Samping gerbang desa Konohagakure No Sato terdapat sebuah bangunan kecil yang digunakan bagi para Chunin yang bertugas menjaga gerbang untuk memantau setiap orang yang keluar masuk desa Konoha baik itu ninja atau warga sipil. Tugas ini mungkin kelihatan mudah bagi kebanyakan orang dan banyak yang menganggap remeh tugas yang semudah menjaga gerbang, tetapi jangan salah tugas ini sebenarnya tugas yang sangat sulit karena jika penjaga gerbang yang menjaga gerbang itu lemah, kemungkinan mata-mata akan masuk atau ninja lain dari desa yang masuk ke desa Konoha akan sangat mudah.
Dalam bangunan kecil samping gerbang desa Konohagakure No Sato terlihat dua orang Chunin yang sedang melakukan penjagaan. Kedua Chunin ini bernama Hagane Kotetsu dan Kamizuki Izumo. Keduanya adalah Chunin yang setiap hari melakukan penjagaan terhadap gerbang desa Konohagakure No Sato dan tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan peran kedua orang ini dalam menjaga gerbang selama kedua orang ini masih berada ditempat atau desa Konoha.
"Kapan saya bisa naik jabatan dan naik pangkat menjadi seorang Jounin?" Tanya Kotetsu sambil bersandar lemas di meja kerjanya.
"Berdoa saja Kotetsu. Semoga Sandaime-sama memiliki hati yang sangat senang bisa menaikan pangkat kita berdua menjadi seorang Jounin" Kata Izumo yang sedang membalikan halaman buku tamu untuk setiap orang yang keluar dan masuk dari desa Konohagakure No Sato.
"Ha ~ Saya harap saya bisa cepat naik pangkat. Sialan!... Hanya tersisa beberapa dari kita yang di angkatan kami yang masih belum menginjak ke pangkat itu. Kakashi, Gay, Genma, dan lainnya sudah naik pangkat menjadi Tokubetsu Jounin, Jounin bahkan Elite Jounin" Kata Kotetsu dengan nada sedih.
Izumo dengan santai menepuk punggung Kotetsu "Sabar.. Coba kamu ingat, masih ada beberapa orang yang sama seperti kami. Ada Kurenai yang masih memiliki pangkat Chunin seperti kami sekarang. Tidak butuh waktu yang lama untuk kita bisa sama seperti mereka" Kata Izumo dengan nada membujuk Kotetsu yang sedih.
Bersamaan dengan kedua orang itu berbicara, dari arah depan gerbang terlihat seorang laki-laki yang memiliki penampilan rambut putih yang ditarik kebelakang, kulit sawo matang, tinggi sekitar 180 cm. Laki-laki itu mengenakan kemeja lengan panjang yang diangkat sampai ke siku, celana panjang hitam serta sebuah sepatu ninja. Kedatangan laki-laki itu digerbang Konohagakure langsung menarik perhatian dari Kotetsu dan Izumo yang sedang melakukan penjagaan.
"Berhenti!" Teriak Izumo sambil memandang ke arah laki-laki itu.
Mendengar sebuah suara, laki-laki itu berhenti dan menatap ke arah kedua Chunin tersebut yang sedang melihat ke arah dirinya dengan tatapan serius. Merasa bahwa ada sesuatu, laki-laki itu berjalan menuju ke arah gedung yang ditempati oleh Kotetsu dan Izumo.
"Siapa kamu? Saya belum pernah melihat kamu di sini?" Tanya Kotetsu dengan nada serius.
Laki-laki yang baru saja sampai di gedung yang dijaga oleh kedua orang itu hanya menatap keduanya "Apa mereka orang yang menjaga gerbang ini?. Sepertinya untuk bisa masuk ke desa ini saya harus melakukan pelaporan dan juga berbagai hal merepotkan lainnya. Saya juga merasakan adanya yang mengintip dari arah gedung pusat desa ini. Pada saat saya bersentuhan dengan garis gerbang juga terasa ada sebuah penghalang yang bisa memberitahukan kedatangan saya di sini. Menarik" Pikir laki-laki itu sambil menatap ke arah kedua Chunin yang duduk di depannya dengan tatapan serius.
Laki-laki itu tersenyum "Nama saya Emiya Shirou, kalian bisa memanggil saya sesuka hati kalian" Kata Laki-laki itu. Nama sebenarnya laki-laki itu adalah Shiro, akan tetapi dia tidak memiliki nama keluarnya. Dia memilih nama Emiya untuk dipakai sebagai nama keluarganya, sekaligus memberikan sebuah penghormatan kepada temannya yaitu Archer.
"Jadi Emiya-san, apa tujuan kamu untuk datang ke desa ini?" Tanya Izumo.
"Saya hanya ingin berkunjung dan melihat-lihat desa kamu ini, apa saya tidak diperbolehkan untuk masuk?" Tanya Shiro sambil mengangkat alisnya dengan nada sedikit sedih. Jika mereka menolak untuk memberi akses Shiro masuk, Shiro juga tidak akan memaksa hanya dia akan mencoba masuk dengan cara lain biasa dilakukan olehnya yaitu menggunakan kekuatannya.
Kotetsu menggelengkan kepalanya "Tidak, kamu bisa masuk ke dalam. Hanya saja, apa kamu memiliki surat-surat yang dikeluarkan oleh desa kamu?, karena jika tidak kamu perlu menuliskan nama kamu di buku kami beserta dengan membayar sejumlah uang masuk" Kata Kotetsu
Shiro menghela nafas "Surat kah? Saya tidak mempunyai hal-hal seperti itu. Berapa banyak uang yang perlu saya bayar untuk biaya masuk?" Tanya Shiro dengan santai sambil mulai menuliskan namanya di buku yang sudah diberikan oleh Kotetsu.
"Tidak terlalu banyak. Hanya 20.000 Ryo untuk biaya masuk ke desa kami" Kata Kotetsu.
"Ryo? Apa itu mata uang yang mereka gunakan pada zaman ini?.. Sangat berbeda dengan Zaman Hagoromo dulu yang menggunakan koin emas, perang dan tembaga sebagai mata uang. Perkembangan zaman mereka sudah cukup maju. Hanya saja jika mereka tidak terlalu suka dengan peperangan mungkin perkembangan teknologi mereka akan sangat maju berhubung mereka mempunyai Chakra membantu mereka di dunia ini" Pikir Shiro
Shiro hanya mengangguk dan melanjutkan menuliskan namanya di buku yang diberikan. Setelah menulis namanya, buku itu dikembalikan kepada Izumo. Shiro berbalik dan menatap ke arah Kotetsu "Apa saya bisa melakukan pembayaran menggunakan metode lain?" Tanya Shiro.
"Metode lain?" Tanya Kotetsu dan Izumo yang penasaran dengan pembayaran yang akan Shiro gunakan.
"Saya sekarang tidak mempunyai uang sama sekali untuk bisa membayar biaya masuk ke dalam desa kalian. Apa saya bisa menggunakan barang untuk bisa membuat saya masuk?" Tanya Shiro.
"Menggunakan barang? Tidak masalah, jika barang itu bagus, mungkin saya atau Kotetsu bisa membelinya dan menjadikan itu sebagai biaya masuk untuk kamu ke desa kami. Apa tidak masalah Kotetsu?" Tanya Izumo yang menatap ke Kotetsu.
"Tidak masalah, jika itu barang bagus, kami akan mencoba membantu kamu untuk membeli barang itu" Kata Kotetsu dengan nada ramah mengingat Shiro sudah tidak menjadi ancaman bagi keduanya. Apalagi keduanya bisa merasakan chakra Shiro hanya setingkat warga sipil bahkan lebih rendah daripada warga sipil kebanyakan.
Shiro memasukan tangan kanannya ke dalam saku celana sambil mengeluarkan sebuah gelang emas yang memiliki berat hanya 0,3 gram dari dalam ruang penyimpanan. Shiro dengan mudah mengeluarkan gelang emas itu dan meletakkan di depan Izumo dan Kotetsu yang kaget melihat gelang.
"Saya gelang ini untuk ditukarkan menjadi sebuah uang, apa kalian bisa membelinya untuk saya? Gelang ini hanya memiliki berat 0.3 gram, saya hanya akan menjual 50.000 Ryo untuk kalian, apa ada diantara kalian berdua ingin membelinya?, kalian bisa memotong untuk harga masuk, jadi kalian hanya perlu membelinya dengan harga 30.000 Ryo" Kata Shiro dengan santai.
Izumo dan Kotetsu menelan luda mereka sambil saling menatap satu sama lain "Kotetsu, sepertinya kamu belum mempunyai seorang pacar untuk dihadiahkan sebuah gelang, kenapa kamu tidak memberikan ini kepada saya untuk investasi masa depan?" Tanya Izumo yang perlahan-lahan tangannya sudah mendekat ke arah gelang yang diletakkan oleh Shiro.
Tapi dengan cepat tangan Izumo dihentikan oleh Kotetsu yang langsung menahan tangan itu dengan tangan miliknya sambil tersenyum "Saya mungkin tidak memiliki pacar sekarang, tetapi bagaimana di masa depan? Saya juga perlu ini untuk dihadiahkan kepada dirinya" Kata Kotetsu. Tetapi di pikiran keduanya itu sangat berbeda karena keduanya hanya memikirkan untuk menjual gelang ini kembali setelah membelinya dari Shiro. Apalagi di dunia ini mereka tidak akan menimbang berat emas hanya menilai keindahan dari emas itu sendiri.
Keduanya melakukan beberapa perdebatan sampai keduanya mulai saling berbisik satu sama lainnya dan mengeluarkan kedua dompet mereka sambil mengambil uang 15.000 Ryo di setiap masing-masing dompet dan meletakkan di atas meja "Kami akan membelinya, ini uang 30.000 Ryo. Kamu juga sudah bisa masuk ke dalam desa" Kata Izumo sambil tersenyum ramah.
Shiro mengangguk sambil mengambil uang dan memasukkannya ke dalam saku celananya, sedangkan gelang yang dijual Shiro langsung diambil oleh Kotetsu dengan wajah penuh semangat "Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan. Kalau begitu, sampai jumpa lagi" Kata Shiro yang perlahan-lahan berjalan masuk ke dalam desa Konoha.
Sedangkan Kotetsu dan Izumo yang sedang di gedung penjagaan wajah mereka menunjukkan senyum ceria karena baru saja mendapatkan sebuah keuntungan yang akan mereka tukar sebentar malam.
"Hehehe… Izumo, sepertinya setelah kita menyelesaikan tugas hari ini, kita bisa pergi makan di restoran Yakiniku dengan porsi sepuasnya" Kata Kotetsu sambil mengeluarkan kembali gelang yang baru saja mereka beli dari Shiro sebelumnya.
"Kamu benar Kotetsu, kita bisa pergi ke sana. Bagaimana kalau kita mengundang yang lainnya untuk datang bersama?, Dengan kita menukar gelang ini kepada bank, kemungkinan kami akan mendapatkan 750.000 Ryo, Kami bisa berpesta sebentar malam" Kata Izumo dengan senang.
Sedangkan di tempat lain, seorang Kakek tua yang serang berada di kantor Hokage atau pemimpin desa sedang menatap ke arah bola kristal yang melihat semua kejadian ini hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghembuskan asap dari mulutnya sambil mengaktifkan kembali bola kristal itu "Sepertinya Kotetsu dan Izumo mendapatkan untung yang banyak untuk hari ini. Serta juga laki-laki Emiya Shirou itu sepertinya bukan ancaman untuk desa ini, terlihat bagaimana Izumo dan Kotetsu tidak menunjukkan sebuah ancaman pada saat melakukan penyambutan berhubung keduanya bisa merasakan tekanan chakra dari dalam diri seseorang" Pikir Kakek.
Kakek yang melihat semua kejadian itu bernama Sarutobi Hiruzen. Hiruzen adalah pemimpin dari desa Konohagakure yang mendapatkan pangkat Hokage. Melihat tidak adanya ancaman yang akan dilakukan oleh kedatangan Shirou, Hiruzen menyimpan kembali bola kristal yang digunakan sebelumnya dan menatap lembaran-lembaran dokumen yang bertumpuk tinggi seperti sebuah gunung sambil mengerutkan kening "Sialan!... Kapan saya akan selesai dengan seluruh dokumen ini!" Teriak Hiruzen dengan marah sambil mulai melanjutkan pekerjaannya.
Para Anbu yang bertugas menjaga Hokage hanya terkekeh melihat kejenakan dari Hokage mereka itu sambil terus melakukan penjagaan dengan ketat.