Baixar aplicativo
29.16% My Lolicon Boy Friend [BL] / Chapter 7: 07

Capítulo 7: 07

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

,

"Permisi, apa nenen sudah datang?" seseorang bertanya dari ambang pintu, yang buat gue menoleh kearah pintu bersama anak-anak lain.

"Nenen sudah datang, itu dia." tunjuk Handa ke arah gue.

Mau tau yang manggil itu siapa?

Si bangsul, tau si bangsul? Ketua osis.

"Nenen, come here babe~" katanya.

"Najis." kata gue kecil, yang lalu berdiri dari duduk dan menuju ke arah pintu.

"Apaan?"

"Ada yang mau gue diskusikan di ruang osis. Kuy ikut gue. Alex juga."

Gue yakin, pasti nih bangsul mau mendiskusikan hal yang tidak penting.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue dan Alex sudah sampai di ruang osis.

Si bangsul ambil sebuah kertas didalam tasnya dan memberikannya pada Alex.

"2minggu lagi akan diadakan anniversary sekolah kita nih. Jadi, tadi gue dapat perintah dari kepsek, kalo anak kelas 3 harus berpartisipasi dalam membuat kegiatan." jelasnya.

Lah, lo bilang begitu ngapain nyuruh gue datang kesini? Gue kan bukan anggota osis.

"Jadi, kegiatan apa yang lo mau buat?" tanya Alex.

Si bangsul tersenyum idiot, yang buat gue mengerutkan kening.

"Kita akan mengadakan DRAMA!"

Hah?

Drama? Kehidupan gue aja sudah dramatis, ini orang malah mau buat kegiatan drama?

"Gue sudah buat anggota yang harus berpartisipasi, sisanya bakal di pilih oleh pengurus yang udah gue pilih."

Gue diam dan nyimak apa yang si bangsul katakan.

"Jadi, yang kudu ikut dalam kegiatan ini Alex, Handa, dan lo nenen."

Ohhh...

APA!?

"Gue..?" kata gue sambil nunjuk diri sendiri. Dan dengan santainya si bangsul mengangguk mantap.

"Kenapa gue? Jelasin kenapa mesti gue njing!?"

"Sabar, sabar, gue bakal jelasin." si bangsul ber ehem.

"Yang gue pilih itu memang harus ikut, tanpa penolakan apapun. Alex, harus ikut karena dia anggota osis, tentu saja tugasnya harus memantau kegiatan ini berjalan dengan lancar atau tidak."

"Kalo Handa, diakan ketua dalam organisasi Drama, yah kudu ikutlah dia. Jadi ntar dia yang nentuin drama apa yang bakal dimainkan, dan memilih pemain yang layak buat drama itu."

"Nah, lo nenen. Karena lo anak kelas 3 yang ga ikut satupun organisasi disini a.k.a nganggur. Lo harus ngikut kegiatan ini, tanpa penolakan!"

Sekarang gue tau maksud dari panggil gue kesini.

Tapi, di katain nganggur itu ga enak loh.

"Sudah? Itu doangkan yang lo mau bicarain?" kata Gue.

Si bangsul terdiam sambil berpikir.

"Kayaknya sih itu doang." katanya, gue hela napas lalu berbalik.

"Kalo gitu gue pergi." gue hampiri pintu dan membukanya, saat ingin keluar saat itu juga seseorang ada di hadapan gue, keknya mau masuk.

Gue natap dia, dan..

Oh. Itu Justine, baru datang kali nih anak. Soalnya bagian ujung rambutnya agak sedikit basah gitu, terus aroma parfumenya menusuk di hidung gue, itu berarti harum gaes, ga kayak gue yang baru datang sudah beraroma matahari dan aspal.

Kali ini aroma melon ya?

Kok nih anak aromanya bermacam-macam buah-buahan sih?

Gue ga tau mau ngomong apa sama nih anak, jadi gue cuma tersenyum lalu bilang permisi. Sopan dikit sama berandalan, biar ntar gue ga di malakin.

"nenra," gue balik natap Justine. "Ga kok, gue cuma mau memastikan sesuatu."

Gue garuk kepala gue yang ga gatal, dan sekali lagi tersenyum pada Justine.

Sekalian buru-buru menjauh dari hadapannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue heran, hampir seminggu ini jamkos di pelajaran keempat, tapi gapapalah..

Karena biasanya Jamkos begini, anak-anak pada main games yang ambigu. Kayak hari ini nih. Perlombaan menggombal.

Ga ada niatan banget kan pake games kayak gitu, meskipun gue bilang kayak gitu. Gue tetep di masukin dalam game ga berkelas kayak gitu.

"Nah! Giliran nenen yang ngegombal selanjutnya!" kata Jordy.

"Gue ya? Siapa yang gue gombali?"

"Diana!" kata Crisht.

"Ga usah diana elah, itu ada alex. Mending nenen gombalin aja dia." komentar Cery.

Yang langsung gue nepok jidat.

Nih fujo satu, ga pernah jauh dari imajinasi laknatnya.

"Mana ada cowo gombali cowo, terlalu sering baca komik, makanya begitu." kata Diana tiba-tiba. Wuih, ga biasanya Diana ngebalas perkataan Cery.

"Ngomong apa lo barusan? Ini ga seperti gue sering baca komik atau apalah itu."

Elu emang sering baca komik Cery.

Hampir tiap hari pula, padahal jadwal di updatenya chapter di komik online itu setiap seminggu, kadang sebulan. Mesti bersabar kalau mau nunggu chapter versi online.

"Lo ada masalah ya kalo si pedo gombalin gue?" kata Diana.

"Ga ada tuh, gue kan cuma mau masangin dia sama Alex. Kali aja tiba-tiba ada petir berbunyi dan ngedengerin curahan hati fujo suci ini."

Gue baru tau, ternyata sekarang Petir bisa mengabulkan permintaan ya?

Lo kira kek bintang jatuh gitu.

Tunggu, perasaan tidak ada Fujo yang suci.

"Mana mau si Pedo dengan alex, paling kalo mau. Si Pedo lebih suka di pasangin sama adek adek tk yang emesh."

"Adek-adek tk yang emesh? Oh! Kayak shota gitu ya!"

"Shota apaan? Gue ga ngerti lu bilang apa"

"Gausah ngerti juga gue ga peduli."

"Dasar tepos."

"Dari pada besar karena bantuan grepe-grepe dari om."

"Apa lu bilang!?"

Cewe itu selalu banget berkelahi akibat hal sepeleh, apa lagi kalo sudah menyangkut fisik mereka.

"Ini dua perawan ngapain bertengkar kayak gini sih? Udahan wei." si Jordy mencoba menenangkan. Tapi tidak di dengarkan. Kasian, kayak lalat tak tau arah pulang.

Lalat kan emang ga punya arah pulang.

"Yodah, kita lanjut saja. Nenen, lo gombal Freya aja"

Nih anak, perintah seenak jidatnya doang.

"Freya yuhu~" panggil Rafi ala nada 'ayang beb yuhu~' yang ada di iklan, ga tau itu iklan apaan. gue selalu dengar, tapi dulu.

Freya maju kedepan, Freya ini anggota paskip. Jadi tinggi badannya itu sama kek gue.

"Nah, sekarang lo bisa gombal dia nenen."

Gue aja ga ada niatan buat gombal anak orang, apa lagi anak gadis orang. Lebih tepatnya gue gatau caranya menggombal.

Gue cowo, tapi gue ogah gitu pake tutur kata yang lebaynya subahanallah, kayak vicky prasetyo. Tau kan siapa dia? Itu orang kalo bicara memang benar, tapi selalu menambahkan kata yang tidak penting kedalam kalimatnya.

Yang seharusnya, kalimat yang si Vicky lontarkan itu hanya 10 kalimat, malah menjadi 30 kalimat dengan menempatkan beberapa kalimat baku yang sebenarnya tidak di perlukan.

Sebenarnya gue agak ga suka sama tuh artis, terlalu lebay gitu kalau menurut gue.

Dan sekarang, saat ini gue mesti gombalin cewe. Gue mesti gombal apaan coba?

"Tau ga persamaan bulan sama matahari?" Freya natap gue sambil tersenyum.

"Ga tau. Memang apa persamaannya?"

"persamaannya, ya sama-sama di langit lah.. Masa gitu aja ga tau." setelah mengatakan respon gue, gue langsung di timpuk pake sepatu oleh anak-anak.

"Itu mana bisa dibilang gombal nenen pedo!" marah Jordy

"Kan yang penting intonasi nadanya sama kayak ngegombal." bela gue

"Sama sih sama, tapi kalo kayak itu mah mana bisa di sebut gombal! Ini kalo lo masuk dalam audisi raja gombal, di diskualifikasi lo secepatnya."

"Siapa juga yang mau masuk dalam audisi goblog kayak gitu! Gaada banget pekerjaan. Gue juga dari pertama kagak mau main nih permainan, terlalu ambigu!"

"Lah, kok lo nyolot si? Gue kan bicaranya baek-baek nenen!"

Iya, lu bicaranya baek-baek sampe hujan.

"Bodo jordy bodo. Gue keluar dari permainan ini!" kata gue sambil keluar kelas.

"Eh nenen, ntar lo di liat sama pengawas bp gimana?" tanya Crisht kemudian.

Gue ga dengerin dan buru-buru keluar dari kelas.

Gue kok hari ini cepat banget ya emosian? Kayak ibu-ibu hamil. Senggol dikit, marah."

Bodo ah.

Gue kali ini menuju kekamar kecil, mau basuh wajah gue yang habis kena hujannya jordy tadi. Itu anak kalo bicara ga pake rem. Gas mulu.

Saat gue nyaris masuk, saat itu juga gue dengar suara yang asing menurut gue, jadi gue berdiam di luar, sambil ngintip kedalam.

Itukan, Juan sama Ian.

Ngapain itu dua orang dempetan kayak perangko disitu?

Eh ga dempetan sih. Gue salah liat, mereka lagi bicarain apa ya? Serius amat, nguping dulu ah. Kan ga dosa kalo cuma nguping, yang dosa itu kalo nyebarin gosip yang bukan bukan.

".....kayak anak kecil.."

Nah loh, gue ga bisa dengar baik-baik nih. Maju dikit okelah.

"Jelasin baik-baik, dia pasti mau mengerti. "

Oh, yang bicara itu Juan. Jelasin apaan nih?

Karena makin penasaran, gue langkahin lagi kaki gue.

"Lo buat apaan disitu?"

Waduh!

Mampus gue, ini siapa yang negur di belakang gue. Gusti, semoga buka guru bp atau pun anak osis.

Kan Reputasi gue bisa kacau, gue dengan perlahan balik kebelakang.

"Ju-Justine..?"

Justine menoleh kedalam kamar kecil itu, untuk mengetahui apa yang sedang gue intip.

"Lo ngapain intip mereka?" tanya Justine pada Gue.

Gue ga intip tapi nguping. Masa iya gue bilang begitu.

Saat itu juga gue dengar suara langkah kaki dari kamar kecil itu beranjak keluar, Gue buru-buru narik lengan Justine menjauh dari kamar kecil dan membawanya jauh dari kamar kecil itu.

"Lo mau bawa gue kemana?" Justine bertanya

"Kemana aja asal jangan disini!"

Ntar gue ketahuan, gak lucu kan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gue bawa Justine di taman belakanh sekolah, untung saja nih sekolah besar, ada tamannya segala. Namanya juga negeri.

"Lo jauh banget bawa gue sampai kesini." katanya.

Iya juga sih, kenapa gue bawa dia sampai jauh begini?

Bodo ah.

"Gapapa, gue mau bolos pelajaran doang." padahal gue lagi jamkos. Alasan yang begitu bagus nen.

"Oh.."

Gue dan Justine diam, hening menyelimuti kami.

Gue kalo sama nih anak rada agak kaku gitu, mau ngeluarin pembahasan takut dianya ga suka, dan nonjok gue.

"Ohya justine, lo ikut organisasi apaan?"

Berhubungan si bangsul bilang cuma gue anak kelas 3 yang tidak ikut organisasi manapun, jadi gue harus mastiin sendiri, bertanya dengan anak kelas 3 soal organisasi mereka. Jika ada yang tidak ikut, berarti bukan cuma gue doang yang tidak ikut.

"Oh, gue ikut taekwondo."

Hah? Organisasi taekwondo?

Si Justine ngikutin!?

Yawlah, bahkan si berandalan pun punya organisasi. Tapi organisasi itu memang cocok buat dia.

"Wah, pantasan."

Baiklah, gue kehabisan ide pembahasan lagi.

"Justine, kenapa lo ga ambil saja miaw kembali? Dari pada kunjungin rumah gue, ga capek lo?"

Semoga gue ga tonjok kalo bertanya begini.

Justine menggaruk tekuk lehernya, ini anak sering banget kayak gini. Itu artinya dia kenapa ya?

"Gue kos, dan di kosan gue dilarang pelihara hewan. Makanya gue biarin Miaw tinggal sama lo dulu. Apa itu buat lo berat?"

Kenapa lo tanya gue dengan tatapan itu?!

"Ga berat, secara lo kan mau tanggung makanannya. Jadi gue merasa lega."

Saat itu juga Justine tersenyum dan menepuk kepala gue. "Ya, terimakasih banyak ya.. Kalo gue sudah dapat kos yang izinin pelihara hewan, gue bakal ambil miaw."

Kepala gue masih di tepuk-tepuk. Gue tau cuma di tepuk-tepuk. Tapi baru kali ini gue ngeliat senyumannya Justine. Lebih tepatnya, baru kali ini gue liat nih berandalan tersenyum!

Kalo dia tersenyum kayak tadi kan, pasti banyak cewe yang mengantri jadi pacarnya.

Pacar?

Gue penasaran, apa Justine punya pacar atau tidak ya?

Tanya, tidak, tanya, tidak. Argh! Gue tanya saja!

"Justine, lo punya doi ga di sekolah?"

Justine natap gue. Ia kembali menggaruk tekuk lehernya.

"Semua cowok pasti punya kan?" katanya sembari tersenyum.

Iya punya, tapi.. Tapi..

Doi gue ga nyata!! *2D*

"Kelas berapa?" gue bertanya

"Kelas 3-B"

Hee, seangkatan rupanya.

Si berandalan punya doi, jangan-jangan dia keseringan berkelahi akibat cemburu sama cowok yang ngedeketin doinya!?

Wah.. Kalau itu mah sadis banget.

Tadi dia bilang kelas 3-B?

Itukan kelas gue!?

"Kelas gue tuh, gimana orangnya, kali aja gue tau kan."

Pas gue bilang begitu, si Justine langsung natap gue.

Jangan bilang dia nyuruh gue diam karena gue terlalu banyak bertanya?

Gusti ;_;

"So-sory gue banyak tanya."

Gue kan harusnya tau, dia berandalan bukan temen gue. Kenapa gue jadi sok akrab gini.

"Oh gapapa.."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sekarang sudah waktunya pulang sekolah, tadi si Handa udah memesan sama gue. Kalau gue jangan langsung pulang tapi ngumpul di aula.

Jangankan Handa, si bangsul bahkan sudah peringatkan gue jangan pulang dulu.

Nasib cowo cakep.

"Nen, lo mau kemana?" Alex bertanya pada gue. "Mau ke toilet. Kebelet gue."

Gue segera cus kekamar mandi, ini tidak seperti gue mau melarikan diri. Gue beneran kebelet.

Saat gue sudah lega buang kebelet gue itu, gue menuju ke aula. Terlambat dikit gapapalah, gue paling malas datang yang paling duluan.

"Nenra!"

Oh, gue tau yang manggil itu siapa.

Justine langsung berada di samping gue, gue natap dia dengan eskpresi bingung.

"Lo ga ngikut organisasi gitu?" gue basa-basi.

"Oh.. Organisasi gue punya jadwal tersendiri, latihannya taekwondo khusus untuk hari sabtu dan minggu."

Ohh.. Pantas gue ga pernah liat lu ngunpul organisasi kek yang lain, ternyata organisasi lu pas hari libur.

Kasian banget.

"Lo sendiri kenapa ga pulang?" Justine bertanya.

"Gue punya kerjaan di aula."

"Jadi lo udah ikut organisasi?"

"Menghina lo ya?"

"Lah, gue bertanya."

"Itu gue sudah jawab."

"Iyain aja biar cepet."

Gue cuma terkikik geli ngeliat Justine bicaranya jadi ambigu kayak yang lain.

Tapi kenapa gue seneng ya?

Bodo ah, ini perasaan juga makin hari makin aneh.

Gue akhirnya sudah sampai di aula, dan lebih parahnya Justine ngekor ngikutin gue sampai di aula. Gue pengen bertanya kenapa nih anak ngekor, tapi karena gue ingat insiden dimana dia tadi natap tajam gue, gue jadi ga niat.

Gue ga mau mati perjaka plis.

Gue masuk kedalam Aula, dan saat itu gue langsung di soraki oleh anak-anak yang sudah pada ngumpul di aula ini.

Yang anehnya, ngapain gue di soraki?

"Wooh! Akhirnya pak presiden dan wakilnya sudah datang! Selamat datang kalian berdua." sapa Handa dengan senyumannya seperti biasa.

Gue kerutkan kening gue, pertanda gue bingung.

"Gue cuma terlambat sedikit elah." kata gue. Dan Handa meresponnya dengan anggukan sombong.

Pengen banget gue hantam wajahnya.

"Oi nenen lo dari mana? Nyipok lantai lagi!? Muahaha!"

Wah, sialan gue di malu-maluin sama anak kelas A. Sialan banget, bahkan insiden itu mereka belum lupa.

Asu bener dah.

"Yaudah kalian berdua kan sudah datang, saat ini kita lagi dalam voting pemilihan putri cinderella." jelas Handa.

Gue dan Justine saling tatap, karena ga mengerti sama sekali dengan situasi saat ini.

"Tunggu dulu, emang Drama apa yang mau di mainin?" tanya gue

"Cinderella, tadinya gue udah buat pemeran cinderellanya, sayangnya banyak yang minta voting ulang. Yaudah deh. Gue nyuruh mereka voting siapapun yang pantas jadi cinderella." jelas Handa.

Ohh begitu toh.

Handa ngasih gue dan Justine kertas buat nulis siapa yang pantas jadi cinderellanya.

Gue kalo mau milih, kayaknya michele deh. Secara dia primadonnanya nih sekolah. Dan kebetulan tuh cewe ada disini. Mungkin bakalan dia yang terpilih.

Gue lirik Justine, keliatan dia sedang berpikir.

Kalo dibilang berpikir, gue juga sedang berpikir. Doinya Justine itu siapa si? Dan lagi, dia ada di kelas gue.

Gue ga tau mau kasian atau takut sama doi nya Justine.

"Sip, gue akan ambil selembaran kalian." kata Handa. Gue buru-buru nulis nama Michelle, cuma dia anak yang ada di pikiran gue kalo soal putri yang glamour dan elegan.

Gue lirik kembali Justine, dia juga selesai. Dia nulis siapa sih?

Handa hampiri kami dan ambil kertas selembaran kami. "Kalian duduk di mana saja, ok?" kata Handa. Pengen banget gue jambak rambutnya.

Justine mengangguk dan ambil jalan buat nyari bangku yang kosong. Gue? Gue mending berdiri dari pada duduk di samping berandalan, takut gue.

Tiba-tiba gue ngerasa pundak gue ada yang gandeng, gue liat. Ternyata itu Alex.

"Alex, lo baru datang?" tanya gue, dan dia mengangguk

"Sebenarnya sudah dari tadi gue datang, tapi tadi ada panggilan dari kevin makanya gue baru datang."

Gue cuma ber ohh ria.

"Btw, gue udah simpan tempat duduk buat lo."

"Eh? Yakin lo?" dan Alex mengangguk mantap

"Wuih! Mantap tuh! Tunjukin elah."

"Iya, ayo ikut gue."

Sekarang giliran gue yang ngekor Alex. Dan tidak butuh beberapa lama gue akhirnya duduk.

Gue noleh kebelakang, si Justine duduknya sendiriannya. Tapi dia kayaknya ga peduli tuh.

Ini gue ngapain liat si enjus!?

"Nah, berhubungan gue sudah baca semua kertas yang lo tulis pada. Jadi gue bakal nulis di papan berapa poin yang didapat oleh cinderella yang kalian pilih."

Si Handa dengan cekatan menulis nama Michelle di depan, dengan poin 15. Berarti 15 orang yang pilih. Nah, kan gue sudah bilang.

Terus Handa nulis lagi nama seseorang.

Nenen: 5 Poin

Eh?

Nenen?

Itukan nama gue!?

Gue langsung berdiri dan nunjuk kedepan "woi! Itu nama gue ngapain di tulis didepan!?"

Handa natap gue, beserta dengan para anak-anak yang duduk di aula natap gue juga.

"Nama lo di tulis, karena ada yang milih lo jadi cinderella juga." kata Handa, yang buat perasaan gue jadi tidak enak.

5 poin, itu artinya..

Ada 5 orang yang milih gue jadi Cinderella?

Mereka mau malu-maluin gue ya?

Gue cowok mana bisa jadi Cinderella bego!

Itu yang milih gue, otaknya di gunain gak ya?

"Gusti.."

•Bersambung•


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login