Baixar aplicativo
0.61% You and My Destiny / Chapter 2: Awal dari akhir

Capítulo 2: Awal dari akhir

Kriiing...!!!

Bunyi bel pukul 12.00, menandakan bahwa jam istirahat SMU HARAPAN BANGSA, salah satu sekolah favorit di Jakarta timur itu telah tiba. Raka cepat cepat membereskan buku-buku pelajaran miliknya dan segera memasukkan nya kedalam tas.

"Lo mau kemana, Ka?" Tanya seorang murid laki-laki berbadan kurus yang bernama Rizki, sambil sibuk memasukkan buku pelajarannya kedalam tas.

"Ke kantin lah, mau ketemu Arin. Emang mau ngapain lagi si Raka?" Sahut Dimas si cowok manis dengan kepintaran menggombalnya yang di atas rata-rata namun sampai sekarang masih jomblo.

"Arin lagi ... Arin lagi..." Gerutu Rizki.

Arin merupakan orang yang sangat dicintai oleh Raka. Arin dan Raka sudah berpacaran hampir 2 tahun. Setiap hari saat istirahat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama di kantin sebab kelas mereka yang berbeda. Raka berada di kelas 11 IPA – 1 sedangkan Arin berada di kelas 11 IPS – 2 .

"Kenapa emangnya? Lo cemburu?" cebik Raka dengan nada meledek.

"Ya nggak lah, cuma heran aja sih gue. Satu tahun lebih lo di SMU ini, tapi tiap hari kalo istirahat ke kantin nemuin Arin lagi, Arin lagi gitu ae terus. Sampe Upin Ipin jadi sarjana," Jawab Rizki dengan nada sedikit jengkel.

"Yailah Ki Rizki, bilang aja kalo lo pengen. Kan lo jomblo sejak lahir," ejek Dimas, sambil menonyor kepala sahabatnya itu.

"Yeee, ngapain juga gue pengen, orang yang suka sama gue aja banyak. Gue nya aja yang terlalu sempurna buat di miliki sama mereka," ucap Rizki sambil tersenyum lebar.

Rizki mengatakan nya dengan sangat percaya diri. Hal ini membuat Raka dan Dimas saling bertatapan sesaat. Kemudian tanpa aba-aba, mereka tertawa terbahak-bahak.

Kedua temannya itu benar benar tak menyangkal kalau Rizki memiliki sisi lain yang mengejutkan bagi mereka.

"Astaga Rizki, gue baru tau kalo lo juga punya tingkat kepedean yang tinggi. Salut gue sama lo Ki," puji Raka sambil menepuk punggung temannya itu.

"Dahlah, jangan ladeni dia. Katanya mau ke kantin?" Sahut Dimas sambil menautkan kedua alisnya menatap Raka.

Yang di tatap itu hanya menyengir kuda.

"Gak jadi jadi kan gara gara si Rizki buat ulah," sambung Dimas mengelus perutnya yang mulai lapar.

"Yaudah ayok lah. Nanti kesayangan gue nungguin, kan kasian." pungkas Raka sambil berjalan menuju pintu keluar kelasnya.

Mereka pun pergi ke kantin sekolah yang biasa mereka tongkrong i tiap jam istirahat maupun jam kosong. Kantin mana lagi kalau bukan kantinnya Mpok Ipeh yang terkenal dengan bakso andalannya yaitu bakso granat nya yang super besar dan enak, favorit hampir semua murid di SMU itu.

Dari kejauhan terlihat Arin berjalan menuju arah Raka bersama dengan sahabatnya yang sangat cerewet dan tukang kompor yaitu Elsa Safira.

"Noh, yang di tunggu lagi on the way," ucap Dimas sambil menunjuk ke arah Arin yang berjalan menuju kantin.

"Iya tau gue, gausah gitu juga kali," cebik Raka dengan nada sedikit kesal.

Arin pun datang menghampiri Raka. Senyuman manis mengembang di wajah keduanya. Mereka berdua benar-benar terlihat sangat serasi.

Raka yang tampan dan populer, sedangkan Arin juga sangat cantik dan juga tak kalah populer nya dengan Raka.

"Udah lama kamu di sini?" Tanya Arin sambil duduk di samping pacarnya yang super keren itu.

"Enggak. Baru 3 menit yang lalu mungkin," Jawab Raka jujur.

"Udah pesan makan? Atau mau aku yang pesan?" Tawar Arin semangat. Gadis itu segera beranjak dari tempat duduknya,

"Nggak usah Rin, si Raka udah pesan buat lo. Buat si Elsa juga. Lo kayak nggak tau dia aja sih," Dimas menghentikan langkah Arin yang akan memesan makanan.

"Oh yaudah kalo gitu. Makasih ya," Arin tersenyum lagi pada Raka.

"Iya. Sama sama." Raka membalas senyuman Arin.

Memang hubungan mereka sudah terjalin cukup lama. Tetapi, kemesraan di antara keduanya sama sekali tidak luntur sering berjalan nya waktu.

Banyak yang iri dengan hubungan keduanya. Entah itu dari pihak penggemar Raka maupun sebaliknya.

Lima murid SMA itu sibuk bercengkrama di kantin. Suasananya juga sangat riuh mengingat ini adalah jam istirahat.

"Ka, kata Arin lo mau ikut balapan sirkuit Minggu depan ya? Serius?" Tiba tiba Elsa membahas tentang balapan sirkuit nya Raka.

"Iya, emang kenapa? Ada masalah?" Tanya Raka balik kepada Elsa yang membuat Raka agak heran kenapa dia bertanya tentang urusan balapan nya dia.

"Gak apa apa sih, gue denger si Marvel juga ikutan," lirih Elsa sambil melirik Arin.

"Emang kenapa kalo ikut? Dia kan selalu ikut," Jawab Raka santai dan terlihat tidak perduli.

"Iya, si Marvel kan selalu ikut padahal dia selalu kalah juga," imbuh Dimas yang di ikuti gelak tawa Raka karena dia selalu unggul dari Marvel.

"Gue heran ya sama Marvel, kok gak ada kapoknya saingan sama Raka. Padahal udah berapa kali coba dia kalah padahal dia yang nantangin. Emang gak tau malu tu anak,"

Rizki yang sedari tadi diam, kini ikutan nimbrung soal Marvel si musuh bebuyutan Raka.

"Udahlah, apaan sih kalian ini. Yang di bahas apa ngelantur nya kemana. Gak baik ngomongin orang. Tau nggak kalian?" Arin menyela pembicaraan agar tidak berlarut-larut membahas tentang Marvel.

"Iya iya, Rin. Tapi kita kan yang di bahas fakta. Ya nggak?" Tanya Rizki pada Dimas dan Raka.

"Ah iya in aja deh biar lo girang," Jawab Raka agar masalah cepat selesai.

Dari dulu, Raka dan Marvel adalah musuh bebuyutan dalam hal apapun. Sejak SMP mereka selalu bersaing, padahal keahlian Marvel jauh dari Raka. Marvel hanya menang egoisme nya saja dan selalu melakukan segala cara agar apa yang dia inginkan terpenuhi. Dia selalu iri pada Raka yang selalu menjadi pusat perhatian semua orang, juga mendapat pujian dari banyak orang.

Bisa di bilang juga kalau Raka adalah tipe cowok yang hampir-hampir sempurna, selain jago balapan dia juga tak kalah pandai dalam beberapa mata pelajaran di sekolah. Tak heran jika banyak siswi yang mengidolakan dirinya.

Untung saja, mereka tidak satu sekolah ketika lulus SMP. Jika tidak, mungkin keadaaan nya akan lebih parah dari yang di bayangkan.

***

Hari perlombaan balap motor se-Jakarta Timur itu pun berlangsung. Seperti biasanya, Raka dengan kepercayaan diri yang tinggi menghadapi tantangan balap motor itu. Ia mendapat dukungan dari orang yang paling dia sayang dan cintai yaitu Arin.

Arin selalu menemani Raka saat ia balapan, karena Arin lah yang mengenalkan Raka dengan balapan sirkuit ini hingga Raka menjadikannya sebagai hobby dia, dan dengan balapan ini juga Raka bisa mendapatkan uang sendiri.

"Kamu yang semangat ya, aku yakin kamu pasti menang lagi," Arin memberikan semangat kepada Raka.

"Iya, aku bakalan menang in lomba ini khusus buat kamu," Jawab Raka dengan senyuman yang tulus.

Arin hanya menganggukkan kepalanya dan percaya pada kekasihnya itu kalau ia akan memenangkan lagi pertandingan ini.

"Kenapa masih di sini?" tanya Raka pada Arin yang masih berdiri di sebelahnya itu.

Cupp?!

Arin mengecup pipi Raka sekilas, lalu menyunggingkan senyuman manisnya. Hal ini benar-benar membuat detak jantung Raka berdetak tidak karuan.

Setelah itu, Arin pun berlari meninggalkan Raka yang sudah bersiap di arena balapan itu.

"Semangat!!!" Teriak Arin menyemangati Raka .

Perlombaan pun dimulai, Raka berada pada posisi pertama jauh di depan Marvel. Di setiap perlombaan selalu begitu, kalaupun Marvel berada di depan Raka itu tidak lebih dari 2 menit saja Raka sudah bisa mendahului nya lagi.

Dan apa yang di bilang Raka benar, Raka memenangkan perlombaan balap itu dengan mudah dan posisi jauh di depan Marvel. Hal ini membuat Marvel sangat kesal dengan Raka.

"Apa sih yang nggak gue punya? Semua yang Raka punya gue juga punya, semuanya!" Teriak Marvel yang marah marah tanpa alasan.

"Lo mau tau apa yang nggak lo punya? Lo itu nggak punya Arin," Ucap Andi teman Marvel itu secara tiba-tiba.

"Arin?" Marvel menatap serius Andi, sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, lo nggak punya Arin. Lo sadar nggak sih kalau kemenangan si Raka itu terletak di Arin. Raka itu sayang banget dan cinta banget sama Arin," sahut Andi dengan tatapan tak kalah serius.

"Terus? Maksud lo gimana sih? Gue nggak ngerti deh," Marvel kebingungan dengan maksud Andi.

"Jadi gini, menurut gue kalo lo bisa dapetin Arin, lo juga bakalan dapetin apa yang Raka dapetin. Lo bisa hancurin semua yang udah Raka dapet cuma dengan ngambil hal berharga dari Raka doang men. Yaitu Arin Laksani," ucap Andi dengan nada memprovokasinya.

Andi membuat Marvel berusaha untuk merebut Arin dari Raka. Ia yakin kalau Marvel bisa menjauhkan Arin dari Raka, Marvel juga akan berhasil mengalahkan Raka dengan sangat mudah. Marvel pun berusaha melakukan apa yang di sarankan oleh temannya itu. Ia mendekati Arin dengan cara halus.

***

Keesokan harinya, Marvel melihat Arin berada di sebuah cafe terlihat sendirian, iapun tak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga. Marvel langsung menghampiri Arin tanpa pikir panjang.

"Sendirian aja?" Marvel tiba tiba mengagetkan Arin yang duduk santai sambil memainkan ponselnya.

"Marvel? Ngapain disini?" Arin bertanya dengan raut wajah sedikit heran.

Yang di tanya justru menyengir kuda.

"Kebetulan lewat aja. Tumben sendiri gak sama Raka? Kemana dia?" Marvel basa basi, dan duduk di kursi kosong depan Arin.

"Dia kumpul sama temen temennya, ngerayain kemenangan kemarin," Jawab Arin cuek.

"Ooh, terus ngapain disini? Nunggu siapa?" Marvel banyak bertanya agar Arin mau berbicara dengan nya.

"Nunggu Elsa , janjian mau nongkrong bareng. Tapi nggak tau, lama banget belum datang," sahut Arin dengan raut wajah yang tampak sangat kesal.

"Emmm, gue boleh minta nomor telepon lo nggak?" Marvel langsung to the point maksud dia menghampiri Arin.

"Ha? Gue gak salah denger? Lo kan tau gue pacar nya musuh bebuyutan lo, kok lo malah minta nomor gue sih? Aneh banget lo," Arin menggeleng gelengkan kepala nya.

"Gue tau kalau Raka itu musuh gue, tapi musuh gue itu kan Raka, bukan lo . Jadi, boleh lah ya kita berteman. Siapa tau lu butuh bantuan gue buat dengerin curhatan lo atau kalau mobil lo mogok begitu," Marvel berusaha membujuk Arin.

Arin memicingkan matanya tajam menatap Marvel sejenak. Ia tampak berpikir dan pikirannya menerawang jauh.

Sesaat kemudian, iapun memutuskan bahwa tidak ada salahnya jika ia memberikan nomor ponselnya pada Marvel.

"Oke, sini HP lo. Biar gue catet in nomornya," ucap Arin sedikit malas.

Marvel pun langsung memberikan ponselnya kepada Arin. Dan Arin memberikan nomor telepon nya pada Marvel.

"Oke . Thanks ya,"

Senyuman itu mengembang di wajah Marvel.

"Hmm..." sahut Arin singkat .

"Gue akan buat lo suka sama gue dan lupain Raka. Dengan ini, gue bisa lebih mudah buat Raka hancur dan nggak akan ada lagi yang muji dia." Ucap Marvel dalam hatinya dengan rasa puas ada kesempatan besar di depan matanya.

***


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login