Suasana di ruang makan tampak hening, hanya terdengar suara piring dan sendok yang saling beradu. Ada empat orang yang sedang menyantap makanan di sini. Aku, Zero, Mahesa dan Nenek Vella. Namun, tak ada satu pun dari kami yang bersuara.
Setelah selesai menyantap makanan, Nenek Vella tiba-tiba berdeham. "Hm, anak muda. Namamu Zero, bukan?" tanyanya.
Zero yang baru saja meneguk air pun kini menoleh padanya seraya menganggukan kepala. "Benar, itu namaku."
"Hm, nama yang unik. Kau juga sangat tampan. Sekarang aku mengerti alasan Giania tergila-gila padamu."
Aku nyaris tersedak minuman yang masih berada dalam mulut karena mendengar ucapan Nenek Vella ini.
"Sebenarnya Zero ... tapi kau jangan marah ya aku bercerita seperti ini."
Kening Zero mengernyit dalam. "Memangnya kenapa?"
"Janji dulu kau jangan marah."
Zero menganggukan kepala. "Aku tidak akan marah."