Happy Reading!
Di malam ini Angel menatap langit yang disinari oleh bintang dan bulan. Sudah 5 tahun meninggalnya kedua orang tuanya. Gadis itu selalu mengirim Doa untuk mereka. Semoga mereka tenang dan bahagia di alam sana. Angel mengingat bagaimana saat dilindungi oleh kakaknya. Menutup kedua telinga dan matanya. Angel bahkan tidak tahu jelas apa yang telah terjadi saat itu.
Yang Angel tahu, Orang tuanya meninggal dan sudah dibawa ke rumah sakit.
"Angel," panggil Airin.
"Em, apa?" Angel menoleh, angin malah menerpa tubuhnya yang hanya memakai kaos tipis dan celana pendek.
"Ponselmu bunyi terus," ujar Airin seraya memberikan ponsel Angel.
"Hem, si bos?" tanya Airin
"Iya, 5 panggilan tak terjawab Rin. Ada apalagi sih?! " kesal Angel lalu menelfon balik Damian. Ini sudah malam apalagi yang Damian tidak bisa lakukan. Angel bagai pahlawan untuk Damian, anjay!
"Halo pak, ada apa ya?" tanya Angel.
"Kenapa kau menelfon saya malam-malam begini? Tidak tahu orang lagi istirahat apa?! " ketus Damian, membuat telinga Angel panas.
"Maaf pak, bukannya tadi bapak nelfon saya? Ada apa ya, pak?"
"Kapan? Oh, Salah pencet." jawab Damian, seperti terbata-bata dengan nada cetusnya. Angel bingung, kalau salah pencet tidak mungkin sampai 5 kali. Heran sama Pak Bos yang seenak jidatnya sendiri kalau ngomong. Nggak pernah salah dia tuh, Angel muluk yang salah.
Damian memutuskan panggilan itu. Airin mendengarnya saja menahan tawa dari tadi. Sekarang ia bisa puas, "Hahahahha, sabar Angel, sabar haha." ledek Airin.
"Kurang sabar apa Rin, aku lelah dengan Damian penggila kerja itu." Angel menggelengkan kepalanya, andai saja wajah tampan itu memiliki sifat yang sedikit berakhlak. Kaya doang tapi bikin orang kesel.
"Sabar, demi gaji GEDE haha." Airin memuaskan tawanya,
"Eh, jangan-jangan Pak bos naksir denganmu, Ngel." heboh Airin, apa mungkin itu benar? Jika benar kelar hidup Angel.
"Tidak mungkin,"
"Kalau benar tidak apa-apa, Angel. Kau akan menjadi orang kaya."
"Harta tidak dibawa mati, Rin!" tegas Angel.
Airin terkekeh. Kemudian mengajak Angel untuk masuk ke dalam kamar. Waktunya istirahat, besok berhadapan lagi dengan Ferguso. Angel mengunci pintu kamarnya. Melihat foto Devano di atas meja, membuat Angel seperti tertarik menghampiri. Rasanya rindu ini sudah sangat mendalam bahkan Angel seperti sulit mengendalikannya.
Berharap kakaknya datang untuk menemuinya sekali saja. Pasti Angel akan merasa tenang. Menghilang tanpa kabar, setiap kali Angel menghubungi Devano pasti diabaikan. Meneteskan air mata bukanlah hal yang Angel inginkan. Tapi, air mata itu lolos keluar sendiri.
****
Di pagi hari yang cerah ini, Angel merasa bahagia kalau pesan yang ia kirim pada kakaknya dibaca. Meski dibaca, berarti Devano juga kangen padanya. Gadis itu tersenyum bahagia sembari menyetrika baju kemeja wanita yang akan ia pakai ke kantor. Masih banyak waktu pagi ini, semoga saja Pak bos tidak menelfon dan menyuruhnya berangkat sekarang juga. Kebiasaan, dan inilah yang membuat Angel resah. Kadang ia tidak sempat mandi.
Setelah menyelesaikan tugas paginya, Angel bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Memakai kendaraan pribadinya, motor beat biru tak lupa dengan helm biru muda gambar doraemon. Hari ini Airin sudah berangkat lebih awal, jadi Angel berangkat sendiri. Hobi ngebut dan nyalip-nyalip, sudah kebiasaan Angel agar tidak terlalu lama sampai ke kantor.
Ketika Angel sedang mengendarai motornya santai, karena pagi ini tidak begitu macet. Ponselnya sudah berdering-dering berisik, tidak niat untuk mengangkatnya. Tapi Angel takut diceramahi oleh Bosnya hanya karena mengabaikan panggilan. Akhirnya Angel memutuskan untuk menepikan motornya.
"Ya ampun si Bos." gerutu Angel.
3 panggilan tidak terjawab, Angel menelfon balik panggilan itu. Tapi nomornya sibuk, "Nomornya sibuk," gumam Angel.
Drrrtt. Drrrt.
Angel langsung mengangkat panggilan tersebut, berdiri di trotoar. "Halo pak, selamat pagi?" sapa Angel.
"Halo, kamu bisa jemput saya di depan jalan dekat mall yang biasa kamu berbelanja dengan teman-temanmu itu." ujar Damian.
"Memangnya kenapa pak? Mobil bapak mogok?"
"Kau sudah tahu kan, kenapa masih tanya? Cepatlah ke sini!" sentak Damian, sampai Angel menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Iya pak," jawab Angel dengan kesal, menahan amarah pagi-pagi membuat Angel semakin awet muda. "Galaknya ya, Tuhan. Sabarkanlah hati hamba." gerutunya lalu mengegaskan motornya menjemput makhluk paling menyebalkan yang ia kenal.
****
Melihat mobil Damian menepi di depan Halte bus, pas sekali dengan Halte bus. Itu sangat mengganggu aktivitas orang lain, Angel menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak heran dengan orang seperti Damian. Angel mengetuk jendela lalu Damian membuka sedikit. Memperlihatkan wajah datar tapi tampan.
"Saya bawa motor pak, bagaimana? Tidak apa-apa kan, Pak?" tanya Angel.
"Motor? Mobil kamu mana?" Damian malah bertanya, ini mengulur waktu.
"Saya jual pak, Pak ayo kita berangkat sekarang. Soalnya takut macet." ajak Angel. Damian sangat Ogah kalau naik motor. Tadi saja banyak Driver motor, Damian menolak.
"Iya sudahlah. Tapi kamu harus hati-hati, jangan sampai melanggar peraturan lalu lintas." betapa was-wasnya Damian saat mendudukkan bokongnya ke motor. Apalagi Angel ini gadis mungil, tingginya hanya sampai dada Damian.
"Iya pak, tenang saja pakai helm ini." ujar Angel, ia membawa Helm asli hadiah dari motor beatnya.
Angel mulai mengegaskan motornya, melaju sesuai peraturan lalu lintas akan sangat memakan waktu. Angel ingin membuat Damian tahu rasa, nyelap-nyelip mobil dan motor saat macet. Membuat Damian berpegangan jaket Angel dengan erat. "Haha, rasakan!" batin Angel.
"Angel, jalan ini sedang ramai, kamu harus hati-hati." Damian mengingatkan lagi, namun Angel mengejar waktu.
Melaju dengan kecepatan seperti biasanya, membuat Damian memeluk Angel dengan begitu erat. Jantungnya bisa-bisa copot jika setiap hari berangkat naik motor bareng Angel. Setelah beberapa menit ngebut, akhirnya bebas dari kemacetan.
"Pak, sudah sampai," ujar Angel,
Damian masih memeluk Angel dengan erat sembari wajahnya menempel di punggung Angel. "Lucunya bos dingin dan menyebalkan ini," batin Angel mengulum senyum.
"Angel, kamu jahat sekali dengan saya. Saya hampir mati naik motor dengan mu, Angel!" gerutu Damian sembari merenggangkan pelukan lalu turun dengan wajah yang benar-benar membuat Angel ingin ngakak.
"Maaf pak, saya hanya mengejar waktu. Soalnya ini sudah sangat siang. Kita harus meeting hari ini." balas Angel, sembari sengah-sengeh menahan tawa.
"Ah saya pusing," rambut Damian sedikit acak-acakkan, begitu juga dengan dasi yang perlu dirapikan lagi. Angel menaruh tas kecilnya, mengambil ponsel dan menaruk ponselnya di saku rok mini skirtnya.
Angel menyusul masuk ke dalam ruangan Damian. Orang itu tengah berdiam diri seraya memegangi kepalanya. Mabuk karena Angel. "Bapak sakit?" tanya Angel.
"Saya mual, semua ini karena kamu." Damian menyalahkan Angel, padahal kan dia sendiri yang minta Angel untuk menjemputnya.
"Maafin saya pak, apa perlu kita batalkan meeting hari ini?" tanya Angel, memastikan.
"Jangan, kita bisa rugi. Siapkan semuanya kita akan pergi 5 menit lagi." jawab Damian, bener-benar penggila kerja. Lagi tidak enak badan saja ia paksakan untuk meeting.
"Oke siap."
Semuanya sudah Angel siapkan, tidak lupa dengan iPad dan lainnya. Sebelum berangkat ke ruangan meeting, Angel merapikan penampilan Bosnya agar selalu terlihat gagah dan rapi. Saling berhadapan sudah biasa Angel lakukan. Kadang ia juga terpesona dengan ketampanan Bosnya. Sama sekali tidak pernah jelek, cuma orangnya saja menyebalkan.
****
Malam hari ini Damian mempersilahkan sekertaris nya untuk pulang lebih awal. Melihat Angel sudah kelelahan dan menguap berkali-kali saat mengerjakan tugas lemburnya. Damian sempat memperhatikan Angel saat bekerja. Sudah bertahun-tahun lamanya, ia baru melihat Angel sampai lelah seperti ini. Biasanya gadis itu baik-baik saja saat mengerjakan lembur, pikirnya masa bodoh. Sekarang saja Damian suka memandang Angel sedikit berbeda. Jika tumbuh rasa cinta, apakah mungkin Angel menerimanya?
Damian dengan percaya diri, pasti Angel akan menerima dirinya. Siapa sih yang tidak menyukai orang mapan dan tampan seperti Damian. Damian mengulum senyum serta merapikan rambut belahannya. Aura-aura tampan saja sudah sangat menggoda. "Kamu nggak akan nyesel, nikah sama aku, Angel." gumamnya sendiri, percaya diri sangat orang ini. Tidak tahu kalau Angel adalah orang yang paling sangat membenci sikap menyebalkan nya!
Damian terkekeh. Mengingat kejadian tadi pagi saat dibonceng oleh Angel. Bisa-bisanya ia nyaman dengan memeluk tubuh mungil itu. Meski mabuk, tapi mencium aroma rambut Angel rasa jeruk emmm. Kalau saja dia bukan sekretarisnya pentingnya, pasti sudah digarap habis oleh Damian.
Tapi...
Apakah Damian bisa membiarkan sosok yang pernah ada di hatinya pergi begitu saja. Jujur, Damian harus membuka lembaran baru untuk dirinya sendiri. Bukan, demi seorang gadis kecil yang berada di luar negeri. Tujuan utamanya adalah membahagiakannya. Tidak boleh egois, sudah waktunya Damian berubah.
To be continued.