Baixar aplicativo
8.62% Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 27: Chu Shenshu

Capítulo 27: Chu Shenshu

"Kakak tertua, aku serius!" Chu Xinian berseru, seketika berdiri, lalu bergegas berjalan mendekati pria arogan itu yang sudah hendak kembali melangkah keluar.

Ia mencengkeram lengan pria itu, mencegahnya untuk pergi sambil memperingatinya sekali lagi, "Ibu bilang jangan mengganggunya lagi. Kau dilarang keras untuk menemuinya. Aku tidak akan segan mengatakannya kepada ibu jika kau tetap ingin datang menemui Weixu hanya untuk mempermainkannya!"

Chu Xinian mengetahui dengan jelas bahwa memperingati pria itu adalah hal sia-sia, namun ia tetap melakukannya, berharap pria itu akan memahaminya.

Pria itu, Chu Shenshu, menoleh, melirik ke arah Chu Xinian dengan tatapan mematikan. Kata-kata itu tentu terdengar tidak menyenangkan baginya seolah ia baru saja dituduh akan membuat kekacauan. Namun, karena pria itu pandai menyembunyikan ketidaksenangannya dengan sangat baik, Ia menarik lengannya ke depan tubuhnya, lalu membalas dengan nada tenang, "Apa maksudmu? Tidakkah kau mendengar perkataanku? Aku bilang aku hanya ingin menyapanya. Apa yang salah dengan itu?"

Chu Xinian mendengus pelan. "Tidak mungkin. Aku khawatir kau hanya akan mengungkit hal yang tidak bisa diungkit padanya."

Mendengar kata-kata Chu Xinian, kedua sudut bibir pria itu terangkat, menunjukkan wajah tampan dan dingin yang sedang tersenyum. "Kau terlalu berlebihan memikirkan hal ini. Memangnya, apa yang akan ku ungkit padanya? Mengenai anak haram Weixu? Ataukah mengenai hubungan terlarangnya dengan kekasihnya?"

"Kakak!" Chu Xinian berteriak, "Jangan libatkan anak itu!"

Chu Xinian menjadi geram mendengar perkataan Chu Shenshu yang seakan melontarkan penghinaan. Ia keberatan, namun seolah dikunci oleh kemarahan yang muncul di dalam dirinya, ia tidak bisa berkata-kata selain menatap pria itu dengan marah.

Berbanding terbalik dengan Chu Shenshu. Ia bahkan terlihat biasa, mengganggap bahwa perkataan itu adalah kebenaran yang tak terelakkan, seolah wajahnya menggambarkan kata-kata, "Apa yang salah dengan kebenaran itu?" Ia sama sekali tidak menyesal mengatakannya.

Bibir tipis pria itu sedikit terbuka namun tidak ada yang keluar selain senyum berbisa yang tampak semakin merekah. Ia lalu pergi tanpa sepatah kata seiring bunyi 'bang' saat pintu tertutup, menyisakan aura dingin yang mencekam.

Chu Xinian tidak mencegahnya dan membiarkannya pergi seolah ia telah kehilangan upaya untuk mengancamnya dengan kata-kata ... yang bahkan tak berguna.

Wajah wanita itu tampak cemberut. Tentunya, ia tidak serta merta menerima perkataan saudara tertuanya. Bagaimanapun, sejak terakhir Chu Shenshu dan Chu Weixu bertemu, mereka berdua berakhir dalam sebuah perselisihan. Chu Xinian hanya khawatir jika Chu Shenshu menemuimu Chu Weixu, Chu Weixu akan marah dan kembali menyalahkannya karena membiarkan hal itu terjadi.

Tetapi, kata-kata Chu Xinian hanyalah kata-kata yang tidak berarti apa-apa bagi Chu Shenshu. Setiap keputusan saudara tertuanya adalah mutlak, bahkan ayah mereka mempercayakan segala hal untuk dikendalikan olehnya.

Walaupun Chu Shenshu adalah anak sulung di Keluarga Chu, ia sendiri tidak bisa berhubungan baik dengan Chu Weixu begitupun dengan Chu Xinian. Menurut pria itu, Chu Weixu telah mengotori nama keluarga mereka karena hubungan terlarangnya dengan Ai Zhiyi, ditambah mereka berdua melarikan diri ke Shanghai, dan meninggalkan aib di keluarga mereka.

Chu Xinian bisa mengetahui dengan jelas bagaimana Chu Shenshu marah karena kelakuan adik mereka, rasa muak digambarkan dengan jelas di wajah pria itu tanpa celah. Wanita itu juga tahu bagaimana Chu Shenshu tidak senang dengan dirinya yang kerap kali berpihak pada Chu Weixu. Namun, seolah tak tergoyahkan, ia tak ingin mendengar pendapat siapapun.

Chu Xinian adalah orang yang berpikir luas. Ia tidak masalah dengan hubungan seperti itu. Selagi dua orang yang terlibat saling mencintai, maka itu tetaplah cinta di mana dua orang bisa berbagi kasih sayang. Jadi, wanita itu sama sekali tidak keberatan dengan urusan asmara adiknya. Maka dari itu, Chu Xinian selalu mengatakan kepada Ai Zhiyi untuk menjaga Chu Weixu sebagaimana keluarganya menjaganya. Itu berarti ia telah menyerahkan adiknya dan merestui hubungan mereka sepenuhnya.

Tidak jauh berbeda dari ibu mereka. Setelah Chu Xinian mengatakan kepada ibu mereka bahwa Chu Weixu memutuskan untuk hidup di Shanghai bersama Ai Zhiyi, ibu mereka bisa merelakan keduanya untuk pergi. Lagipula, Ai Zhiyi adalah pria baik dan penuh kehati-hatian. Ia juga bisa diandalkan dalam banyak hal seperti mengurus rumah tangga. Selain menjadi teman semasa kecil Chu Weixu, ibunya percaya bahwa Ai Zhiyi bisa menjadi teman hidup yang bisa merawat salah satu anaknya dengan baik. Kesedihannya hanyalah naluri seorang ibu yang menyertai kepergian Chu Weixu. Selain itu, ia baik-baik saja untuk kebahagiaan mereka berdua.

Chu Xinian menghela napas berat. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa tanpa daya sambil memijat keningnya. Ia membayangkan betapa sulitnya mengakurka kedua pria yang memiliki tempramen yang tidak jauh berbeda. Keduanya keras kepala. Ia terlalu lelah untuk menasihati pria-pria yang ada di keluarganya.

Namun, sebagai seorang wanita di antara dua saudaranya, ia memiliki naluri untuk menyatukan mereka berdua di mana ia harus tetap berdiri di antara badai yang datang dari dua arah berlawanan. Tidak ada yang menuntutnya, hanya saja ia berpikir bahwa keutuhan keluarganya lebih dari apa pun.

Setelah sedikit lebih rileks, ia membuka menu di ponselnya. Melihat nomor familiar, ia segera menghubunginya.

"Halo?" suara anggun seorang wanita terdengar dari saluran berbeda, yang tak lain adalah ibunya, Xi Zijin.

Mendengar suara itu, Chu Xinian tak bisa menahan untuk tidak tersenyum. "Halo, bu, bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah setelah menemani ayahmu melakukan kunjungan bisnis di Beijing selama dua hari. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik-baik saja, bu. Pekerjaanku sudah selesai, jadi aku akan mengambil libur dua hari, lalu kembali ke mansion keluarga."

Di sisi lain, seorang wanita yang berusia empat puluh lima hingga lima puluh tahun itu tersenyum, memancarkan kemudaan di wajahnya. Ia menatap sebuah foto keluarga di atas meja kerjanya, mengelusnya dengan lembut, tampak dari matanya ada kasih sayang dan kesedihan yang menyatu. Ia bertanya dengan lembut, "Bagaimana keadaan adikmu di sana?"

"Ah, Zhiyi bilang [1]Xuxu baik-baik saja."

Xi Zijin tersenyum. "Dia akan marah jika kau memanggilnya dengan panggilan itu."

Chu Xinian terkekeh kecil. "Setidaknya dia tidak mendengarnya."

Ada jeda sesaat di celah pembicaraan mereka sebelum wanita paruh baya itu bertanya sekali lagi, "Lalu, ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

"Um, tadi Kak Shen datang pagi-pagi sekali di perusahaanku—"

Sebelum Chu Xinian menyelesaikan kata-katanya, wanita itu seketika berseru, "Shenshu sudah kembali?!"

Mempertanyakan itu, alis Chu Xinian berkerut. Ia bertanya dengan heran, "Hmm? Bukankah ibu telah mengetahuinya?"

"Tidak, tidak. Dia bahkan tidak memberitahuku." Wanita itu bertanya, "Kapan dia kembali?"

"Dia bilang dia baru tiba tadi malam dan pagi ini akan segera ke Beijing."

"Anak itu ...," Xi Zijin berkata, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, "Ia seharusnya datang ke mansion keluarga pagi ini. Aku tidak sabar untuk melihatnya. Aku akan memintanya untuk datang ke Guangzhou setelah menyelesaikan urusannya di Beijing."

Xi Zijin meluruskan tubuh, dan tak henti-hentinya tersenyum mendengar kabar kedatangan Chu Shenshu setelah ia menghabiskan tiga tahun di luar negeri. Xi Zijin tidak menyangka bahwa pada akhirnya, Chu Shenshu memutuskan untuk kembali setelah Xi Zijin hampir putus asa untuk membujuknya kembali.

Sudah lama sekali ia tidak merasa sesenang sekarang ini setelah dirundung duka yang cukup lama. Setelah ia kehilangan satu pria di dalam keluarganya, ia nyaris kehilangan salah satunya lagi setelah ia menegurnnya dengan tegas karena telah mengganggu adiknya. Jadi, bagaimanapun, ia tidak ingin kehilangan siapapun lagi di dalam keluarganya.

[1] Xuxu adalah homofonik dari kata yang berbau wangi.

***


Capítulo 28: Gairah Yang Dipotong Oleh Kedatangan Seseorang

Menyiapkan bahan-bahan di rumah teh, Ai Zhiyi menyusunnya di konter sedemikian rapi. Ketika menghitung, ia melihat ada beberapa bahan yang sudah hampir habis, dan meminta Chu Weixu untuk segera membelinya di toko bahan makanan terdekat.

Sayangnya, Chu Weixu adalah seorang pemalas di pagi hari, bahkan ia tidak bisa diandalkan sama sekali. Ia menolak dengan alasan bodoh sehingga Ai Zhiyi tidak bisa menahan untuk tidak memarahinya seperti memarahi anak nakal yang keras kepala.

Namun, bukannya merasa bersalah, Chu Weixu terkikik seolah kata-kata Ai Zhiyi adalah sesuatu yang menghiburnya. Ia tampak senang mendengar Ai Zhiyi mengatakan banyak hal padanya. Itu terkesan ... menggemaskan.

Ai Zhiyi mencatat beberapa daftar di catatan kecil, meletakkannya di dekat gelas-gelas yang berjejer, berkata dengan nada kesal, "Ini daftar bahannya. Jangan lupa untuk membelinya nanti. Aku akan kembali saat petang, jadi tidak bisa mampir ke toko untuk membelinya."

Setelah kata-katanya, ia mengambil buku catatan di laci. Ia membukanya dan melihat hasil penjualan mereka kemarin. Saat ia membaca isinya, wajahnya tiba-tiba menjadi cemberut. "Rupanya kemarin tidak banyak pelanggan yang berkunjung, ya?"

Chu Weixu membenarkan, "Ya, hanya beberapa orang yang datang dan tidak ada pesanan online. Sayangnya, aku pingsan, jadi rumah teh ini harus ditutup lebih awal." Ia terkekeh pelan, melanjutkan, "Tapi, itu tidak masalah. Pagi hingga siang, aku memiliki waktu luang untuk mengerjakan naskahku agar bisa kukirim sebelum sore."

Ai Zhiyi tidak mengatakan apa-apa, namun raut wajahnya sendiri sudah menunjukkan pemahamannya terhadap kata-kata Chu Weixu. Lalu, ia membereskan beberapa bahan di meja konter, sementara Chu Weixu hanya berdiri di sampingnya sambil memerhatikannya mengurusi beberapa bahan yang tersisa, dan tersenyum kagum.

Sejak dulu Ai Zhiyi memang serba bisa dan pandai mengatur segalanya. Ia selalu mengajari Chu Weixu untuk memilih bahan makanan berkualitas dan bagaimana cara mengolahnya karena ia tahu bahwa Chu Weixu adalah orang yang tidak bisa apa-apa di dapur, bahkan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menyalakan kompor.

Sejak pertama ia mulai belajar memasak, dapur mereka nyaris terbakar. Ai Zhiyi panik karena mereka harus ganti rugi jika saja hari itu kompor mereka meledak. Jadi, mulai saat itu, ia mengajari Chu Weixu secara terus menerus mengenai tata cara di dapur. Sekarang, Chu Weixu sudah lebih baik dan masakannya juga memiliki rasa yang tidak buruk.

Walaupun Chu Weixu adalah orang yang sangat antusias untuk belajar, ia akan tetap menolak jika Ai Zhiyi memintanya untuk mempelajari beberapa dessert, padahal ia sendiri adalah penyuka makanan manis dan sangat menggemari kue tiramisu. Ia selalu beralasan bahwa buatan sendiri memiliki rasa aneh, tapi Ai Zhiyi tahu bahwa maksud dari kata-katanya adalah ia hanya ingin Ai Zhiyi yang membuat dessert secara khusus untuknya, bukan untuk pelanggan.

Hampir setiap hari Ai Zhiyi membuat beberapa ragam kue sederhana dari resep yang ia baca atau mempelajarinya melalui video.

Pada awalnya, ia selalu gagal, namun seiring waktu ia mulai terbiasa dan berhasil membuat beberapa macam kue termasuk tiramisu. Selain untuk persediaan di rumah teh mereka, ia juga menyisakannya untuk Chu Weixu.

Lagipula, Chu Weixu tidak pernah mengeluhkan rasa dari masakannya, ia selalu beranggapan bahwa Ai Zhiyi menyediakan makanan untuknya dengan penuh cinta, jadi ia tidak pernah merasa kekurangan, tidak seperti Ai Zhiyi yang selalu menegurnya jika ia salah memasukkan bahan.

Chu Weixu tak henti-hentinya tersenyum, menatap Ai Zhiyi dengan kekaguman di matanya.

Sementara itu, Ai Zhiyi menyadari Chu Weixu sedang memerhatikannya, jadi begitu ia selesai membereskan semuanya, ia menoleh ke arah Chu Weixu, dan berkata, "Kau terlihat menikmatinya. Jika kau tidak mau membantuku, kau lebih baik duduk sebagai pelanggan daripada memandangku dengan mata bernafsumu itu."

Chu Weixu menyeringai, tanpa aba-aba ia menarik pinggang Ai Zhiyi sehingga tubuh Ai Zhiyi yang ramping menempel di tubuhnya seperti dilem.

Meremas pinggang Ai Zhiyi dengan lembut, ia berkata dengan suara menggoda, "Tidak masalah jika hanya aku yang memandangmu seperti itu. Tapi, jangan pernah biarkan orang lain yang melakukannya."

Ai Zhiyi tersenyum genit. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Chu Weixu dan menggodanya dengan kata-kata, "Kenapa aku harus mendedikasikan hidupku untuk gong (seme) sialan sepertimu? Sekarang, aku benar-benar tidak berdaya karena racunmu. Aku kecanduan. Jadi, sebagai per-tanggungjawaban-mu, aku memintamu untuk selalu berada di sisiku agar membuatku tetap stabil."

"Hmm?"

Tangan besar Chu Weixu membelai turun ke bawah, masuk ke dalam celana kasual Ai Zhiyi.

Lapisan celana dalam yang dikenakan Ai Zhiyi terasa panas setiap kali tangan besar itu bergerak, membuat seluruh tubuhnya seperti tersengat listrik, wajahnya memerah seketika.

Kemudian tangan besar itu menggenggam bokong Ai Zhiyi seperti menggenggam dua bola, hanya saja ini lebih kecil dan kurang berisi, membuat wajah Ai Zhiyi semakin memerah, dan jantungnya berdebar kencang.

Saat ini, tangan besar itu bertambah kuat, meremas bokong Ai Zhiyi dengan penuh gairah, membuatnya seolah terangkat oleh perasaan aneh yang menggembirakan, dan tanpa sadar mengerang saat dua tonjolan di bawah perut mereka bersentuhan.

Chu Weixu membawa wajahnya lebih dekat hingga hidung mereka seperti saling berciuman. Ia menggerak-gerakkan wajahnya, menggunakan hidungnya sebagai alat pendeteksi aroma di wajah Ai Zhiyi, lalu berkata dengan suara maskulin yang terdengar sensual, "Apa katamu? Gong? Jangan sebut aku gong. Panggil aku suami. Ayo, katakan suami." Setiap akhir pada kalimatnya diakhiri dengan sebuah gigitan kecil di bibir Ai Zhiyi.

Ai Zhiyi sedikit menjinjit, lalu berbisik mesrah di telinga Chu Weixu, "Suamiku ... suamiku ...."

Setelah kata-katanya, ia seketika mencium bibir pria itu.

Chu Weixu merespons. Ia membuka mulutnya untuk memberikan ciuman yang lebih dalam, membuat keduanya tenggelam dalam fantasi yang penuh gairah.

Namun, saat Ai Zhiyi mulai tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam dan gelap, gong-nya malah tidak membiarkannya dengan berhenti menciumnya.

Wajah merona Ai Zhiyi tampak linglung seperti orang yang setengah sadar setelah menggunakan ekstasi. Ia merasa kehampaan di bibirnya hampir membuatnya gila, jadi ia hendak mencium Chu Weixu kembali, namun pria itu menghindarinya.

Di wajah Chu Weixu terlihat jelas bagaimana ia mencoba mempermainkan Ai Zhiyi.

"Kupikir kau tidak ingin disentuh olehku pagi ini. Sekarang, siapa yang lebih dulu menggoda?" Sudut bibir Chu Weixu terangkat, menunjukkan senyum mengejek di akhir kalimatnya.

Pandangan Ai Zhiyi menjadi kabur. Ia berusaha memikirkan kata-kata itu sebentar dan ingin membela diri bahwa dialah yang sedari tadi menggodanya, dan bahkan memintanya untuk menjilati miliknya seperti sebuah lolipop.

Namun, ia tidak mampu memikirkan apa pun lebih lama. Ia perlahan merasa sebagian inderanya mati rasa dan sebagian akal sehatnya menghilang. Ia tiba-tiba menjadi tuli dan lupa mengenai kata-kata Chu Weixu, lalu mencoba sekali lagi untuk mencium pria itu dengan penuh hasrat.

Saat bibir Ai Zhiyi menyentuh bibir kekasihnya, Chu Weixu dengan sengaja merapatkan bibirnya dan membiarkan Ai Zhiyi untuk melakukannya sendiri.

Ciuman Ai Zhiyi terasa lembut dan terkesan amatir, namun itu tidak bisa membuat Chu Weixu bertahan lebih lama lagi dan dengan segera satu tangannya meraih kepala Ai Zhiyi agar ia bisa lebih leluasa menikmati bibirnya, sementara tangan lainnya terus meremas bokongnya.

Ai Zhiyi mencengkeram baju Chu Weixu dengan kuat, merasa kesakitan di bibir namun ada kenikmatan yang perlahan timbul di kepalanya sehingga membuatnya tidak ingin berhenti.

Ia tahu bahwa hari ini ia harus bekerja dan sebentar lagi juga harus membuka rumah teh mereka untuk pelanggan, namun kedua orang itu sudah terlalu dalam tenggelam dalam sensasi terbakar dan kesulitan untuk merangkak naik ke daratan, menyebabkan mereka berdua kehilangan akal.

Namun, saat Chu Weixu hendak melepas resleting celananya, suara lonceng yang tergantung di pintu masuk terdengar, pertanda ada seseorang yang mendorong pintu untuk terbuka. Suara itu segera membuyarkan pikiran kotor yang sudah menggerogoti kepala dua orang yang sedang dimabuk asmara itu.

Ai Zhiyi dan Chu Weixu seketika menghentikan kegiatan mereka dan tertunduk malu, berpura-pura sedang mengerjakan sesuatu dengan sangat canggung. Mereka bahkan tak bisa mengangkat kepala untuk sekedar melihat siapa orang yang baru saja merusak suasana intim mereka, seolah wajah mereka adalah gambaran dari rasa malu itu sendiri.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C27
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank 200+ Ranking de Potência
    Stone 0 Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login

    tip Comentário de parágrafo

    O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

    Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

    Entendi