Aku berusaha memberontak, mencoba mendorong Zero agar menjauh dariku. Namun, tak berhasil karena semakin aku mendorongnya, semakin dia menekan tengkukku dengan tangannya sehingga ciuman kami semakin dalam.
Aku tidak tahu ternyata Zero sangat pandai dan ahli dalam hal mencium karena dia begitu lihai memainkan bibirnya sampai aku mulai terbuai dan seolah kehilangan akal sehat. Aku mulai tak kuasa melawannya, kedua tanganku yang sejak tadi berusaha mendorong perlahan mulai melemas. Bahkan entah sejak kapan kedua tanganku ini beralih menjadi melingkari lehernya.