"Mas, Olivia itu, dulunya siapanya Mas, sih?" Audia tiba-tibanya bertanya, usai badai ekstasi menyerang mereka berdua.
Alvin yang merengkuh tubuh Audia, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya dari balik tengkuknya, sebelum akhirnya menjawab, "Hanya temen."
"Deket?" Audia semakin penasaran. Karena Alvin terdengar malas-malasan menjawab. Entah karena meningkatnya hormon oksitosin dan menurunnya kadar kortisol setelah percintaan mereka–yang bisa menimbulkan rasa kantuk, atau ada hal lain.
Merasa Alvin tidak merespon, Audia menoleh ke samping, agar bisa sedikit melihat suaminya. Didapatinya, mata Alvin tengah terpejam.
Huh! Dasar Alvin. Sudah dapat apa yang diinginkan, enak sekali tidur. Gak bisa! Gak bisa dibiarkan, Audia harus tahu jawabannya.
Dan, hal yang Audia lakukan saat itu, menjahili suaminya agar terjaga kembali, dengan sentuhan-sentuhan erotis. Selama beberapa saat, sepertinya usaha Audia belum membuahkan hasil. Namun, tidak lama, Alvin mengerang frustasi.
"Didi ...."