada Sasuke tak berani menatapnya.

Sejenak tak ada suara yang keluar dari mulut Sasuke. Sampai kemudian dibelainya dengan lembut rambut tan itu.

" Apa yang dia lakukan padamu?" tanyanya lembut.

"Dia....mengataiku pelacur dan menyuruhku menjauhimu"

"Benarkah dia mengatakan itu padamu?" masih dalam suara yang lembut. Namun entah kenapa ada penekanan di setiap katanya.

Mendengar tuannya bertanya untuk kesekian kalinya, Naru tak berani menjawab. Dia merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya. Apalagi setelah Sasuke melepas pelukannya dan menarik dagu Naruto ke atas.

Tindakan itu membuatnya, mau tak mau memandang langsung ke mata Sasuke.

Mata yang sebelumnya lembut berubah menyalang. Ekspresinya berubah seram,membuat Sasuke bergidik ngeri.

"Aku tanya padamu Naru. Apa dia benar-benar mengatakan kalimat itu?" Kali ini penekanan kata-katanya semakin dingin. Ingin rasanya Naruto melarikan diri darinya. Nyalinya menciut sangat kecil dan membuatnya merasa diambang kematian.

Lidahnya begitu kelu untuk mengucapkan kata apapun. Dia hanya memejamkan mata dan mengangguk lemah.

Tak ada ucapan lebih lanjut dari si surai hitam. Suasana dalam kamar terasa sunyi.

Sampai kemudian tangan Sasuke yang sebelumnya berada di dagu, berpindah ke punggungnya. Diusapnya lembut punggung Naruto sampai surai kuning ini membuka matanya.

"Apa aku membuatmu takut?" tanya Sasuke lembut. Mata Naruto hanya bisa berkaca-kaca sebagai jawabannya. Dia tak mampu berkata apapun. Baginya, ekspresi Naruto benar-benar menggemaskan.

" Maafkan aku Naru. Mungkin aku terlalu lelah, jadi mempelihatkan ekspresi buruk padamu"

"Apa kau marah padaku Sasuke karena menjelekkan temanmu?"

" Sudah kukatakan padamu bukan jika dia bukan temanku? Dan memang seharusnya kau melaporkan apapun yang terjadi padamu kepadaku. Aku tak ingin hal buruk terjadi padamu" kata Sasuke sembari mengusap punggung Naru," Kau tahu seberapa cemasnya aku melihatmu yang murung seperti itu?"

"Gomen"

"Karena kau sudah membuatku khawatir, maka ada hukumannya," kata Sasuke tersenyum licik.

"A-p-p-paa itu?" tanya Naru memperlihatkan ekspresi ketakutan.

"Kau harus menciumku"

"Haaah?"

"Tidakkah kau mendengar hukumanmu?"

"Tapi kita kita laki-laki Sasuke-san?"

"Lalu?"

"Bukankah itu tak boleh?"

"Siapa bilang? Bukankah kau sering melihat tou-san melakukannya dengan bawahannya. Jadi itu sah-sah saja"

"Benarkah itu?"

"Kau ingin membuatku marah?"

"B-b-baiklah... kalau begitu pejamkan matamu"

"Kau malu?"

" Tentu saja," balas Naruto yang sudah seperti kepiting rebus.

Melihat wajah Naru yang semakin menggemaskan membuat Sasuke hanya bisa tersenyum dalam diam. Dipejamkan matanya menunggu pelayannya menjalankan 'hukumannya'.

Naru yang berdebar kencang mendekatkan bibirnya perlahan.

Sedikit gemetar, namun entah kenapa sensasi ini sedikit menggelitik hatinya.

Perlahan ditempelkannya bibir merah ranum itu tepat dibibir Sasuke yang sudah menunggu.

Tak berani melakukan tindakan apapun, Naru hanya diam.

Sasuke yang menyadari jika tak ada gerakan lebih lanjut dari pelayannya, mulai melakukan inisiatif.

Ditekannya bibirnya di bibir Naru. Lidahnya memaksa bibir Naru membuka.

Dengan paksa diajaknya bibir Naru menari dalam geliatan panas. Meski sang empunya sudah mulai kehilangan napas, namun lidah itu tetap menari saling menjerat satu sama lain.

Tahu jika pelayannya sudah kehabisan napas, dengan enggan dilepasnya ciuman itu. Sembari membersihkan saliva dari bibir Naruto, Sasuke mengecup bibir yang sudah bengkak itu singkat.

" Jika kau masih murung seperti kemarin, maka kau harus melakukan 'hukuman' yang sama. Mengerti?

Tak ada jawaban dari Naruto.

Hanya ada anggukan lemah dari surai kuning itu karena tubuhnya yang mendadak lemas.

Sasuke hanya tersenyum sembari membelai rambut Naru dengan lembut. Suasana malam yang tadinya dingin berubah menjadi hangat. Meski ada sedikit hawa hitam memancar dari mata bungsu Itachi itu.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kring---kring--kring

Suara telfon rumah berdering keras di kamar yang berukuran besar.

Tampak seorang wanita yang tengah tertidur terpaksa membuka matanya. Rambut merah panjangnya tampak sedikit berantakan.

Dengan malas diangkatnya telepon itu, namun tak berapa lama kemudian ekspresi berubah.

" Sasuke?"

"Bukankah sudah kukatakan padamu untuk tak mengganggu 'milikku'? " kata orang yang meneleponnya.

"Apa maksudmu Sasuke?" tanyanya berusaha selembut mungkin.

"Kau ingin aku membunuhmu dan memutilasi setiap organ tubuhmu dengan perilakumu. Kau tahu jika kamu benci barang milikku diganggu"

"G-g-go-omen Sasuke-san," ucap Karin Ketakutan.

"Aku tak butuh ucapan permintaan maafmu"

" Lalu?"

" Berikan aku jari kelingking kirimu sebagai permintaan maafmu"

" Apa?"

"Kau ingin aku menambah hukumannya? atau mungkin kau ingin aku sendiri yang memotong jari itu"

"Bbbaaiik Sasuke-san"

Mata Karin berkilat marah. Dia benar-benar murka. Diremas tangan kirinya dengan erat hingga membuat ujung kukunya patah.

Dalam hatinya, dia ingin benar-benar membunuh pelayan itu.

Bibirnya bergetar hebat karena kemarahan. Dengan penuh penekanan dia berbisik.

"Aku akan benar-benar membuat hidupmu menderita pelacur"


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
ambar260292 ambar260292

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C11
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login