"Naena, apakah aku egois?" Naena terlihat memikirkan sesuatu.
"Perasaan itu sesuatu yang tidak bisa kita cegah untuk tumbuh. Kita hanya bisa mengusahakan agar rasa kita tidak jatuh di tempat yang tidak seharusnya."
"Dan rasaku jatuh pada Kak Yue yang ternyata sedang mencari keberadaan istrinya."
"Yakinkan dulu jenis rasa yang Nona Bree miliki. Kagum? Cinta? Atau sekedar obsesi?"
"Entahlah Naena. Sejak mengetahui mengenai latar kisah asmara Kak Yue, aku merasa salut padanya. Dan di satu sisi aku sangat ingin bertemu dengan sosok Nona Qin itu. Namun, saat melihat Kak Han-Han menatap Kak Yue dengan pandangan lembut yang belum pernah kulihat selama ini, ada sudut hatiku yang bereaksi."
"Perasaan yang sangat kompleks. Nona berasa salut, simpati, kagum dan obsesi dalam satu waktu."
Benar kata Naena, perasaanku terlalu kompleks. Aku merasa cemburu, kagum dan ingin menjadikan milikku dalam waktu bersamaan.
"Pastikan lagi dengan mendatangi Paviliun Obat! Terkadang kita sering terbawa perasaan sesaat. Itu yang pernah Naena dengar dari seorang Rabi ketika kita di Spirit."
Baiklah, aku akan memastikan lagi perasaan seperti apa yang ada dalam diriku.
Aku kembali mendatangi ruangan rawat Kak Yue setelah aku menyelesaikan kelas ramuan. Namun, belum sempat aku mendekati ruangan tersebut, aku melihat Leon yang berlalu dari arah pintu ruangan Kak Yue dengan raut yang sulit kugambarkan.
Dulu saat kami di Provinsi Pedagogic Leon mengalami yang orang-orang sebut cinta pertama. Namun, saat dia hendak menyatakan perasaannya, Leon melihat gadis itu bersama seorang pria dan sangat akrab. Beberapa hari kemudian ternyata mereka bertunangan. Raut muka Leon sangat tidak bersahabat, menyeramkan dan penuh kemarahan karena merasa tertolak. Dan itu yang kusaksikan sekarang dari apa yang tampak sekilas tadi.
Aku mempercepat langkahku menuju ruangan Kak Yue dan pemandangan yang terlihat adalah Kak Han-Han yang sedang menggenggam erat tangan Kak Yue. Aku kembali melihat tatapan sendu itu lagi. Kali ini aku merasakan kerinduan dalam tatapannya dan membuatku berpikir, mungkinkah Kak Han-Han ini Nona Qin?
Bukan tanpa alasan aku mengatakan ini. Kak Xian terlihat sangat terkejut saat melihat pakaian Kak Han-Han. Kak Xian juga terlihat bereaksi cukup aneh bagiku saat pertama kali bertemu Kak Han-Han.
Kak Li Ho juga bersikap tak kalah anehnya. Dia langsung meminta dipanggil 'kak' oleh Kak Han-Han yang baru pertama kali dijumpainya.
Aku harus memastikan semua ini. Dan kalau memang perkiraanku benar, aku harus mengenyahkan rasaku untuk Kak Yue yang baru akan bertumbuh. Aku Brianna Sincerity Reinhart, sesuai namaku harus senantiasa memelihara keikhlasan dan ketulusan. Aku tulus menyayangi Kak Han-Han dan aku tidak akan perlu berani untuk merenggut kebahagiannya.
Aku Brianna putri Duke Reinhart. Tidak ada dalam istilah seorang Bree untuk mempermalukan Daddy, terutama karena urusan mencari pendamping.
Aku memutuskan untuk langsung pulang tanpa harus mengganggu momen Kak Han-Han. Sebaiknya aku memastikan apa yang menjadi pemikiranku.
"Anda sudah kembali, Nona?" Naena yang kebetulan menyambutku saat aku tiba di gerbang Paviliun Heal.
"Iya, ada urusan yang harus kuselesaikan." Aku berjalan tergesa menuju kediaman kami. Kamar adalah tujuanku. "Naena, tolong siapkan kertas dan alat tulis! Temui aku di tempat biasa!"
Setelah mengatakan itu aku segera berjalan menuju halaman belakang. Aku membatalkan niatku untuk kembali ke ruanganku.
Azlan. Hanya itu yang kuinginkan untuk berbagi sekarang. Aku ingin menceritakan apa yang kami alami di sini, Leon yang diliputi cemburu dan satu hal penting yang ingin kuketahui kepastiannya.
Naena tiba di gazebo saat aku sedang menyandarkan kepalaku dengan mata terpejam. Naena tampak terengah, sepertinya dia berlari.
Aku langsung menerima peralatan yang dibawakan Naena.
Dear Azlan,
Is everything alright with you? Hopefully yes.
Azlan,
Things are getting messed up with me. Semuanya tambah membingungkan. But, to be honest I need you here. Isn't it a kind of the one that you want to hear from me?
Yeah, ini memang se-mengacaukan itu. Pemuda Siheyuan itu, yang terakhir kukabarkan padamu membuatku terpesona, kini aku sendiri bingung apa yang kurasa untuknnya.
Ingat ceritaku sebelumnya kalau ternyata dia sudah menikah? Saat ini dia sedang collaps, serangan dinginnya kambuh. Sudah tiga hari dia tak sadarkan diri. Kami sudah berusaha maksimal di Paviliun Obat, tapi belum ada juga tanda-tanda dia akan sadar.
Tapi Azlan, bukan itu yang ingin kutekankan. Ini tentang sosok Nona Qin yang menjadi istrinya itu yang hingga kini belum ditemukan. Aku merasa kalau sosok Nona Qin itu adalah Kak Han-Han.
Mengapa? Mungkin itu yang akan kau ucapkan kalau kita saat ini sedang diskusi bersama.
Dua hari ini aku diam-diam memperhatikan kegiatan Kak Han-Han. Untuk pertama kalinya aku melihat tatapan matanya yang penuh kerinduan. Caranya menggenggam tangan Kak Yue, menatapnya dan intensitasnya mendatangi ruang rawat Kak Yue.
Azlan, coba tanyakan pada Paman Ab. Bukankah sosok Nona Qin itu masih sepupumu? Sepupu yang belum pernah kau temui, memang.
O iya, satu hal lagi. Leon kembali seperti dulu kita di Pedagogic. Aku melihat tatapan itu lagi. Aku takut dia lepas kendali. Leon buta saat emosinya tersulut.
Azlan, I really miss your tough shoulders.
Setelah membaca ulang tulisanku, aku memasukkannya ke dalam tabung kecil yang bisa diikatkan di kaki burung pengirim pesan.
"Naena, pastikan burung yang tercepat!"
Naena hanya mengangguk dan langsung bersiul memanggil burung pengirim pesan. Aku sendiri langsung berlalu dari sana. Leon adalah tujuanku.
Aku segera memacu kudaku menuju kediaman Paman Will. Semoga saja Leon ada di sana. Aku tak ingin Leon sampai bertindak gegabah. Dia merupakan orang yang suka bertindak secara impulsif.
Saat kami berada di Pedagogic, Leon baru menginjak tujuh belas dan gadis yang ditaksirnya juga seumuran, sepertinya. Leon yang marah dan cemburu hampir saja menghancurkan sebuah kedai makan karena ulahnya.
Azlan dan aku hampir saja terlambat. Kami bergegas menuju kedai tersebut setelah seseorang datang memberitahu kami apa yang terjadi. Mendengar laporan tersebut, kami yang baru saja menyelesaikan ujian langsung menuju lokasi.
Keadaannya sungguh memprihatikan, dia sudah dalam keadaan mabuk berat dan baru selesai mengamuk. Azlan sampai harus bernego alot dengan pemilik kedai.
Dan sekarang ekspresi itu kulihat lagi, aku hanya takut dia akan kembali berbuat nekad. Namun, aku harus menahan niatku.
Sesampainya aku di kediaman Paman Will, mereka tidak berada di sana. Pelayan yang bertugas di sana mengatakan kalau tuan mereka sudah beberapa hari tak kembali.
Apakah mereka menginap di Paviliun Obat?
Aku memutuskan mencari Leon di beberapa tempat yang sering dikunjunginya. Namun, aku masih belum menemukannya. Aku memutuskan kembali ke Paviliun Heal melihat hari yang mulai beranjak gelap.
Aku kembali menemukan Naena yang menunggu kedatanganku di gerbang depan. Wajah tampak khawatir sehingga aku bergegas menuruni kudaku.
"Ada apa?" Aku langsung menanyainya sambil berjalan menuju aula dalam. Bukannya menjawab, Naena justru menarikku menuju salah satu ruangan di mana Daddy biasa menerima tamu penting.
Naena terlihat mengendap-endap dan aku mengikuti apa yan dilakukannya. Samar terdengar suara seorang wanita yang sedang berbicara pada Daddy. Suara yang asing. Logatnya juga bukan dari Savior.
"Serahkan Tabib Muda pada kami! Dan jangan ikut campur!"
Siapa wanita itu? Mengapa dia menyinggung soal Kak Han-Han?