Baixar aplicativo
18.66% IMPIAN EMAK UNTUK IFA / Chapter 14: JEALOUS

Capítulo 14: JEALOUS

Happy Reading ❤

Rizky termenung di dalam ruang kerjanya. Sejak kejadian malam itu ia mulai berpikir ulang mengenai perasaannya. Apakah yang sebenarnya rasa yang ia miliki? Sayang? Cinta? Kalau hanya sayang, kenapa gue tidak suka bila ada yang mendekati Ifa. Apakah cinta? Sejak kapan?

Flashback on

"Ky, bunda boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa bun?"

"Tolong kamu antar Ifa ke rumah Bude Lasmi untuk mengantarkan kue pesanan bude. Kasihan kalau Ifa harus naik taksi sore-sore begini."

"Oke bun."

Tak lama Rizky dan Ifa sudah dalam perjalanan untuk mengantarkan pesanan. Dalam perjalanan mereka tidak banyak bicara. Ifa asyik bermain dengan ponselnya.

"Pah...." Rizky memecah keheningan. Ifa yang sedang sibuk dengan ponselnya tidak mendengar panggilan itu. Rizky mengacak-acak rambut Ifa.

"Apaan sih Ky? Nggak liat apa gue lagi main hp?"

"Ngobrol dong. Masa gue dianggurin gini? Emangnya gue supir taksi. Dari tadi elo sibuk banget sama hp. Lagi ngapain sih?"

"Emang elo supir. Hehehe... Lagian kepo amat sih bang. Gue lagi chatting sama Ruben, ketua basket gue."

"Ganteng?"

"Ya iyalah. Kalau nggak ganteng mana mau gue chatting sama dia."

Rizky terdiam mendengar jawaban Ifa. Kenapa ia tidak suka mendengar jawaban itu.

"Elo suka sama dia?"

Ifa menurunkan hpnya dan menatap Rizky. Kenapa nada suaranya begitu? Pikir Ifa. Apakah dia cemburu? Ah nggak mungkin.

"Nggak tau. Dia juga nggak bilang suka sama gue. Tapi kita emang dekat sih. Gue kan wakil dia. Kita juga sering pulang bareng. Lumayan, irit ongkos. Hehehe..."

"Jangan-jangan dia suka sama elo."

"Nggak tau juga. Ini tadi dia baru chatting gue, malam ini ngajak ketemuan di cafe dekat sekolah. Gue bilang mana bisa malam weekday gue keluar rumah. Kecuali seperti sekarang."

"Kalau gue antar setelah kita selesai antar kue gimana? Biar elo nggak penasaran apa yang dia mau omongin."

"Gue nggak penasaran kok." Gue yang penasaran Pah, batin Rizky.

"Mumpung sudah di luar nih. Nanti gue yang minta ijin ke babe."

"Kok elo yang penasaran sih?"

"Pengen tau aja gantengan mana gue sama dia."

Ifa tertawa ngakak mendengar jawaban Rizky. "Ada-ada aja ah. Tenang Ky, bukan tanpa alasan gue manggil elo bang Chico. Masih gantengan elo kok. Apalagi kalau elo traktir gue ice coffee latte."

"Ah, elo mah nggak ikhlas bilang gue ganteng. Ada maunya." Rizky pura-pura merajuk.

"Kagak usah pake merajuk segala. Nggak pantes." Ledek Ifa.

Malam itu setelah mengantar kue dan mendapat ijin dari babe Abdul, Ifa menemui Ruben. Rizky yang mengantar sengaja memilih kursi yang berbeda namun tak begitu jauh dari kursi Ifa dan Ruben. Saat mereka memasuki cafe, tampak seorang pria muda tampan dengan wajah agak bule. Untuk urusan body nggak usah ditanya. Jangkung bo. Rizky yang terbilang tinggi minder melihatnya. Almost perfect, nilai Rizky dalam hati.

"Akhirnya mau juga kamu ketemu aku, Fa."

"Kebetulan gue habis antar kue ke perumahan dekat sini. Jadi sekalian aja. Elo mau ngomong apa sih Ben?"

Setelah terdiam sesaat, Ruben menarik nafas panjang. "Aku suka sama kamu sejak pertama kali melihat kamu di lapangan basket. Waktu itu kamu tampak begitu menarik saat membawa bola basket dan melakukan lay-up. Seolah kamu melayang seperti malaikat."

Ifa tersedak mendengar pengakuan Ruben yang diucapkan dengan satu tarikan nafas. Sementara itu Rizky yang duduk tidak jauh dari mereka nyaris terbahak. Ia langsung menyamarkannya dengan pura-pura batuk. Ifa mendelik melihat hal itu. Ruben menyangka Ifa mendelik karena terkejut mendengar pengakuannya. Ruben malah terpana melihat mata indah Ifa.

"Elo jangan bercanda Ben. Nggak lucu tau."

"Aku nggak bercanda Ifa. Aku benar-benar suka sama kamu. Sejak beberapa hari ini aku mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan perasaanku padamu."

Tring tring... tiba-tiba ponsel Ifa berbunyi menandakan ada pesan yang masuk

Babang Chico :Nah lho, ditembak nih yeee...😜

Ifa : Berisik lo! Gue musti jawab apa?

"Ben, gue nggak tahu harus ngomong apa."

"Kamu mau nggak jadi pacarku?"

Ifa : Ky, gue harus jawab apa?

Babang Chico : Terima aja. Lumayan, nggak malu-maluin buat lo kenalin ke emak dan babe.

Ifa menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Ruben. "Maaf Ben, gue nggak bisa jawab sekarang. Gue butuh waktu buat mikir."

Ruben menghela nafas layaknya orang yang kalah bertanding. "Fa, apakah itu artinya kamu menolakku?"

"Ehm.. gue butuh waktu Ben. Beri gue waktu 3 hari buat mikirin permintaan elo."

Dari kursinya Rizky memperhatikan Ifa. Tiba-tiba Rizky merasakan perasaan tak nyaman. Gue kenapa sih? Pikir Rizky. Kenapa tiba-tiba perasaan gue nggak enak ya.

Seminggu setelah pertemuan malam itu Rizky menerima pesan di ponselnya.

Ifa : Ky, kasih selamat dong ke gue

Babang Chico : Selamat kenapa? Elo juara makan kerupuk?

Ifa : Adik lo ini sekarang sudah nggak jomblo lagi

Babang Chico : Maksud lo? Elo terima lamaran si bule?

Ifa : Lamaran?! Lo kata gue mau kawin.

Babang Chico : Ah, sama aja. Intinya gitu deh. Beneran elo terima dia? Ya sudah, selamat deh. Nggak sia-sia gue nemenin elo ketemu dia. Traktir gue ya.

Ifa : Tenang bang. Setelah terima bayaran dari pesanan Cing Romlah, elo pasti gue traktir permen karet.

Babang Chico : Gubraaaaak.... dasar peliiit!!

Rizky menatap jendela kamar Ifa. Kembali perasaan aneh menyusup ke hatinya. Perasaan apa ini? Apakah gue cemburu? Gue kan nggak suka sama dia. Kenapa gue harus cemburu. Nggak ikhlas? Mungkin ya. Karena selama ini hanya dirinyalah yang selalu dijadikan tempar curhat Ifa. Selama ini hanya dirinya teman lelaki yang paling dekat.

Flashback off

⭐⭐⭐⭐


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C14
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login