Tak kuasa menahan kesal dan sakit hati, aku pun berjalan menghampiri mereka. Mereka tampaknya belum menyadari kehadiranku yang sudah berdiri tepat di belakang karena mereka memang duduk bersebelahan dalam posisi membelakangiku.
Aku berdeham untuk menarik atensi mereka sembari berpangku tangan, dan rupanya berhasil karena kulihat dengan serempak mereka menoleh ke arahku.
"Giania, kau sudah bangun?" tanya Zero sambil mengulas senyum. "Kemari. Duduk di sini." Dia merentangkan tangan kanan padaku, menyambutku agar bergabung dengan mereka.
Namun, alih-alih menerimanya, tatapanku sekarang tertuju sepenuhnya pada Sadin. Dia tak mengatakan apa pun dan ekspresi wajahnya juga biasa saja seolah tak merasa bersalah sedikit pun sudah mendekati suamiku, apalagi dia yang tak menyampaikan pesanku tadi pada Zero. Aku yakin jika dia menyampaikan pesanku pada Zero agar aku dibangunkan saat dia kembali, pasti Zero akan membangunkanku. Ya, di mataku Sadin yang bersalah di sini.