James masih memikirkan ucapan Maya terhadapnya, ia tak dapat membayangkan jika kepala sekolah tempatnya mengajar melihat kedekatannya dan Felicia. Dia beruntung Maya datang tepat waktu. "Terima kasih, Maya. Kamu sudah datang di saat yang paling pas. Saya merasa berhutang budi padamu, kapan-kapan aku akan mentraktir kamu," ucapnya dengan sungguh-sungguh.
Maya tersenyum geli melihat wajah sungkan James kepadanya. Dia justru terkekeh dengan ekspresi lelaki yang masih memandangnya itu. "Tak perlu repot-repot, Pak. Saya melakukan itu juga demi sahabat dekatku, Felicia," jawabnya sambil melangkahkan kaki keluar dari ruang laboratorium.
James masih terpaku di tempatnya berdiri, ia masih terkejut memikirkan perkataan Maya. Selama ini sebagai seorang guru dan juga wali kelas, dia sudah berusaha untuk menahan perasaannya pada gadis yang sudah menarik hatinya. Namun sepertinya lelaki itu telah berada di sebuah titik di mana dia sudah tak mampu lagi menahan perasaannya pada sang murid.
Tak berapa lama, suara bel tanda masuk berdering cukup keras. Satu per satu semua murid di kelas Felicia berhamburan masuk ke dalam laboratorium. Hal itu cukup mengejutkan bagi sang guru biologi. James terpaksa mengakhiri lamunan panjangnya sejak Maya meninggalkan ruangan itu. Dirasa semua sudah hadir dan siap menerima materi praktek yang akan diberikan, ia pun langsung berdiri di depan laboratorium. "Selamat pagi semuanya," sapa James pada murid-muridnya termasuk Felicia dan Maya yang duduk di meja paling belakang.
"Selamat pagi, Pak," balas mereka semua dengan sangat semangat dan gembira. Hampir seluruh siswa di sekolah itu sangat menyukai sosok James Sebastian. Selain tampan, dia adalah guru yang cukup cakap dalam mengajarkan materi pelajaran.
Sebuah senyuman terlukis begitu indah di wajah tampan James. Para siswi sudah sangat heboh saat melihat sang guru biologi. Seolah mereka sudah terhipnotis dengan pesonanya.
"Pak James!" Seorang siswi berdiri sambil menatap guru yang masih berdiri di depan semua siswa.
"Ada apa Sinta?" tanya James pada seorang murid yang tadi memanggil namanya.
Sinta memandang James penuh arti, mengisyaratkan sebuah perasaan yang tersembunyi di dalam hatinya. "Apakah Pak James memiliki kekasih?" Pertanyaan Sinta itu membuat seluruh orang bersorak kepadanya. Mereka semua tak menyangka jika Sinta berani menanyakan hal itu di depan kelas.
Di sudut yang lainnya, Felicia juga memandang wali kelasnya sambil menantikan sebuah jawaban yang juga sangat dinantikannya. Hatinya terlalu berdebar menunggu lelaki yang berdiri di depan itu memberikan jawaban untuk Sinta. Namun lagi-lagi mereka semua hanya mendapatkan kekecewaan.
"Sudah-sudah! Ayo kita mulai prakteknya sekarang." James lalu mengambil beberapa akar dan juga daun yang sudah disiapkan sebelumnya. "Maya! Tolong bagikan akar ini pada setiap kelompok," perintahnya pada sahabat Felicia.
"Baik, Pak!" Maya langsung bangkit dari tempat duduknya lalu membagikan beberapa akar kepada teman-temannya. Begitu selesai, ia langsung duduk kembali ke kursi ya dipakainya tadi.
James juga mengambil akar yang dibagikan Maya lalu berdiri di hadapan mereka semua. "Sayatlah akar tanaman itu, baik secara melintang atau membujur. Letakkan pada kaca objek, lalu tutuplah dengan kaca penutup. Amatilah masing-masing preparat tersebut di bawah mikroskop. Tugas kalian adalah menggambar hasil pengamatan ini." Dia pun berjalan keliling ruangan itu sambil mengamati pengamatan mereka pada setiap kelompok. "Jangan lupa tuliskan, apa saja jaringan penyusun akar itu?" tambahnya lagi sambil memandang kelompok Felicia dan Maya.
"Banyak sekali tugasnya." Hampir semua orang mulai menggerutu karena tugas yang diberikan pada sang guru. Selain menggambarkan hasil pengamatan, James juga menyuruh mereka untuk menuliskan semua jenis jaringan pada akar. Tentu saja mereka semua akan mengeluh pada guru biologinya itu.
Tiba-tiba saja bel istirahat berdering, mereka semua bersorak kegirangan. Felicia langsung memandang ke arah guru biologi yang masih berdiri di hadapan mereka. Gadis itu ingin memandangi James sebelum lelaki itu kembali ke ruangannya.
"Kalian bisa mengumpulkan semua tugas ini besok pagi. Kalau begitu kita akhiri pelajaran hari ini, selamat beristirahat." James pun mengakhiri pelajaran pagi itu lalu keluar dari laboratorium. Diikuti oleh beberapa murid yang juga keluar untuk istirahat dan juga kembali ke kelasnya.
Felicia dan Maya langsung membereskan semua peralatan yang baru saja dipakai. Mereka berdua memang bertugas untuk membantu James selama sebulan ke depan sebagai hukuman atas kelalaiannya beberapa hari yang lalu.
"Apa gambarmu tadi sudah selesai?" tanya Maya pada sahabatnya yang sedang membersihkan meja.
Felicia menghentikan aktivitasnya lalu memalingkan wajah ke arah Maya. "Aku belum selesai menggambarnya tapi aku sempat memotret salah satu gambar yang tadi sudah berhasil di selesaikan oleh Alvin," jawabnya sambil menunjukkan sebuah foto dari ponselnya.
Maya mengerutkan keningnya sambil menatap layar ponsel milik sahabatnya. "Kalau si Alvin ... jangan ditanya lagi. Dia memang jago gambar. Dalam beberapa menit saja pasti sudah selesai," sahutnya sambil meneruskan beberes yang sedikit tertunda. "Aku punya ide!" cetus Maya dengan sangat yakin.
"Aku meragukan idemu, Maya." Felicia terlihat tidak tertarik dengan ide yang diusulkan oleh sahabat dekatnya. "Pasti berhubungan langsung dengan Pak James," lanjut Felicia sambil memandang sosok gadis cantik yang berpakaian cukup sexy di depannya.
Gadis itu langsung terkekeh sendiri mendengar respon Felicia. "Apa kamu bisa membaca pikiranku?" tanya Maya sambil senyum-senyum sendiri.
"Aku sangat tahu apa isi kepalamu itu!" sahut Felicia sebelum keluar dari laboratorium. Dia tak pernah mengerti apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu. Seolah Maya terus saja mendekatkan dirinya dan juga wali kelasnya itu. Padahal selama ini, Felicia tak pernah memberitahukan perasaannya kepada siapapun. Dia masih memilih untuk menyimpan perasaannya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Bukan tanpa alasan, Felicia berpikir jika kisah cinta guru dan murid itu pasti akan menjadi berita kontroversial di dalam sekolah barunya.
Tanpa terasa, jam pulang pun telah tiba. Seluruh murid langsung berhamburan keluar dari dalam kelas, tak terkecuali dua sahabat yang terlihat sangat akrab dan juga kompak itu. Mereka berdua berjalan bersama menuju tempat di mana mobil Maya telah terparkir. Sebelum masuk ke dalam mobil, James tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.
"Maya! Saya ingin membayar hutang untuk mentraktirmu hari ini. Kamu boleh mengajak Felicia," ujar James sambil berdiri tak jauh dari dua muridnya. "Saya tak akan tidur nyenyak jika tak segera membayar hutang," tambahnya sambil tersenyum hangat pada mereka berdua.
Maya langsung memandang gurunya dan juga Felicia secara bergantian. Dia yakin jika sahabat dekatnya itu pasti akan menolak permintaannya. "Saya akan pergi dengan Pak James jika Felicia juga ikut. Jadi ... jangan salahkan saya jika Anda tak bisa tidur nyenyak. Hanya satu orang yang bisa Anda salahkan," sahut Maya sambil melirik gadis cantik di sebelahnya.
Happy Reading