"Tidak ada apa-apa." Gong Mo tidak ingin menceritakan permasalahan tentang kerabatnya kepada Sheng Nanxuan, kemudian ia pun mengalihkan topik pembicaraan, "Ibu mana yang tidak sedih ketika anaknya akan menikah? Ibu baru saja membesarkanku dan belum menikmati baktiku padanya."
Sheng Nanxuan tersenyum dan menoleh ke arah Ibu Gong. Lalu ia berkata, "Bibi jangan khawatir. Untuk ke depannya, saya dan Momo akan bersama-sama berbakti kepada Bibi, membuat Bibi menikmati kebahagiaan."
Ibu Gong berkata sambil tersenyum, "Baiklah, aku sudah merasa bersyukur kamu sudah sangat baik kepada Momo. Aku masih muda, aku bisa menghidupi diriku sendiri. Tidak perlu bakti dari kalian."
Sesampainya di hotel, mereka bertiga masuk ke dalam ruang makan hotel. Saat itu Paman Gong dan yang kerabat Gong Mo yang lainnya masih belum datang. Sambil menuangkan teh, pelayan bertanya, "Maaf, kapan hidangannya ingin disajikan?"
"Nanti saja saat semuanya sudah datang di sini." Jawab Sheng Nanxuan, "Sajikan sepiring buah dan kue untuk para wanita ini terlebih dahulu."
"Baik, Tuan." Pelayan meletakkan teko teh, setelah itu melangkah mundur.
Kemudian Sheng Nanxuan mengambil teh dan menyerahkannya pada Ibu Gong dengan kedua tangannya, "Bibi, silakan diminum."
Ibu Gong tersenyum, kemudian ia mengambil teh itu dan berkata, "Kapan kamu mengganti panggilanmu kepadaku?"
Sheng Nanxuan pun memanfaatkan kesempatan ini, "Jika Ibu tidak keberatan, saya akan mengubahnya sekarang juga."
"Uhuk…" Gong Mo tiba-tiba tersedak saat mendengar Sheng Nanxuan berkata seperti itu kepada Ibunya. Bagaimana bisa ada orang yang tidak tahu malu seperti itu? Mengganti panggilan seenaknya saja. Batin Gong Mo.
Kemudian Sheng Nanxuan memegang tangan Gong Mo dan mencubitnya. Saat itu Gong Mo ingin menariknya kembali, tapi tangan Sheng Nanxuan memegang dengan erat sehingga membuat Gong Mo tidak bisa menggerakkan tangannya.
Saat melihat mereka berdua, Ibu Gong ingin menutupi matanya. Bagaimana bisa anak muda ini menunjukkan kasih sayang di depanku? Batinnya.
Saat ini, di luar tiba-tiba terdengar suara percakapan beberapa orang dan diiringi langkah kaki.
"Di ruangan ini kan? Kenapa tidak ada yang menjemput kita? Bagaimana kalau kita salah ruangan?" Ucap Bibi Tertua.
Kemudian Ibu Gong segera berdiri dan Gong Mo berkata dengan tergesa-gesa, "Aku saja."
Sheng Nanxuan tiba-tiba langsung menarik Gong Mo, "Kenapa terburu-buru? Duduk saja."
Ibu Gong berpikir perkataan Sheng Nanxuan masuk akal. Sehingga ia pun kembali duduk dengan santai. Sesaat kemudian, pintu ruangan makan pribadi ini didorong dan perlahan mulai terbuka. Saat itu Paman Gong dan kerabat Gong Mo yang lainnya mulai masuk. Selain orang-orang tadi malam, ada juga Paman Kecil Gong Mo, Gong Jin yang merupakan putra dari paman ketiga, dan juga Tian Cheng yang merupakan putri dari Bibi Kecil.
"Oh!" Paman Tertua Gong sedikit terkejut saat melihat Sheng Nanxuan, "Ini suaminya Momo? Tampan juga!"
Kemudian Sheng Nanxuan pun langsung berdiri, "Halo."
Gong Mo memperkenalkan Sheng Nanxuan dengan tergesa-gesa. Raut wajah semua orang kini terlihat berbeda, awalnya mereka mengira Gong Mo mengandung anak Sheng Donglin, lalu mencari pria pengganti dan pasti pria itu bukanlah pria yang baik-baik. Mereka juga mengira bahwa pria itu pasti pria miskin, pendek dan jelek.
Namun mereka tidak menyangka, ternyata calon suami Gong Mo begitu tampan dan sikapnya juga sangat baik. Melihat penampilannya saja, tidak ada yang akan meragukan bahwa pria ini adalah pria tampan dan kaya.
Untuk sementara, semua orang beradaptasi dengan kesulitan, dan juga menyimpan ejekan yang telah mereka siapkan sebelumnya. Mereka hanya bisa duduk dan minum teh saja. Di sisi lain, Tian Cheng yang sangat menyukai Gong Mo, dan dengan pelan ia berkata kepada Gong Mo, "Kakak Ipar sangat tampan, Kakak Sepupu sangat beruntung."
Kemudian Gong Mo tersenyum dan berkata, "Kamu juga sangat beruntung. Apakah kamu sibuk belakangan ini?"
"Sebentar lagi ujian akhir. Tentu saja aku sibuk." Bisik Tian Cheng, "Menurut Kakak, aku lebih baik memilih seni liberal atau sains?"
"Lihat saja mana yang kamu sukai. Jika kamu tidak menyukainya, kamu tidak akan tertarik untuk belajar."
Sheng Nanxuan melirik mereka dan melihat kerabatnya yang lain. Tampaknya di antara orang-orang ini, hanya gadis kecil ini yang memiliki hati nurani yang baik. Namun berbeda dengan yang lain, yang sikapnya tidak begitu sopan.
Setelah minum setengah cangkir teh dalam diam, Sheng Nanxuan mengambil teko dan mengisinya untuk semua orang. Meskipun mereka tidak baik pada Gong Mo, namun mereka adalah sesepuh dan kerabat Gong Mo. Ketika mereka harus dihormati, Sheng Nanxuan akan tetap menghormatinya.
Tetapi jika sekelompok orang ini bertindak semena-mena dan tidak sopan, jangan salahkan Sheng Nanxuan yang juga akan bersikap tidak sopan kepada mereka. Ini namanya bernegosiasi dengan pihak lain dengan cara yang sopan, kemudian menggunakan cara-cara yang tidak segan jika tidak berhasil.
Orang-orang yang ada di sana dikejutkan oleh sikap Sheng Nanxuan, dan mereka mengira Sheng Nanxuan adalah orang besar. Sekarang ketika Sheng Nanxuan malah menuangkan teh untuk mereka, mereka merasa bahwa Sheng Nanxuan hanya bersikap sok kaya. Mereka pikir, Sheng Nanxuan pasti tidak punya masa depan yang cerah.
Buat apa terlihat kaya jika memang sebenarnya miskin? Batin mereka semua.