Daun teh yang dibawa Xue Cheng diletakkan di dalam sebuat tas. Saat sekretaris itu melihatnya, dia dapat melihat bahwa itu adalah daun teh yang mahal sehingga dia berkata, "Saya tidak bisa menerima ini."
Gao Lao sudah memerintahkan kepadanya bahwa dia tidak akan menerima hadiah dalam bentuk apapun!
Setelah hadiah Xue Cheng ditolak, dia merasa semakin malu. Apa benar Xixi sudah menyinggung keluarga Gao?
Saat Xue Cheng sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba sebuah mobil sport dengan atap terbuka berhenti di dekat mereka. Saat jendela mobil terbuka, sekretaris itu menyingkir ke samping kemudian membungkukkan tubuhnya dan menyapa, "Tuan muda Chen."
Gao Yanchen hanya melambaikan tangannya menanggapi sapaan sekretaris itu kemudian dia menyetir masuk.
Xue Cheng mengerutkan alisnya.
Saat melihat raut wajah Gao Yanchen yang biasa saja, dia langsung tahu alasan yang mengatakan bahwa Gao Lao tidak enak badan hanyalah sebuah alasan semata.
Xue Cheng merasa tidak bisa terus berada di sini karena bisa membuat keluarga Gao semakin tidak mau menerimanya. Saat dia baru saja berencana untuk berbalik badan dan pergi, tiba-tiba mobil sport yang baru saja melewati pintu gerbang melaju mundur. Gao Yanchen kemudian dengan ragu-ragu bertanya, "Papa Xue Xi?"
Gao Yanchen pernah bertemu dengan Xue Cheng di sebuah acara resmi.
Xue Cheng menganganggukkan kepalanya, "Benar."
Saat mendengar itu, Gao Yanchen langsung turun dari mobilnya kemudian dengan sangat sopan berkata, "Paman Xue, Anda datang untuk bertamu, kan? Ayo masuk!"
"..."
Xue Cheng yang sebelumnya sudah hampir putus asa tiba-tiba dia menjadi tertegun dan kebingungan, 'Apa yang terjadi?'
Sekretaris itu lebih tertegun mendengar itu, "Tuan muda Chen, Tuan Gao…"
Gao Yanchen dengan tidak sabar memotong perkataan sekretaris itu, "Nanti saja bicara di dalam, apa ini cara keluarga Gao memperlakukan tamu dengan menahannya di luar?"
Sekretaris itu terdiam, "..."
Sekretaris itu sangat kebingungan karena Gao Yanchen yang biasanya selalu tidak memperdulikan siapapun tiba-tiba menjadi sangat ramah menyambut tamu.
Tapi sekretaris itu tidak berani mengatakannya.
Setelah mereka masuk ke dalam ruang tamu, Gao Yanchen berkata, "Paman Xue, silahkan duduk dulu. Aku akan pergi memanggil kakek."
Setelah mengatakan itu dia melihat hadiah yang ada di tangan Xue Cheng kemudian bertanya, "Ini hadiah, ya? Aku akan membawanya masuk ke dalam."
Xue Cheng dengan canggung menganggukkan kepalanya, kemudian dia duduk di atas sofa.
Gao Yanchen membawa hadiah itu masuk ke dalam. Gao Lao sedang berjemur di atas balkon, saat melihat Gao Yanchen masuk dia langsung menghela nafas dan berkata, "Kamu bolos lagi?"
Gao Yanchen berjalan ke arah Gao Lao, "Ada tamu yang datang."
Gao Lao melambaikan tangannya, "Kakek tidak mau menemuinya, selama beberapa waktu ini kakek tidak akan menemui siapa-siapa."
Gao Yanchen berlutut kemudian menarik janggut Gao Lao dan berkata, "Kek, kali ini kakek harus menemuinya!"
Gao Lao merintih kesakitan kemudian langsung bangkit berdiri, dia memukul tangan Gao Yanchen, "Tidak sopan!"
Setelah mengatakan itu dia melihat sebuah kotak yang dipegang oleh Gao Yanchen dan dengan penasaran berkata, "Siapa yang datang hingga membuatmu bersikap seperti ini? Baiklah, kakek akan menemuinya tapi kakek tidak bisa menerima hadiah."
Gao Yanchen memberikan kotak hadiah itu ke tangan Gao Lao dan berkata, "Harus menerimanya!"
Gao Lao menghela nafas dan berkata, "Kamu tidak mengerti, akhir-akhir ini ada orang hebat yang baru saja datang, jika kakek menerima hadiah maka akan ada hal buruk yang terjadi."
Walaupun Gao Yanchen tidak memahaminya tapi dia juga tidak bisa membuat kakeknya berada dalam masalah, tapi jika tidak menerima hadiah ini dia khawatir bisa membuat Xue Cheng merasa malu.
Dia melihat kotak yang ada di tangannya, kemudian dia membukanya dan berkata, "Aku akan melihatnya dulu apakah mahal atau tidak, jika mahal terima saja, jika tidak paman Xue akan merasa malu."
Saat Gao Lao ingin mengatakan sesuatu dia langsung melihat kotak teh yang tidak asing dikeluarkan dari dalam tas...
Gao Yachen melihat kotak daun teh itu kemudian bertanya, "Kek, kenapa aku merasa hadiah ini tidak asing?"
Gao Lao langsung bangkit berdiri, Tentu saja tidak asing, itu adalah kotak teh milikku! Itu adalah daun teh Dahongpao yang selalu aku simpan karena tidak rela meminumnya tapi kemudian Xiang Shuai memintanya, sekarang dia mengembalikannya kepadaku? Tapi… dia mengatakan bahwa teh ini untuk hadiah pernikahan, hadiah pernikahan… tapi di sini tidak ada anak perempuan!... Jangan bilang calon istri Xiang Shuai berasal dari keluarga Xue?!
Gao Lao dengan panik menelan air liurnya. Dia langsung mengambil kotak teh itu dari tangan Gao Yanchen dan bertanya, "Di keluarga Xue ada anak perempuan yang masih muda dan sudah mencapai umur untuk menikah?"
Gao Yanchen kemudian menjawab, "Jika yang mencapai umur untuk menikah tidak ada, tapi mereka berdua kelas 3 SMA, yang satu namanya… aku tidak ingat, tapi dia sudah bertunangan, kemudian yang satu lagi…"
Dia berhenti sejenak kemudian suaranya berubah menjadi canggung, "Namanya Xue Xi, dia anak keluarga Xue yang hilang selama 18 tahun dan baru saja kembali beberapa hari yang lalu."
Gao Lao pun berkata dalam hati, 'Baru kembali beberapa hari yang lalu?... Xiang Shuai juga baru saja datang ke kota Bing beberapa hari yang lalu…'
Setelah menghubungkan semua informasi yang dia miliki, Gao Lao yakin bahwa orang itu adalah Xue Xi!
Dia dengan panik berkata, "Keluarga Xue yang ada di luar saat ini…"
"Papanya Xue Xi!"
Kaki Gao Lao terasa lemas dan dia merasa sedikit pusing.
'Itu berarti dia adalah papa mertua Xiang Shuai!!!' Ucap Gao Lao dalam hati.
Dia tidak berani mengulur waktu lagi dan langsung mengambil kotak daun teh itu lalu berlari kecil.
Xue Cheng sedang menunggu di ruang tamu.
'Setelah melihat sikap Gao Yanchen, aku merasa Gao Yanchen tidak memiliki dendam terhadap Xixi, tapi aku tidak paham kenapa Gao Lao tidak mau menemui diriku…'
Saat sedang memikirkan itu, dia mendengar suara langkah kaki dan suara Gao Lao yang memberikan perintah, "Cepat berikan tuangkan teh hitam untuknya!"
Kemudian bayangan Gao Lao muncul di ruang tamu.
Xue Cheng dengan cepat bangkit berdiri. Saat dia hendak membungkukkan tubuhnya dan memberi salam, Gao Lao dengan cepat sudah berdiri di depannya kemudian dengan suara yang ramah berkata, "Xue Cheng, maaf ya."
Xue Cheng terkejut dengan sikap Gao Lao. Dia membungkukkan tubuhnya dan berkata, "Aku yang datang terlalu tiba-tiba."
Gao Lao menggenggam tangan Xue Cheng dengan erat untuk tidak membiarkan Xue Cheng membungkukkan tubuhnya, kemudian mempersilahkannya duduk di atas sofa, "Tidak, tidak. Kamu bisa datang kemari kapan saja ke rumahku yang sederhana ini."
Kepala Xue Cheng seketika menjadi kosong, "Tuan Gao, aku tidak bisa menerima perkataan Anda yang terlalu baik kepadaku."
Gao Lao tertawa dan berkata, "Xue Cheng, apanya yang tidak bisa diterima. Jika ada masalah kamu bisa langsung mengatakannya kepadaku, sedangkan untuk masalah teh ini…"
…
Setelah Xue Xi selesai kelas dan pulang ke rumah, dia seperti orang yang bersembunyi di dalam kamarnya dan terobsesi mengerjakan soal latihannya.
Hingga Ye Li memanggilnya untuk turun dan makan malam, Xue Xi baru keluar dari dalam kamarnya.
Saat sedang duduk di meja makan, dia menyadari tuan besar Xue, nyonya besar Xue, hingga Xue Yao juga ada dan duduk di depannya, hanya Xue Cheng yang tidak ada.
Setelah makan 1 suap sayur dia baru melihat ke arah Ye Li dan bertanya, "Ma… papa dimana?"
Karena dia tidak terbiasa mengatakan kata 'Papa' jadi dia mengatakan itu dengan canggung.
Ye Li sudah sering mendengar Xue Xi mengatakan kata 'Mama' jadi dia sudah mulai terbiasa dan tidak begitu emosional seperti saat pertama kali mendengarnya, tapi setelah mendengar Xue Xi mengatakan 'Papa' dia merasa senang.
Dia mengambil sepotong daging untuk Xue Xi setelah itu dengan khawatir menjawab, "Papamu pergi ke rumah keluarga Gao dan masih belum pulang."
Nyonya besar Xue mendengus dingin dan berkata, "Cinta orang tua itu sangat mengerikan, lihatlah karena kamu dan Xue Cheng memanjakan Xue Xi, dia membuat masalah besar! Lihat saja sifatnya sama sekali tidak sebanding dengan Yaoyao yang sekali lihat langsung tahu dia adalah anak yang baik… Yaoyao, makanlah lebih banyak, akhir-akhir ini kamu terlihat lebih kurus, jangan sampai sakit, nenek masih menunggumu memenangkan olimpiade sains!"
Saat Xue Yao mendengar ini dia malah langsung tertegun hingga gerakannya terhenti.
Dia langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Xue Xi.
Sebelum mengatakan apapun, terdengar suara pintu yang terbuka.
Xue Cheng mengerutkan alisnya dan berjalan masuk dengan kebingungan.
Ye Li dengan cepat bangkit berdiri, "Kamu sudah pulang."
Kemudian dia melihat kotak teh yang ada di tangannya dan bertanya, "Gao Lao tidak menerima tehnya?"
Nyonya besar Xue langsung meletakkan sumpit ke meja makan dengan sangat keras dan berkata, "Aku sudah bilang jika tidak memukul Xue Xi sampai babak belur maka tidak akan meredakan amarah Gao Lao, sekarang lihatkan, bahkan dia tidak mau menerima tehnya, masalah projek itu kita pasti tidak akan mendapatkannya!"
Tuan besar Xue dengan panik melihat ke arah Xue Cheng tapi dia malah melihat Xue Cheng menggelengkan kepalanya dan dengan kebingungan dan berkata, "Bukan, Gao Lao mengatakan projek itu akan diberikan kepada keluarga Xue dan teh ini dia berikan kepadaku untukku meminumnya…"