Baixar aplicativo
40% An Empress and Warrior / Chapter 14: Ajakan Bekerja Sama

Capítulo 14: Ajakan Bekerja Sama

Suasana kediaman penyamun yang menangkap Qin Lang sangat tenang. Halamannya sangat luas, berbagai tanaman tampak rapi dan terdapat beberapa kolam ikan di sana.

Qin Lang merasa aneh dengan kondisi itu. Dibandingkan markas penjahat, rumah itu terkesan ramah dan damai. Dia berpikir apakah orang-orang yang menangkapnya ini adalah manusia baik-baik atau malah penjahat yang menyamar? Tidak bisa diputuskan begitu saja. Dia sudah babak belur, tuannya mati, sahabat dan anak majikannya melarikan diri. Tidak bisa dianggap sebagai hal baik.

"Tuan, kita apakan laki-laki ini?" tanya seseorang pada pria bertopeng yang menangkap dan mengalahkan Qin Lang.

Karena tidak bisa melawan atau kabur, Qin Lang dengan pasrah hanya bisa diam dan pasrah. Andai saja dia tidak memiliki janji akan menjaga dan menyelamatkan Jiang Ning, maka tidak masalah baginya untuk mati saat ini. Namun, Jiang Feng memberikan tugas berat padanya dan dia tidak boleh langsung mati begitu saja.

"Tunggu sampai tuan yang datang dan memutuskan," jawabnya dengan tenang. Pria itu sama sekali tidak mengusik Qin Lang dan membiarkan dia pulih secara perlahan selagi masih di perjalanan.

Tubuh Qin Lang semakin membaik selama di perjalanan karena diberi perawatan dan juga istirahat cukup. Sejujurnya dia bukan orang yang lemah, hanya saja otaknya terus memikirkan banyak hal. Apakah yang diinginkan orang-orang ini, belum jelas dalam pikirannya.

Pertama, mereka tidak saling mengenal dan kedua tidak ada urusan sama sekali. Dia pernah hidup di daratan, tetapi semenjak dijual kepada bajak laut, hidupnya kebanyakan di laut.

"Tuan!"

Semua menyapa dan membungkuk di halaman depan yang luas itu. Sore ini mentari begitu bersahabat dan hangat.

Qin Lang mengintip dari sudut matanya memeriksa apakah dia mengenali pria yang mereka panggil tuan itu atau tidak.

"Apa maumu?" tanya Qin Lang langsung tanpa basa-basi.

Hatinya masih panas atas kematian tuannya.

Pria dia berdeham dan berucap, "Kau pasti masih marah atas kematian tuanmu, tapi dia juga pernah membuat orang-orangku mati banyak."

Qin Lang mengingat selama ini mereka tidak pernah menyinggung orang lain. Hanya berkelahi sesama bajak laut dan sebagainya apakah pria ini adalah seseorang dari kerajaan?

"Katakan saja apa maumu! Apa urusanku dengan kematian anak buahmu? Apakah kau akan mengatakan bawah aku yang bertanggung jawab?" kata Qin Lang memprovokasi.

"Tuan masih baik padamu, jangan kurang ajar. Kelak kau akan menyesal dan memohon atas hidupmu," kata seorang penjaga dengan kasar.

Orang-orang di sana semua sangat kasar kecuali pria bertopeng dan juga seseorang yang mereka panggil tuan.

Ada yang aneh dengan tuan dan bawahan itu. Qin Lang menyadari ketidaknormalan itu, tetapi dia tidak peduli asalkan dirinya bisa lepas dan mencari Xiu Lan dan Jiang Ning yang entah berada di mana sekarang.

"Biarkan dia," kata pria berpakaian ungu.

"Mengapa kau membunuh tuanku?" tanya Qin Lang ingin segera mengerti apa yang terjadi padanya.

Pria yang ditanya menarik napasnya. Dia terlihat memikirkan banyak hal sebelum menyampaikan isi hatinya.

"Kau bisa saja marah atau benci, tapi aku tidak berniat membunuh dia. Dia yang mencari masalah. Asal kau tahu, aku adalah adiknya, namaku Jiang Rui," jelas pria itu.

Sekilas dia memang agak mirip dengan Jiang Feng walau tidak terlalu.

"Lalu apa hubungannya aku dengan urusan keluarga ini?" tanya Qin Lang tanpa takut mati.

"Urusanmu denganku."

Terdengar suara seorang perempuan yang lembut dan manis. Dia sangat cantik dan juga anggun.

"Apa semua keluarga Jiang memang cantik dan tampan?" pikir Qin Lang dalam hatinya.

Wanita itu bergerak perlahan seperti sedang menari, bagai merak yang indah dan anggun.

"Kau siapa? Aku tidak ada urusan denganmu," kata Qin Lang dengan agak kasar.

Dia sudah lelah bersikap baik dan setiap kali dia melihat ada kebaikan dalam hidupnya, maka orang atau kebaikan itu akan segera lenyap.

"Aku Jiang Wei, panggil saya Wewei," ucap perempuan itu dengan suara lembut dan senyuman manis.

Qin Lang menatapnya dengan memikirkan di mana mereka pernah bertemu sampai dia harus memiliki urusan dengan orang-orang itu.

"Aku tidak pernah bertemu denganmu, tidak ada urusan," kata Qin Lang.

Perempuan itu terkekeh.

"Memang, tapi mulai sekarang kita ada urusan," jawabnya santai.

"Kenapa kau ke sini?" tanya Jiang Rui pada anaknya.

Gadis itu tersenyum dan menatap ayahnya bergantian dengan pria tawanan mereka itu.

"Kalau sudah tidak ada urusan sudah bisakah kalian membunuhku atau melepaskan aku?"

Qin Lang lagi-lagi menantang bagai sudah siap mati. Semua orang akan menganggap dia sebagai manusia kurang ajar yang tidak tahu diri. Namun, dia selama ini terlihat masih belum dekat dengan kematian walau berkali-kali hampir mati.

"Kau akan menjadi milikku," ucap gadis bernama Jiang Wei itu tanpa malu.

"Omong kosong," jawab Qin Lang tanpa peduli apakah dia sudah menyakiti gadis itu atau tidak.

Selama ini dia tidak pernah memiliki hubungan romantis dan sebagainya. Kenal dengan gadis saja tidak pernah.

"Tuan haruskah kita menghukum dia?" tanya pria berpakaian serba hitam.

"Jangan, dia milikku," kata gadis berpakaian ungu itu lagi.

Semua orang mulai mengerti apa yang terjadi walau tidak begitu jelas.

Gadis itu berlari dan berbisik pada ayahnya. Cukup lama mereka berbicara dengan sangat pelan. Kalau dari jarak dua meter saja sudah sangat sulit menebak apa yang mereka bicarakan. Namun, bisa dipastikan mereka membahas Qin Lang.

"Ayah, kumohon," ucap gadis itu.

Jiang Rui seperti sudah menyerah pada anak gadisnya. Mungkin juga keputusan anaknya itu tidak terlalu buruk.

"Sementara antar dia ke halaman belakang di paviliun Anggrek, layani tamu kita dengan baik," kata Jiang Rui dengan nada memerintahkan.

Qin Lang yang masih belum mengerti apa yang terjadi hanya bisa pasrah, setidaknya nyawanya masih akan aman dan dia membalas dendam kapan saja.

"Siapa dia? Mengapa dia menyelamatkan dan menginginkan aku? Apa pernah mengenal dia?"

Qin Lang mencoba mengorek ingatannya yang semakin lama semakin memburuk.

Sejak dijual oleh ayahnya, dia banyak melupakan hal-hal di masa lalu. Selain itu, dia memutuskan untuk tidak mengingat apa lagi yang ada di masa lalu. Memikirkan hal-hal penting saja dan melupakan hal yang kurang penting.

"Kau, bertingkah dengan baik. Nasibmu sangat baik kali ini dan kau belum mati," ujar seorang penjaga dengan kasar.

"Kau akan heran kalau kukatakan aku sebenarnya ingin mati sejak lama, tetapi kematian tidak mau padaku," jawab Qin Lang.

Dia tersenyum pahit mengingat semua nasibnya selama ini.

"Sudahlah, buat apa bercerita tentang kesedihan? Apa kau pikir kami ini semua hidup bahagia?"

Setelah berucap semua pelayan pergi. Dia tinggal sendiri di paviliun yang indah dan rapi itu. Semua makanan, pakaian dan segalanya keperluan keseharian ada di sana.

Qin Lang hanya bisa berharap kalau semua itu bukan mimpi. Sangat aneh dan bahkan lebih indah dari mimpi. Mana pernah dia berani membayangkan dan memikirkan hal-hal seindah itu setelah beberapa kejadian mengerikan dalam hidupnya.

"Jangan-jangan ini jebakan atau halusinasi," pikir Qin Lang memukul pipinya sendiri sampai dia berteriak sendiri.

Beberapa penjaga yang berada di luar ruangan saling menatap dengan tatapan aneh. Mereka menggelengkan kepalanya sebagai tanda protes.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C14
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login