Luci tercengang ketika mendengar suara manja dari Spider. Untuk ukuran lelaki berotot seperti Spider, Luci tidak pernah menyangka kalau dia bisa mendapat kesempatan untuk mendengar hal imut dan lucu seperti saat ini.
"Astaga, dari mana kamu belajar bertingkah imut seperti itu? Dari pacarmu?" Luci terbahak sampai-sampai tangannya yang putih namun kuat dan agak berotot itu pun berhenti untuk membersihkan luka di tangan Spider.
Mendengar Luci menuduhnya mempelajari hal imut itu dari pacarnya telah membuat Spider agak terluka. Perlu diketahui selama ini Spider tidak pernah berpacaran dengan satu pun gadis atau wanita.
Secara naluriah tentu Spider ingin memiliki seorang gadis yang bisa menemaninya selama malam yang panjang. Tapi Spider tau dia akan bertemu lagi dengan Luci suatu hari nanti. Itulah kenapa Spider tidak memiliki satu pun hubungan special dengan wanita manapun.
Tapi untuk urusan ranjang, Spider memang suka bergonta-ganti pasangan selama ini. Dia adalah lelaki normal, dan kebutuhan itu memang harus disalurkan. Tapi ketika Mike Diamond meminta Spider untuk mencari kekasih demi mendapat keturunan dan pewaris, Spider menolaknya.
Spider berkata bahwa akan ada seorang gadis yang bisa Spider bawa di hadapan Mike suatu hari nanti. Dan gadis itu yang akan menjadi menantu Mike. Tentu yang dimaksud Spider itu adalah Luci.
"Aku tidak pernah memiliki pacar," ketus Spider mulai terdengar sarkas karena hatinya yang begitu sensitive sekarang.
Padahal selama ini Spider selalu memperlakukan Luci dengan sangat berbeda dari orang lain. Padahal Spider selama ini selalu menatap Luci dengan tatapan dalam dan penuh letupan cinta. Tapi kenapa gadis itu sama sekali tidak menyadarinya?
"Benarkah? Kau kalah satu start denganku kalau begitu." Luci menggelengkan kepalanya dengan kikikan yang tak bisa dikendalikan.
Kali ini Luci kembali membersihkan tangan Spider dengan hati-hati. Tak lupa Luci meniupi luka Spider agar luka itu tidak memberikan rasa sakit kepada pemiliknya.
Di wajah Spider bukan rasa senang dan tersanjung yang diperlihatkan, walaupun saat ini Luci jelas-jelas bersikap begitu manis kepada Spider. Sekarang ini Spider menatap gadis itu dengan pandangan seolah terluka, sangat terluka.
Buru-buru Spider menarik tangannya sendiri, sesaat sebelum Luci hampir menempelkan sebuah hansaplast di tangan lelaki itu.
Sekarang tangan Spider menjauh, melesak di dalam lipatan ketiak Spider sendiri. Wajah Spider tertekuk, dan dia melengos. Spider enggan untuk menatap Luci, sama sekali.
"Ider, aku masih belum selesai. Kemarikan tanganmu." Luci mengulurkan tangannya lagi. Gadis itu berniat untuk mengambil tangan Spider yang masih berdarah itu agar dirinya bisa menempelkan hansaplast yang berada di tangannya.
Tapi Spider masih bersikukuh tidak mau. Bahkan wajahnya sama sekali tidak mengindahkan Luci yang terus memohon kepadanya. Alhasil Luci tau bahwa dia telah melakukan sebuah kesalahan.
"Kau marah padaku? Kau cemburu karena aku sudah melangkahimu satu start?" selidik Luci dengan mata menyipit. Gadis itu berharap dengan matanya yang menyipit itu dia akan bisa menguak tabir misteri di dalam pikiran Spider yang kini sungguh terasa misterius.
"Ayolah, Ider, Kakakku Sayang, kemarikan tanganmu! Tanganmu bisa infeksi nanti. Ayo, Tampanku!" Luci masih berusaha membujuk. Sejauh yang diketahui Luci semua lelaki tidak akan bisa menolak jika dibujuk dengan rayuan, siapa pun itu.
Spider sebenarnya hampir luluh, tapi hatinya tiba-tiba menjadi panas lagi apalagi setelah mengingat bahwa Luci sudah memiliki kekasih. Ini tidak adil untuk Spider. Bagi Spider, Luci harus menjadi miliknya seorang.
"Huff, kenapa kamu keras kepala sekali? Lukamu bisa parah kalau tidak diobati," ujar Luci selembut mungkin.
"Apa pedulimu? Urusi saja pacarmu itu!" Spider semakin melengos tak karuan.
Lihat saja tingkahnya itu. Sspider saat ini bertingkah lebih manja dari seorang anak berumur lima tahun yang cemburu karena dia tidak diberi mainan, sementara adiknya diberikan sebuah mainan.
"Astaga, bagaimana kau bisa iri begitu? Kau tetap yang terbaik, Ider. Apa pentingnya sih sudah memiliki pacar atau belum? Ayo, sinikan tanganmu!" Luci masih belum bisa menangkap maksud Spider yang sebenarnya.
Luci pikir Spider marah karena Spider itu merasa terkalahkan oleh Luci. Karena Luci sudah memiliki pacar sementara Spider belum.
Beberapa orang memang begitu kompetitif, bahkan untuk hal sekecil ini. Luci tidak tau bahwa Spider orangnya sekompetitif itu. Image itu tidak terlalu cocok untuk Spider yang terlihat sangat dominan.
"Bagimu itu tidak penting. Bagiku itu sangat penting! Sudahlah jangan pedulikan aku. Aku mau pulang saja. Silakan urusi pacarmu." Spider sudah diliputi oleh emosi yang meledak-ledak.
Kecemburuannya sudah menggunung sejak kedatangan Tedy, dan sekarang semakin disulut oleh pernyataan Luci bahwa gadis itu sudah memiliki pacar.
Sebenarnya di dalam hatinya, Spider ingin bertanya seperti apa sosok dan penampilan dari pacar Luci. Apakah dia tampan? Apakah dia kaya? Atau apakah dia cerdas?
Karena Spider ingin mengalahkannya. Bahkan kalau bisa Spider ingin melenyapkannya.
Perjanjian antara Spider dan Luci yang tidak akan pernah terpisahkan karena perjanjian keduanya telah disaksikan oleh langit. Maka dari itu satu pun lelaki di dunia ini tidak akan bisa menentang kesaksian langit tentang janji itu.
Sementara itu ketika melihat Spider begitu sangat marah telah membuat Luci tidak bisa menghentikan tawanya.
Tapi gadis itu tau bahwa dia harus segera mencegah Spider karena walau bagaimana pun luka di tangan Spider masih belum ditutup. Setidaknya jika luka itu dututup, bakteri tidak akan mudah menginfeksi kan?
"Ider, Ider, tunggu! Astaga, pacarku sudah meninggal." Luci masih terbahak ketika mengatakannya.
Bagi orang yang tidak tau, mereka akan berpikiran bahwa Luci sudah bisa melupakan kematian Daniel. Atau bagi mereka yang tidak tau, mereka akan berpikiran bahwa Luci bahkan mengharapkan kematian Daniel itu sendiri. Tapi orang-orang itu salah.
Justru karena saking sedihnya Luci tentang Daniel, gadis itu tak bisa berhenti untuk tersenyum sekarang ini. Karena Luci ingin terlihat kuat dan baik-baik saja di depan Daniel, walaupun Daniel sudah tidak ada bersamanya lagi, walau Daniel sudah tidak ada di dunia ini lagi.
'Tapi aku tau kalau Daniel selalu mengawasiku dari langit." Begitu Luci selalu berkata ketika dia tersenyum saat membahas tentang kematian Daniel.
Bagi orang yang tak tau, mereka akan mengira bahwa Luci baik-baik saja. Bahkan penghiburan pun tidak perlu Luci dapatkan.
Namun karena Spider secara tak langsung terkoneksi dengan persaan Luci, lelaki itu pun tau bahwa di balik tawa itu Luci sedang menangis.
Alhasil Spider pun melesat mendekati Luci. Tanpa menunggu apa-apa lagi, Spider memeluk Luci denagan sangat erat. Keeratan itu Spider peruntukan untuk menghibur Luci yang sedang meratap dan berduka.
"Tidak apa-apa, Bee. Aku di sini. Aku bersamamu, menangislah sepuasnya. Jangan ditahan."
Mendengar saran dari Spider telah membuat Luci seolah mencelos. Padahal selama ini Luci selalu menyembunyika kesedihannya. Tapi kenapa masih saja ada orang yang bisa mendeteksi kesedihan itu?
Kalau begini Luci tidak bisa menahan kesedihannya lebih lama lagi. Air mata sudah membendung di pelupuk matanya.
"Lepaskan saja. Menangislah, bee," lanjut Spider dengan suara sangat rendah.
Air mata di pelupuk mata Luci sudah tak terbendung jumlahnya. Satu tetes berhasil mengalir. Seiring air mata itu menetes Luci merasakan dadanya yang begitu sesak. Kesesakan itu bahkan bisa menyamai kesesakan ketika seseorang telah kehilangan oksigen.
Secara tak langsung Luci memang sudah kehilangan oksigen, oksigennya adalah Daniel.
Karena semuanya begitu menekan Luci dan membuat dadanya sangat berat, akhirnya Luci pun menangis histeris di dada Spider.
***