Baixar aplicativo
4.15% Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 13: Apakah Dia Mendengar Semuanya? (1)

Capítulo 13: Apakah Dia Mendengar Semuanya? (1)

Seperti saat mereka bersekolah dulu, dimana orang-orang bisa memujinya dengan banyak hal baik, namun di samping itu, juga tidak sedikit hal yang bisa membuat orang-orang merasa ketakutan.

Waktu itu Chu Weixu adalah orang yang aktif di tim basket dan juga sebagai siswa berprestasi dalam bidang akademik, sehingga banyak orang yang mengaguminya, terkhusus para gadis. Tubuhnya yang sempurna dan wajahnya yang memang tampan, tidak heran jika banyak gadis yang bahkan ingin menjual diri padanya. Itupun membuat para lelaki di sekolah mereka merasa iri padanya. Tetapi, karena Chu Weixu adalah orang yang berstatus tinggi, jadi tidak ada seorangpun yang ingin membicarakan keluhan mereka.

Namun, di balik semua itu, Chu Weixu adalah pria dingin yang bahkan hampir tidak melirik siapapun kecuali Ai Zhiyi. Bahkan, saat seseorang menggoda Ai Zhiyi, tidak peduli jika itu hanyalah sebuah lelucon belaka, ia tidak akan pernah segan memukul wajah orang itu. Hal itu membuat orang-orang banyak berpikir bahwa kesempurnaan yang ia miliki hanyalah usahanya untuk menutupi keburukan itu.

Kemudian, ia juga selalu dengan sengaja membuat para gadis yang menyukainya merasa kecewa, dengan tidak membiarkan siapapun dari mereka untuk mendampinginya saat ia berada di lapangan kecuali Ai Zhiyi. Ai Zhiyi adalah satu-satunya orang yang ia biarkan untuk menyaksikan dan menyimpan semua keperluannya ketika ia sedang bermain bersama timnya, hanya untuk membut para gadis di sekolah mereka merasa cemburu. Namun, disaat para gadis itu mengutarakan kecemburuan mereka kepada Ai Zhiyi, Chu Weixu akan langsung memarahi mereka tanpa rasa bersalah.

Ai Zhiyi pernah bertanya, mengapa ia melakukan semua itu? Namun, jawaban yang ia berikan adalah hal yang membuatnya terdiam, bahwa selain karena ia hanya ingin melihat mereka semua menyerah dan berhenti mengganggunya, ia juga berkata bahwa Ai Zhiyi lah yang menjadi satu-satunya orang yang pantas untuk selalu mendampinginya, bukan orang lain. Sehingga mulai saat itu, Ai Zhiyi merasa bahwa Chu Weixu memang sedikit narsis dan licik saat mereka remaja, tetapi itu terkadang membuat Ai Zhiyi tertawa saat memikirkannya.

Dengan tubuh besar dan tinggi yang terlihat begitu atletis, orang-orang melihatnya dengan kesempurnaan yang tak bercelah. Namun, Chu Weixu selalu menggunakan keunggulan itu untuk melawan siapa saja yang berani mengganggu Ai Zhiyi di sekolah mereka. Walau ia tahu bahwa itu akan cukup berbahaya saat ia terluka, ia bahkan terlalu keras kepala untuk mendengarkan siapapun, bahkan tidak peduli dengan penyakit bawaannya.

Orang-orang di keluarganya juga mengaku bahwa Chu Weixu bertingkah seperti seorang gangster muda yang sering melakukan perkelahian walau itu hanyalah sebuah masalah sepele. Ayahnya bahkan sering mendapatkan surat dari kepala sekolah. Akan tetapi, ayahnya hanya mengabaikan surat itu dan meminta saudarinya untuk datang sebagai formalitas.

Waktu itu ayahnya adalah seorang ayah yang selalu bangga padanya, sehingga ia tidak pernah mendapatkan masalah di keluarganya, bahkan tidak pernah peduli dengan bagaimana kelakuan Chu Weixu di sekolah, kecuali kakak perempuannya yang selalu memarahinya.

Namun, seperti yang diketahui, Chu Weixu tidak akan pernah ingin mendengar nasihat apa pun, dan selalu menganggapnya sebagai angin lalu. Hingga, suatu hari Ai Zhiyi memarahinya karena sikapnya yang overprotektif terhadapnya. Di luar dugaannya, itu membuat Chu Weixu sedikit demi sedikit berubah dari kelakuannya yang selalu ingin melindunginya dengan cara kekerasan.

Saat itu, mereka berdua adalah sahabat dan Ai Zhiyi mempercayainya. Namun, suatu hari ketika Chu Weixu mengatakan bahwa ia menyukainya, Ai Zhiyi terkejut dan bahkan tidak mengajaknya berbicara selama berhari-hari. Tetapi, ia juga tidak bisa membohongi bagaimana perasaannya. Ia tahu bahwa selama ini ia juga menyukai Chu Weixu sebagaimana ia menyukai dirinya, dan hanya tidak menyangka bahwa Chu Weixu memiliki perasaan yang sama sepertinya.

Hingga pada suatu pagi, Ai Zhiyi datang padanya dan membuat berandalan itu berjanji bahwa ia akan selalu menuruti apa katanya agar mereka menjadi sepasang kekasih. Tentunya, Chu Weixu menyetujui hal itu tanpa keraguan sedikitpun karena ia berpikir bahwa Ai Zhiyi adalah satu-satunya orang yang harus ia manjakan seumur hidupnya.

Sejak saat itu, Chu Weixu, seekor macan kecil liar, menjadi kucing kecil yang membuat Ai Zhiyi selalu ingin memeliharanya. Chu Weixu menjadi sangat patuh, tapi tidak menghilangkan sikap aslinya yang selalu menyenangkan.

Namun, tetap saja, Chu Weixu adalah seekor macan liar yang bisa kapan saja menjadi liar, seperti sebuah naluri alami di dalam dirinya. Hanya saja, selama ini, ia berbeda dengan dirinya yang dulu, yang masih anak-anak. Di saat mereka remaja, ia tidak kenal takut dan tidak akan memberi ampun kepada siapapun sampai Ai Zhiyi menyuruhnya berhenti. Sekarang, Chu Weixu bisa mengendalikan emosinya. Tetapi, tetap saja, bahwa setiap orang lain yang dengan sengaja memancing keributan dengannya akan berakhir dengan sebuah pukulan di wajahnya.

Untungnya, Chu Weixu tidak pernah sekalipun bertindak kasar padanya. Seperti sekarang, Chu Weixu merasa hatinya benar-benar terbakar namun tak banyak yang bisa ia lakukan selain memeluk kekasihnya yang begitu ia cintai. Seberapa besar kecemburuan dan kemarahan itu, ia tidak akan lebih dari sekedar berdebat, lalu akan berakhir dengan memeluk Ai Zhiyi karena ia percaya bahwa hanya dengan itu ia akan merasa lebih baik.

Setelah dalam keheningan yang lama, masih pada posisi yang sama, Ai Zhiyi pun akhirnya membuka suara dan berkata dengan lembut, "Weixu, aku juga sedang melakukan hal yang sama saat ini."

Ai Zhiyi menggertakkan gigi saat ia mengatakan kata-katanya. Ia memang sudah terbuka kepada Weixu sebagaimana dirinya. Namun, itu tidak menutup kemungkinan bahwa ada hal yang ia sembunyikan, dan takut jika kekasihnya mengetahuinya sehingga membuat hubungan mereka benar-benar hancur. Ia tidak akan bisa bertahan jika hal itu terjadi di kemudian hari.

Ketika Ai Zhiyi menyelesaikan kalimatnya, ia dapat merasakan kedua tangan Chu Weixu semakin erat di tubuhnya sebelum ia kembali mendengar suara Chu Weixu yang berat dan dalam di telinganya.

"Tadi, aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian di rumah sakit. Aku tahu bahwa tidak ada apa-apa di antara kalian berdua, tapi hatiku tetap saja merasa terganggu. Aku mendengar bagaimana dia berbicara padamu. Ia terdengar marah karena sesuatu ...," terdiam sebentar, ia pun melanjutkan, "Bukannya aku tidak percaya padamu, tapi kau memang terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dariku."

Chu Weixu tidak lagi bisa menahan apa yang sejak tadi ia ingin katakan. Itu hanya akan mengganggunya. Jadi, setelah kata-kata itu tertahan cukup lama di lidahnya, ia pun merasa sedikit lebih lega dengan mengatakan semuanya. Setidaknya, itu bisa membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

"Weixu ...." Ai Zhiyi bergumam pelan. Ia ingin berbicara, namun karena ia tahu bahwa yang akan ia sampaikan adalah kebohongan, semua kata-kata itu hanya bisa tertahan di tenggorokannya seperti duri yang menyakitkan.

Bagaimanapun juga, jantungnya sudah terasa memompa darahnya dengan cepat hingga hampir meledak. Ai Zhiyi terpaku dan merasa tubuhnya menegang dengan wajah pucat. Ia khawatir jika saja Chu Weixu mendengar semuanya.


Capítulo 14: Apakah Dia Mendengar Semuanya? (2)

Dalam kekhawatiran, ia bertanya-tanya apakah Weixu mendengar semuanya atau tidak. Itu adalah hal pertama yang muncul di benaknya setelah ia mendengar perkataan Chu Weixu.

Namun, di samping itu, ia juga meyakini bahwa Chu Weixu tidak mendengar percakapannya dengan Qing Hua sepenuhnya. Dari reaksinya, Ai Zhiyi percaya bahwa Chu Weixu terbangun saat ia dan Qing Hua memperdebatkan suatu hal yang membuatnya cemburu. Kecemburuan itu bukan karena ia melihat mereka berdua berciuman, melainkan bagaimana mereka berbicara sehingga ia berusaha mengeluh padanya.

Chu Weixu adalah orang yang tidak bisa berterus terang dalam berbagai aspek, hanya saja ia sulit mengatakan "aku cemburu" secara langsung, jadi ia hanya bisa mengoceh seperti seorang anak kecil yang baru saja direbut permennya.

Memikirkan hal itu, Ai Zhiyi merasa sedikit lega. Pemikiran itu akhirnya bisa membuatnya sedikit tenang. Ia berpikir bahwa setidaknya Chu Weixu tidak mendengar percakapan mereka mengenai bagaimana dirinya dipermainkan ketika Chu Weixu berada di penjara selama tiga tahun dan tidak melihat mereka berdua berciuman. Itu akan cukup sulit bagi Ai Zhiyi untuk menjelaskan semuanya.

Ai Zhiyi bukan tidak mempercayainya, hanya saja ia khawatir mengenai hubungan mereka di masa depan.

Ia juga tidak bermaksud untuk tidak memberitahunya, namun selama dua tahun ini, ia hanya belum bisa menemukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.

Setelah beberapa saat mereka terdiam, Chu Weixu pun akhirnya terdengar mendesah berat sambil melepaskan tangannya dari tubuh Ai Zhiyi secara perlahan. "Aku akan beristirahat." Ia lalu berbalik, berjalan menuju kamar tidur mereka.

Namun, sebelum Chu Weixu membuka pintu, Ai Zhiyi berseru, menawarkan kue yang baru saja ia sajikan untuk Chu Weixu, "Kau tidak ingin makan kue ini dulu? Aku akan membuat teh untukmu."

Ai Zhiyi menatap punggung Chu Weixu dengan mata penuh kecemasan. Ia berharap Chu Weixu akan berbalik dan menunjukkan senyuman yang membuatnya bisa merasa bahwa Chu Weixu tidak marah padanya. Setidaknya, setelah Ai Zhiyi melihat wajah tersenyumnya walau itu adalah kepura-puraan, ia akan merasa lebih tenang.

Tetapi, tanggapan yang sama sekali tidak ia inginkan adalah sebuah jawaban yang membuat hatinya terasa ditusuk dengan sebuah belati. Chu Weixu bahkan tidak menoleh padanya dan dengan segera membuka pintu kamar, lalu menutupnya dengan suara keras tanpa sepatah kata. Itu membuat hatinya hancur di saat yang sama.

Ai Zhiyi merasakan sakit di bagian hatinya yang terluka karena hal itu. Matanya yang lemah perlahan turun menatap lantai, dan dengan hati-hati kepalanya bergerak ke arah kue di atas meja. Ia tersenyum lemah sebagaimana perasaannya yang rapuh saat ini, tetapi ia tidak bisa menangis karena hatinya sudah melakukannya lebih dulu.

Sangat buruk. Padahal hari ini ia bermaksud untuk memberitahu Weixu bahwa ia akan kembali ke Guangzhou untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit. Tetapi, keadaan mereka tidak memungkinkan dirinya untuk mengatakan hal itu. Jika ia tetap bersikukuh untuk mengatakannya, maka keadaan mereka akan bertambah buruk, jadi ia berpikir untuk memberitahunya saat Chu Weixu berada pada suasana hati yang baik.

Sambil menahan kepahitan di hatinya, Ai Zhiyi membereskan dapur mereka yang sedikit berantakan dan meletakkan kue itu di lemari makanan. Namun, tanpa sengaja, ia melihat beberapa obat yang diberikan oleh Chu Xinian sore tadi di dalam bingkisan coklat, lalu segera membawanya masuk ke dalam kamar tidur mereka, dan memasukkannya ke dalam laci.

Menutup laci, ia samar-samar mendengar suara air yang mengalir dari balik pintu kamar mandi. Ia menoleh dan melihat lampu dari bawah celah pintu, lalu tersenyum lemah. Kemudian, ia duduk di sisi tempat tidur sambil menatap layar ponselnya yang berwarna hitam sebelum akhirnya sebuah pesan singkat masuk dan membuatnya menyala.

Ai Zhiyi mengerutkan keningnya. Ia membuka pesan itu dan alisnya sudah hampir menyatu.

"Kak Ai, katanya, kau ingin kembali ke desa bersamaku. Kak Nian baru saja memberitahuku malam ini."

Ai Zhiyi membalas dengan membenarkannya, dan kemudian sebuah balasan masuk dalam waktu dua detik setelah ia menekan tombol 'kirim' dengan ibu jarinya.

"Hebat! Karena ujianku selesai dalam waktu minggu ini, jadi kita bisa pergi minggu depan."

Setelah pesan kedua itu ia baca, pesan berikutnya pun masuk tak lama kemudian.

"Aku akan segera mengabarimu nanti. Dan juga, maaf karena aku tidak bisa datang untuk membantu Kak Chu melayani tamu hari ini. Aku harus fokus pada ujianku tadi. Jika nilaiku buruk pada ujian di mata kuliah satu ini, maka aku akan berakhir di universitas itu. Tapi, tenang saja, besok aku akan datang untuk membantu."

Ai Zhiyi tersenyum tipis ketika membaca pesan singkat dari Wen Qi, yang menurutnya terlalu berlebihan, namun tetap saja membuatnya merasa lucu saat membacanya.

Ia mematikan ponselnya dan meletakkannya di samping meja tempat tidur. Begitu ia hendak berdiri untuk mengganti pakaiannya, Chu Weixu juga keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

Wajah Ai Zhiyi terasa panas seketika seolah darah mengalir di wajahnya dan berkumpul di sana, sehingga membuatnya merona seperti buah apel segar yang baru saja dipetik. Walaupun ia sudah sering melihat tubuh setengah telanjang Chu Weixu, itu tetap saja selalu membuatnya tersipu malu, seperti dua orang yang baru saja menikah.

Sejak dulu, Chu Weixu memiliki tubuh yang ideal. Dan karena Chu Weixu adalah mantan anggota tim basket di sekolah mereka saat di Sekolah Menengah Atas, tubuhnya yang memiliki tinggi setengah kepala dari Ai Zhiyi, membuat Chu Weixu memiliki daya pikat luar biasa, yang membuat para wanita tidak bisa mengalihkan mata darinya. Ai Zhiyi bahkan berpikir bahwa ketampanan Chu Weixu menyaingi ketampanan dari seorang dewa tertampan sejagat Raya.

Namun, karena hal itu juga, Ai Zhiyi pernah merasa begitu khawatir. Dulu ia sangat khawatir, karena banyaknya wanita yang berusaha mendekatinya, ia takut bahwa Chu Weixu akan berpaling darinya. Tetapi, selama bertahun-tahun, waktu telah menjawab ketakutannya dimana ia yakin bahwa Chu Weixu tidak akan pernah melakukannya.

Ai Zhiyi sedikit menundukkan kepala, berpura-pura membuka kancing bajunya sambil berjalan menuju lemari pakaian tanpa mengatakan apa-apa, melewati Chu Weixu begitu saja yang saat ini mengusap kepalanya yang basah dengan menggunakan handuk kering.

Namun, walau sikap Ai Zhiyi terlihat acuh tak acuh, ia sendiri merasa tersipu di hatinya saat ia melihat Chu Weixu keluar dengan penampilan seperti itu. Ai Zhiyi pun menundukkan kepalanya dengan sengaja, hanya karena ia ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Ai Zhiyi membuka lemari dan mengambil piyamanya yang terselip di antara beberapa lipatan pakaian. Ia tidak segera mengenakannya, melainkan ia meletakkannya di atas tempat tidur, lalu membawa pakaian kotornya masuk ke kamar mandi dan meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu, ia menyalakan keran air dan berdiri di bawah pancuran air, menikmati air hangat yang jatuh, mengaliri setiap sela tubuhnya yang ramping.

Beberapa saat kemudian, ia mematikan keran dan baru mengingat bahwa ia lupa membawa handuk. Jadi, karena ia tidak ingin keluar dengan keadaan telanjang, ia pun berteriak untuk meminta Chu Weixu membawakan handuk padanya.

"Weixu, bisakah kau membawakan handuk untukku? Aku lupa membawanya."


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C13
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank 200+ Ranking de Potência
    Stone 0 Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login

    tip Comentário de parágrafo

    O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

    Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

    Entendi