Baixar aplicativo
6.62% LOVELIST / Chapter 19: Bab 19 : Sembilan belas

Capítulo 19: Bab 19 : Sembilan belas

Alex melirik Ana dengan tajam. Ia menyuruh Ana segera duduk untuk memulai acara makan malamnya. Lalu Ana memilih duduk di dekat Alex.

"Baiklah, mari kita mulai mulai makan malam sekarang," ucap Papa Eric untuk keluarganya dan Ana.

Segera Alex menyendok nasi di dalam piringnya. Sedangkan Ana bingung ia mau makan apa. Karena di atas meja makan terdapat banyak macam makanan.

Ana yang masih bingung dengan makanan apa yang ia makan. Ia akhirnya memilih lauk capcay dan mie kwetiau.

"Loh.. Ana mana ikan mu? kok cuma capcay dan mie kwetiau. Ambillah yang banyak lauknya Ana," tanya Mama Rita kepada Ana sambil menyuruh Ana untuk mengambil lauk lainnya.

"Sudah Ma, Ana cuma cukup dengan lauk ini saja." tolak Ana dengan halus.

"Tidak papa kak Ana. Tidak usah sungkan ambillah lauk yang lainnya. Di sini ada ayam goreng, ayam pedas manis, ada gurami goreng, gurami asam manis, dan lain-lain, ambillah!" ucap Ara dengan panjang sambil mengambil salah satu lauk untuk Ana.

"Sudah sekarang kamu makan dan habiskan, oke! calon kakak ipar ku." lanjut Ara dengan menyuruh kekasih kakaknya itu untuk menghabiskan makanannya.

Ana hanya bisa membatin dengan semua ini. Kalau boleh ia membungkus semua makanan yang ada didalam piringnya untuk adiknya juga di rumah. Ia menjadi teringat dengan adiknya yang berada di rumah itu.

20 menit kemudian acara makan malam telah selesai. Ana merasa sangat kenyang sekali. Perutnya menjadi kebas setelah memakan makanan yang ada di dalam piringnya.

"Kenyang sekali perutku, ini sangat menyiksa sekali" batin Ana yang merasa sangat tersiksa.

Setelah mereka selesai makan. Mereka kembali berkumpul di ruang keluarga sebelum berangkat tidur malam.

"Sayang, makanannya apa terasa enak?" tanya Mama Rita kepada Ana.

"Iya Ma. Enak sekali!" jawab Ana sambil menunjukkan ibu jarinya.

Mama Rita yang mendengar jawaban Ana, ia menjadi semangat untuk bertanya kembali.

"Sungguh! Apa kau mau makan lagi nak? Mama ada roti nastar buatan Mama loh," tanya Mama Rita kepada Ana dengan gembira.

"Ma, sudahlah. Kasian Ara yang di suruh untuk makan terus. Tadi ia sudah makan banyak di meja makan tadi," jelas Papa Eric kepada istrinya itu.

Mama Rita yang mendengar penjelas suaminya itu menjadi sedih. Sedangkan Ana tidak bisa membela karena perutnya sudah merasa kenyang sekali.

"Mama bungkus saja kuenya yang mau di berikan kepada Ana. Biar Ana makan di rumah nanti kalau ia merasa lapar kembali," lanjut Papa Eric.

Mama Rita yang mendengar lagi penjelasan suaminya itu. Seketika ia menjadi ceria kembali.

"Oh.. iya biar Mama bungkus saja ya. Biar Ana makan di rumah nanti," ucap Mama Rita sendiri.

"Bi.. Bibi Sumi," panggil Mama Rita sedikit berteriak kepada pembantu yang berada di rumahnya itu.

"Tolong Bibi bungkus ya kue yang aku buat tadi. Dan juga segera bawa kesini," ucap Mama Rita kepada Bibi Sumi.

"Baik nyonya." jawab Bibi Sumi.

Segeralah Bibi Sumi melaksanakan perintah majikannya itu.

10 menit kemudian Bibi Sumi kembali sambil membawa kotak berukuran kecil.

"Nyonya ini kuenya," ucap Bibi Sumi sambil memberikan paper bag berukuran sedang kepada Mama Rita.

"Terima kasih Bi," ucap Mama Rita sambil mengambil paper bag dari tangan Bi Sumi.

"Sama-sama nyonya." ucap Bibi Sumi sebelum pergi kebelakang rumah kembali.

"Ini sayang bawalah pulang. Ini kue buatan Mama untukmu," ucap mama Rita sambil memberikan kue kepada Ana.

*

*

*

"Ini Sayang mama bawakan kue untuk mu," ucap aman Rita sambil memberikan kotak kecil berisikan kue kepada Ana.

"Tapikan Ma-" ucap ana yang terpotong oleh Alex.

"Ambil saja sayang. Nanti kan kau bisa makan di rumah sama adikmu." ucap Alex sambil tersenyum manis kepada Ana.

Ana yang melihat senyum tuannya itu ia menjadi bergidik ngeri.

"Ana terima yah Ma. Terima kasih sudah menyambut kedatangan Ana di rumah ini dan juga terima kasih kuenya Ma," ucap Ana berterima kasih dengan di iringi senyum manisnya.

"Iya sayang sama-sama. Mama juga berterima kasih sudah menyempatkan datang kesini," ucap Mama Rita.

"Oh iya Mama denger tadi Alex nyebut kalau kamu punya adik, apa benar Ana?" lanjut tanya Mama Rita kepada Ana.

"Iya Ma. Ana punya adik laki-laki satu. Namanya Bryan Adams Robbin," jawab Ana atas pertanyaan Mama Rita.

"Oh..." jawab Mama Rita dengan singkat.

"Ya sudah Ma Pa, Alex mau antar Ana pulang dulu," pamit Alex sambil berdiri dari duduknya.

"Iya sayang pergilah! hati-hati di jalan yah." balas Mama Rita sedangkan Papa Eric hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Saat Alex ingin melangkahkan kakinya. Salah satu tangannya di cekal oleh Ara.

"Kakak aku ikut ya plis!" ucap Ara dengan mata puppy eyes sambil mengatupkan kedua tangannya itu.

Alex mendengus pelan melihat tingkah adiknya itu. Ia terpaksa mengiyakan.

"Hem... Ayo!" jawab Alex dengan malas.

"Yey!" ucap Ara dengan gembira sambil melangkahkan kakinya keluar rumah terlebih dahulu.

Alex menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adiknya itu. Sedangkan Ana tersenyum melihatnya.

Saat mereka sudah menaiki mobil dan menjalankan menuju kearah rumah Ana. Alex melirik Ana yang duduk di sampingnya yang sedang melihat jalanan dari kaca jendela mobil.

"Ada apa dengan jantungku ini, aneh sekali!" batin Alex sambil memegang dadanya dengan salah satu tangannya.

Sedangkan Ana yang sudah tidak kuat di dalam mobil bersama dengan tuannya. Ana hanya bisa membatin dengan sedih.

"Lama sekali sampainya ya Tuhan," Batin Ana dengan sedih sambil meremas jemari tangannya.

Ara yang melihat sikap kakak dan kekasih kakaknya itu. Ia hanya mendengus kesal.

"Ada apa dengan kalian? tiba-tiba suasana menjadi dingin. Saat di rumah tadi kalian sangat mesra," tanya Ara di sela kesunyian di dalam mobil yang di kendarai Alex.

"Apa? kami tidak apa-apa. Kakak sengaja gak ngajak kekasih kakak ini untuk berbicara. Karena kakak tau dia pasti capek habis membantu mama tadi di rumah," ucap Alex menoleh ke arah Ana sambil memegang pucuk kepalanya.

"Oh.. so sweet banget sih kakak ku ini," ucap Ara sambil mencubit pipi Alex.

"Ara apa-apaan kau kau ini? bagaimana kalau kakak nabrak sesuatu kita bisa kecelakaan," ucap Alex marah sambil menepis tangan adiknya itu dari wajahnya yang hampir ketutup.

"Iya maaf," ucap Ara meminta maaf dengan wajah puppy eyes.

Alex mendengus kesal dengan tingkah adeknya itu yang selalu usil. Tapi, ia selalu memaklumi itu karena memang Ara ini sedikit bandel dan tidak ada rasa takut pada Alex sedikitpun kalau dalam hal bercanda.

Sementara pria tampan itu hanya bisa mendengus tak suka atas apa yang baru saja dilakukan oleh adiknya itu. Begitu juga dengan Ana yang tadi di pegang pucuk kepalanya oleh Alex. Ia menjadi gugup seketika.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C19
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login