Intan duduk tegak menghadap wali kelasnya, Pak David, guru yang menyelamatkannya kemarin. Wajahnya tegang menghadapi guru favoritnya ini, karena ini pertama kalinya Ia masuk ruang konseling setelah sekian lama menganggu Nadia. Ia merasa gugup melihat ekspresi gurunya yang begitu serius padanya.
"Saya dengar laporan teman kamu kemarin, benar kamu bilang ke Nadia kalau dia anak adopsi?" tanya gurunya serius. Intan mengangguk pelan.
"Dari mana kamu tahu, kalau Nadia anak adopsi?" tanya gurunya menyelidik.
"Saya..." Intan mulai membuka mulutnya. Tenggorokannya serasa tercekat untuk menjawab guru tampan di hadapannya. "Saya, nguping waktu arisan mama saya. Ada yang ngomong begitu dan setelah saya tanya ke Nadia, ternyata benar." Jawab Intan terbata-bata.
Gurunya terdiam mendengar jawaban Intan. Betapa mudahnya mendapatkan informasi maupun memalsukan sumber informasi di zaman modern seperti sekarang ini. David menarik napas panjang, mengisi kesesakan akibat kemalangan adiknya. Setidaknya masih banyak hal yang jangan sampai membuat kekacauan lain terjadi dan akan lebih menyakitkan. Ia lalu mengakhiri sesi wawancara.
Like it? You may want to add this book to your library!
I tagged this book, so come and support me with a thumbs up, please!
If you have some idea about my story,
please be free to comment it and let me know.
Creation is hard, so cheer me up!
*ps: your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.