Seperti mendapat sebuah tamparan, Luci akhirnya diam dan tidak banyak mengomentari trik licik Evan yang tidak dia ketahui. "Baiklah, jika itu memang maumu. Terserah saja kau mendeskripsikan gadis yang kau sukai seperti apa. Apakah dia yang secantik putri atau…"
"Dia memang cantik, mungkin lebih cantik dari putri mana pun," sela Evan dengan wajah datar. Keengganan untuk bersikap ramah Evan gunakan agar Luci tidak ngotot dan meminta Evan untuk menjelaskan secara jelas gadis yang Evan sukai, karena gadis itu memanglah Luci.
"Ini sebuah tamparan yang lain," bisik Luci dengan jengkel kepada Evan. "Tuan, kau tau kan cantik itu relatif?" Luci memajukan tubuhnya dengan wajah mengolok-olok Evan. Mungkin Luci sudah terpancing emosi, karena sikap keras kepala Evan atau mungkin karena desakan lapar akibat aroma harum yang memenuhi hidungnya sedari tadi. Daging berkualitas di tempat itu sedang dimasak.